Joey Alexander (born Josiah
Alexander Sila; June 25, 2003) is
an Indonesian jazz
pianist and is considered a child prodigy. He released his first album,
"My Favorite Things" on May 12, 2015, at age 11. Alexander
taught himself to play jazz at age six, and
has performed for Herbie Hancock and Bill Clinton. In 2014, Wynton Marsalis invited Alexander to play at the Jazz at Lincoln
Center's 2014 gala, which made him an "overnight
sensation", according to The New York Times.
Alexander won the Grand Prix at the 2013 Master-Jam Fest, and performed at the Montreal
International Jazz Festival and
the Newport Jazz Festival in 2015.
Alexander is the first Indonesian act ever to enter the Billboard 200 chart in the United States, where his
debut album My Favorite Things debuted at number 174 on the week ending
May 30, 2015, re-entered
and peaked at number 59 on January 2016.
(Joey Alexander @ wikipedia.com)
(Joey Alexander @ wikipedia.com)
Saya tulisin lagi tentang Joey
Alexander. Karena ketika tulisan tambahan ini saya buat, lagi menanti
penampilan Joey Alexander di acara Grammy Awards. Ia menurut kabar, bakal
tampil di acara sebelum Grammy Awards, berisi penampilan para nomintor lain, 15
Februari. Tapi juga tampil spesial di malam penganugerahan Grammy Awards nan
prestisius itu, pada 16 Februari, di Staples Centre, Los Angeles.
Joey Alexander Sila, terpilih
menjadi nominator pada kategori The Best Improvised Jazz Solo, lewat
permainannya pada sebuah lagu standard karya John Coltrane, ‘Gian Step’.
Kemudian juga pada kategori, Best Jazz Instrumental Album, untuk
debutnya, My Favorite Things. Album
perdananya itu dirilis pada 12 Mei 2015, oleh label yang berbasis di Harlem,
Motema Music. Bertindak sebagai produser adalah, Jason Olaine.
Sebuah hal yang sangat
membanggakan bangsa kita tentunya. Maka tak heran, dapat kabar bahkan Presiden
Joko Widodo,berniat menghadiri Grammy Awards, demi memberikan perhatian khusus
bagi Joey. Tak pelak, Joey memang fenomena musik kita. Dan teristimewa untuk
jazz kita. “Remaja kecil”, badannya memang kecil sih, yang dianggap seperti “reinkarnasi”
dari musisi top dunia. Karena khittahnya jazzer, ya Joey awalnya tak begitu
dipedulikan publik jazz di sini. Terutama sekali oleh media. Seberapa besarpun
bakat yang sudah diperlihatkannya, dan mengagumkan para penggemar jazz, Joey
tetap belum “dianggap”.
Dan setelah Joey masuk
nominasi Grammy Awards, sikon berbalik, bray! Media-media mulai memperhitungkan
namanya. Melakukan interview, dengan antara lain mengejarnya. Ia sukses menjadi
“selebriti” kira-kira begitulah. Nominator Grammy, coy! Ini sejarah besar untuk
musik kita. Belum pernah musisi kita sesukses itu soalnya.
Saya pikir, Joey memang
seseorang, muda belia, dengan talenta luar biasanya. Bersyukur pernah kenal,
dekat juga dengannya. Mengobrol, becanda macam-macamlah. Dan saya sempat,
secara kebetulan, ikut melepas kepergian Joey. Ya, ketemu tak sengaja, beberapa
hari sebelum Joey berangkat ke negeri Paman Sam.
Ia sedang dikerumuni keluarga
dekatnya, berfoto-foto, di Pondok Indah Mall. Saya melihatnya, lalu menghampiri
kedua orang tuanya. Ngobrol sebentar, dan sang ibu memanggilnya, Joey ini oom
Dion. Dengan ceria Joey mendatangi, salaman dan eh ia memeluk saya! Anak-anak
banget. Pesan saya waktu itu, Joey good luck ya. Sukses buat kamu. Siap untuk
sukses kan? Ia tertawa lebar, kedua orangtuanya juga. Dan sambil memeluk Joey,
saya bilang, Kalau kamu sukses, jangan lupa sama oom ya.
Dan Desember kemarin, memperoleh
kabar, Joey masuk nominasi Grammy Awards. Oho. Emang dia anak ajaib. Ga mudah
untuk bisa sukses di Amrik, apalagi untuk jazz. Jazz kan punyanya USA bangets?
Saya rasa, ga banyak bisa ditemui bakat-bakat seumuran Joey yang se “luar biasa”
dia. Maka Joey sangat sukses mencuri perhatian. Muda belia begitu, memainkan jazz, dengan fasihnya. Berbahasa jazz persis musisi setempat...
Kelak kemudian, ia bisa
berpotensi menjadi jazzer kelas dunia bernama besar. Bakat atau talentanyalah
yang akan menentukan. Joey, mumpung masih muda begitu, semoga bisa menghasilkan
karya-karya bagus. Membuat rekaman-rekaman jazz “penting”. Penting untuk
kelanjutan masa depan karirnya serta, untuk bangsanya. Ah, mudah-mudahan ga
terlalu muluklah, kalau sampai dikait-kaitin sama bangsa dan negara.
Bisa jadi ya, mungkin ada
bakat-bakat muda belia lain, di dunia musik Indonesia, terutama jazz. Di
Indonesia sini. Mungkin mereka belumlah seberuntung Joey. Yang memiliki orangtua
yang sangat peduli, penuh semangat dan “berkorban begitu besar” untuk membuka
jalan bagi masa depan anaknya. Mereka ada dimana-mana, tapi tetap belum
dilihat, belum dipedulikan. Jazz kan soalnya? Musiknya segmented lah.
Sapa tau, Joey dapat Grammy
Awards,lalu bikin publik jadi suka jazz? Walah, serunya. Jazz lantas jadi “hotnews”
di media-media nasional. Ga lagi cuma sebatas berita jazz, lewat ajang yang
diklaim sebagai Festival jazz terbesar di dunia. Yang sayangnya, tiap tahun ga
mudah untuk mau membuka diri menampilkan musisi-musisi negeri sendiri. Persyaratannya “kompleks”
lah. Apalagi....”apresiasi-“-nya (baca : bayaran atawa fee-nya). Kan dikenal tuh, apa yang dibilang musisi kita sebagai, "many more"? Alias, nama mereka tak dituliskan di media-media promosi festival, yang lebih memilih memasang nama-nama internasional!
Menang atau tidak menangpun, Joey sudah sukses. Ikut mengharumkan nama Indonesia, tentunya. Bayangkan saja, kalau Joey sukses meraih Grammy Awards? Joey bakal menjadi musisi Indonesia pertama, bahkan Asia, yang sukses membawa pulang Grammy Awards, dan lebih istimewa karena untuk kategori jazz!
Menang atau tidak menangpun, Joey sudah sukses. Ikut mengharumkan nama Indonesia, tentunya. Bayangkan saja, kalau Joey sukses meraih Grammy Awards? Joey bakal menjadi musisi Indonesia pertama, bahkan Asia, yang sukses membawa pulang Grammy Awards, dan lebih istimewa karena untuk kategori jazz!
Well, ok deh. Saya ikutin juga
copas tulisan saya tentang Joey Alexander yang saya muat di NewsMusik, pada
2014 silam.....
Pianis
cilik, usianya baru juga
10 tahun. Josiah Alexander Sila, begitu nama lengkapnya. Berkacamata,
membuatnya sepintas jadi seperti…aha, Harry Potter! Yup, kecil, lincah tapi
tentu tak bertongkat. Jari-jemarinya yang lincah luar biasa merambah tuts-tuts
piano.
Joey
Alexander, begitu panggilannya. Bisa jadi, ia salah satu bakat muda paling
potensial sebagai pianis jazz. Dan “diam-diam” ia berhasil merenggut prestasi
tingkat dunia. Ia dianugerahi gelar Grand
Prix of the First International Festival-Contest of Jazz
Improvisation pada ajang kontes, Master-Jam Fest 2013. Kompetisi jazz tersebut, digelar di kota Ukraina pada awal Juni silam.
Paling menarik bila melihatnya
bermain. Seringkali, ia seperti ga
terlalu antusias bila dipanggil naik ke atas pentas. Sesekali, keliatan agak ogah-ogahan. Tapi eits, tunggu dia duduk dekat piano! Oho, itulah…showtime-nya Joey! Ia langsung bermain
dan “menyikat” habis tuts-tuts piano itu.
Seringkali seperti tanpa ekspresi.
Tapi seringkali pula, ia juga dapat berekspresi secara surprise! Penampilannya memang unik. Dan lebih unik karena tubuh
mungilnya itu. Ketika show-nya
selesai, waktu berpiano-nya usai. Ia akan berlari keluar panggung dan…kembali
sibuk dengan dunianya sendiri.
Ayahnya, Denny Sila, mengatakan
bahwa Joey sudah memperlihatkan bakatnya pada piano jazz sejak usia sekitar 5
tahun. Diperkenalkan dengan kibor mini pada usia 6 tahun, ia terlihat antusias.
Katanya, salah satu cuplikan lagu yang dimainkannya awal, lagu karya Thelonious
Monk! Melihat dan merasakan Joey senang bermain piano, maka orang tuanya
langsung mengajarkannya lebih serius di sebuah sekolah musik.
Bisa jadi, Harry Potter satu ini
eh Joey maksudnya, termasuk anak ajaib. Ia senang mendengar jazz, hafal sedikit
notasi dasar, lalu memainkannya. Dan ia memang “terpaksa”lah main dengan para “oom-oom” atau paman-pamannya, juga
bahkan “opa-opa”nya. Anak umur 10 tahun kayak dia, yang main jazz, mana ada?
Seperti kemarin malam ini, di
acara mingguan Jazz Spot di Fourties Kemang. Joey Alexander Trio dimana Joey didukung…eh didukung apa dikawal? Ia
main bersama Barry
Likumahuwa pada bass akustik dan Sandy Winarta, drummer. Yang main dengan Joey, musisi muda yang
berjam lumayan tinggi lho. Sapa juga ga kenal Barry dan Sandy?
Perlu diketahui bahwa Jazz Spot,
adalah acara regular setiap hari Senin, yang dikoordinir oleh bassist, Indro Hardjodikoro dan istrinya, Naya. Acara jazz seminggu sekali itu, menampilkan banyak
musisi atau grup jazz, baik yang terbilang “senior” maupun “junior”. Dan
biasanya juga di sesi terakhir, ada jam-session, yang melibatkan para musisi
yang datang menonton.
Dan NewsMusik menikmati permainan
Joey yang terasa banget makin matang, tambah mahir nih! NewsMusik “menemukan”
Joey, ketika satu ketika ia diajak Idang Rasjidi, untuk menjadi very special guest-star, saat Idang dan
grupnya tampil di New Friday Jazz Night, Pasar Seni Ancol. Waktu itu, sekitar 2 tahun lalu,
saat itu saja semua orang terkaget-kaget! Kata Idang, ini calon bintang jazz
masa depan!
Kedua papa dan mama-nya
senantiasa mendukung penuh karir musiknya. Mereka juga memilihkan home schooling bagi Joey. Kalau sekolah
biasa, Joey bisa sering bolos nanti, kata sang ibu. Dan mereka berdua
menyediakan waktu penuh untuk terus menemani Joey bermusik. Termasuk ke luar
kota dan ke luar negeri.
Kemarin ini, sebelum bermain di
Jazz Spot, Joey tampil pula memeriahkan Jakjazz Festival. Jadwal manggungnya
yang terus bertambah, jelaslah membuat ia makin matang. Apalagi iapun bermain
dengan banyak musisi yang berusia relatif jauh darinya, secara bergantian.
Joey diakui, prodigy yang memang ga
banyak di Indonesia. Coba bayangkan saja begini, kalau melihat usianya dan
kwalitas permainan pianonya, Joey mengingatkan kita akan sosok Indra Lesmana!
Nah Indra, pada kisaran usia sama dengan Joey saat ini, muncul dan mengagetkan,
langsung disebut anak ajaib. Ingat, itu terjadi hampir 40 tahun lalu!
Akankah Joey lantas berkembang
cepat menjadi semacam phenomenon of
Indonesian Young-Jazz Pianist, well…kita lihat saja. Biarkan Joey asyik
dengan pianonya, dengan lagu-lagu standardnya,
yang dia mainkan dengan swing, be bop, sampai agak funk dan fusion. Tetap
sesekali dengan ekspresi datar, etapi
sekarang mulai sering berekspresi “serius” kadang sambil senyum juga. So, we think he’s the coolest boy with cool
performance. But, in jazz? Oho, he will be “something” then, as jazz as
possible…. /dM
No comments:
Post a Comment