Sunday, February 7, 2016

Matajiwa vs matajiwO



Tempate di areal panggung terbuka, Bintaro Exchange Mall-Bintaro Jaya. Pada Sabtu lalu, 26 September. Gratis!
Lesehan!
Leyeh-leyeh.
Rame juga. Orang Bintaro pada kumpul kayaknya.
Matajiwa, the dynamic-duo, menjadi pelakon utama terpenting. Menemani sang dalang kontemporer, gondrongnya teteup dengan bertopi koboi berbahan dasar kulit. Eh bukan bertopi kulit koboi, agak nyeleneh nanti....
Dalang "out of the box". Bisa jejingkrakan. Dan cara duduknya, ahay...
Masih ditambah Donny Suhendra, gitaris dengan sejuta pengalamannya. Membuat Matajiwa lebih bergizi lagi,lebih tajam lagi, lebih lebar lagi. Ilustratif, inspiratif, intuitif an "if-if" yang lainnya.
Ditambah gendang dan "backing voices", Kiki Dunung, perkusionis etnis yang juga sebenarnya, berkemampuan mendlang juga. Apalagi, diapun kribo lhow!
Sita Nusanti dari RSD itu, juga menjadi salah satu "pesinden" yang sebut saja, mengharu-biru suasana.
Di balik pergelaran unik ini, ada sang pangatur lakon, pengarah gaya, peletak dasar konsep, yaaaa pori-porsi begituanlah. Arie Dagienks.

Gini ya, saya pribadi saya tak paham betul wayang kulit, cerita dibalik lakon-lakon wayangan.Termasuk apa sih cerita Karno Tanding. Karno itu ga sampai tandingpun, tak mengerti.

 
Tapi suasana atawa atmosfir pertunjukkannya saya nikmati betul. Gampang sebetulnya memahami alur cerita, toh sang dalang berbahasa Indonesia. Yang pasti, say pasti tergelaklah, ketika Dewi Kunti lantas bernama "kota", Pritta. Itu versi sang dalang. Prita, mahasiswi yang indekosan. Ya kayak gitulah.


Nah suasana "di balik layar" itu khas ayngan. Dan mata saya mencoba memahami. Bagus juga mengamati gerak-gerik silhoutte. Main light di depan sang tokoh, belakang sang tokoh ada layar putih raksasa, menutupi panggung. Dan layar itu menjadi media yang bisa dinikmati para penonton, yang leyeh-leyeh itu, di depang panggung. Alias ya "di depan" layar eh tirai sih tepatnya.
Menariknya, ada sederet spot-light, LED, dijajar di areal depan panggung, membri aksenwarna-warni pada tirai besar "penutup" itu.

Tentu saja menarik, lantaran yang paling jelas adalah, saya belom pernah motret yang beginian. Bagus deh untuk koleksi hasil jeprat-jepret saya. So pasti itu!
Masak orang Menokad begini, ga pernah fotowayangan begono? Pamali!
Lho, lho...apa hubungannya?

Kesampingkan ah soal etnis, soal persukuan. Nikmati saja cerita Dagienks with Sudjiwo nan Tedjo en itu Matajiwa-nya Anda Perdana en itu Reza Achman. Eerg mooi seh...


What else? Cukup kali ya, segitu aja. Pokoke, musikne bergizilah. Sedap, nikmat dan seha gitulah.

No comments: