Stanley
Clarke, kelahiran 30 Juni 1951. Tak pelak memang, rekaman duonya dengan
kibordis legendaris, George Duke, telah makin mempopulerkan lebih tinggi lagi
namanya. Bassis, dengan double bass
dan electric bass ini, mulai dikenal
ketika bermain bersama kelompok Return
to Forever. Sebuah kelompok yang bisa disebut salah satu grup musik jazz
rock terdepan, dan menginspirasi banyak grup band sejenis, terutama di era
1970-an. RTF ini dikomandoi kibordis Chick
Corea, dengan gitaris Al Di Meola,
drummer Lenny White.
Mendiang
George Duke sendiri, dikenal namanya lewat album bertitel The Jean Luc Ponty Experience with the George Duke Trio yang
dirilis pada 1969. Album ketiga yang didukung George Duke tersebut, disebut
pula sebagai earliest fusion-jazz album.
Pada era jelang akhir 1960-an itu, Duke tercatat mengawali karir musiknya
antara lain bermain dalam Don Ellis
Orchestra, Cannonball Aderley Band, selain dengan Frank Zappa. Sepanjang hidupnya, ia
telah merilis hampir 40 buah album solo, atau album yang menonjolkan sosoknya,
baik sebagai pianis/kibordis, sekaligus vokalis.
Jumlah
album tersebut di atas, di luar berbagai kolaborasinya dengan bermacam musisi.
Seperti antara lain Frank Zappa, yang antara lain ia ikut mendukung dalam 18
album, mulai 1970. Lalu juga dengan Al
Jarreau, Billy Cobham, Alphonse Mouzon, Airto Moreira, Flora Purim,
Deniece Williams, Dianne Reeves. Termasuk mendukung album
Off the Wall-nya Michael Jackson. Selain itu dengan Miles Davis, John Scofield,
Joe Sample, Phil Collins sampai Teena
Marie, dan lainnya.
Dan
begitulah perjalanan mereka masing-masing. Kali ini NewsMusik ingin
menceritakan mengenai persahabatan keduanya, yang diceritakan oleh Stanley
Calrke. Diawali dengan pertemuan keduanya di Finlandia,pada 1971. Keduanya
tampil, dengan masing-masing grup band-nya, dalam Pori Jazz Festival. Clarke
dengan Chick Corea, sementara Duke dengan Cannonball Adderley.
Pertemuan
tak sengaja, di koridor hotel tempat mereka bersama menginap, dan menurut
Clarke mereka berdua sebenarnya sebelumnya telah saling mengetahui. Tapi belum
pernah bertemu sekalipun. Dan keduanya lalu bertemu untukjammin’, pada sebuah
late-night jam setelah festival tersebut. Setelah berpisah, keduanya janjian
untuk akan saling kontak.
Ya,
cerita Clarke, ia langsung menghubungi Duke setelah kembali di Amerika Serikat.
Ia meminta Duke ikut bermain dalam albumnya, Journey to Love. Duke setuju, iapun ikut mendukung album solo
Clarke ketiga, yang dirilis 1975 itu bersama antara lain Jeff Beck, Steve Gadd,
John McLaughlin, Chick Corea.
Sementara
itu, Duke juga mengajak Clarke gantian ikut mendukung solo albumnya. Sejak itu,
mereka bersepakat untuk akan sering saling mendukung album satu sama lain,
barter saja tanpa fee.
Sebuah
kesepakatan yang sangat menyenangkan, mengawali persahabatan keduanya, yang
memang terus berlangsung setelah itu. Yang menarik, mereka sempat selama 10
tahun berturutan, selalu hang-out
bareng merayakan malam pergantian tahun dengan membawa istri masing-masing. Dan
tradisi itu terus berlangsung, saat memang mereka memiliki waktu.
Kami
berdua, lanjut Clarke, tinggal berdekatan di Los Angeles. Tinggal di area yang
sama, sehingga memudahkan mereka berdua untuk saling mengunjungi, atau jalan
keluar malam bersama. Menurut Clarke, Duke memiliki studio yang megah dan
lengkap. Ia sebenarnya begitu sibuk sebagai produser, untuk berbagai nama
beken, dengan bermacam-macam warna musik.
“Saya
mengagumi banget musikalitas dan personality
George Duke”, ungkap Clarke. Ia sangat baik dalam bermacam musik, ya jazz, RnB,
soul, funk, pop, rock, jelas Clarke mengenai Duke. Dan George Duke itu
menghormati semua musisi dan musikyang mereka pilih dan mainkan atau nyanyikan,
so mereka semua juga memberi respek yang sama baiknya terhadapnya, jelas
Clarke.
Stanley
Clarke melanjutkan lagi, George Duke itu tak hanya sebagai semacam produser-nya
produser tapi juga kibordis handal, selain tentu saja juga penulis lagu. “Saya
ga menyadarinya, sampai akhirnya belakangan banyak sekali lagu yang ia buat
atau ia produce, ternyata menjadi hits. Talentanya luar biasa.”
Ia
bahkan berhasil menangani music scoring
untuk film. Sebut saja, antara lain ada The
Five Heartbeats, The Apostle and
Spaceballs. Ia juga menulis lagu untuk film Footloose dan oh ya yang dengan saya dalam, Poetic Justice. Ia juga menjadi music director untuk acara besar
macam Soul Train Music Awards,
selama 11 tahun! Selain itu juga, Nelson
Mandela : An International Tribute for a Free South Africa.
Kami
berdua, terang Clarke, mempunyai kepedulian sama untuk memberikan pendidikan
musik yang baik dan benar, bagi para generasi muda. Dari sisi itu, George Duke
juga adalah salah satu pengajar musik yang adalah profesor musik, yang memang
mampu mengajar dengan baik. Ia menyediakan dirinya, untuk bersedia melakukan
jammin’ dengan siswa-siswa penerima Stanley
Clarke’s Scholarship Awards, yang diadakan rutin setahun sekali.
Ada
salah satu cerita lucu, yang tak akan bisa dilupakan oleh Stanley Clarke
terhadap sahabatnya itu. Waktu itu, cerita Clarke, terkait Helloween. “Jadi
kami suka banget apa ya ngelucu satu sama lain deh, yang bikin kami berdua
tertawa. Keluarnya sih spontan aja,” ucap Clarke. Nah pada satu show, di Royal
Oak Theatre, Detroit. Waktu itu,’Sweet Baby’ sedang ngetop-ngetopnya. George Duke itu kolektor topeng, ini banyakorang
yang ga tau, kata Stanley Clarke.
Macam-macam
topeng, dari yang model African art sampai topeng muka para superhero. Karena
acara itu bertema Helloween, mereka berdua sepakat tampil ke atas panggung
memakai panggung. “Pikir kami, wah ini pasti seru dan penonton pasti kaget dan
senang nih. Kejutan yang bakal menghebohkan.” Kenyataannya, ketika mereka
muncul di panggung, semua penonton terdiam. Bener-benar diam saja, tak ada
reaksi apapun! Waduh, mereka ga ada respon apapun, boro-boro tertawa gimana gitu. Kami berdua yang kaget banget
jadinya! Hahahaha....
Pada
2005 dan 2012, kita bermain bersama lagi, menjalankan Bring It! Tour. Jadi, kami yang adalah musisi yang termasuk
generasi awal pada sejarah fusion jazz era 1970-an, memainkan musik yang
berlandaskan pada apa yang kami mainkan dulu itu pada 40-an tahun kemudian! Dan
itulah, saat-saat terakhir, kami bermain bersama. Tur berlanjut hingga 2013,
yang antara lain tampil di Java Jazz Festival tersebut.
Mereka
berdua memang tak bisa dilepaskan dariproyek kolaborasi duo mereka, Clarke/Duke Project. Dimana akhirnya
mereka sepakat bermain bareng dalam 1 album rekaman, yang dirilis pada 1981. Clarke/Duke Project Vol.1, begitu
judulnya. Memang diteruskan berikutnya, pada 1983 dan 1990.
Kali
ini adalah cuplikan ceria mendiang George Duke mengenai album duo-nya dengan
sahabatnya itu. Sebenarnya rencana itu sering mereka obrolin bareng, tapi baru
kejadian di tahun itu, setelah Epic Records mengijinkan mereka untuk merealisasikan
rencana tersebut. Maunya,menurut George Duke, adalah rekaman dengan sebuah trio
yang powerful.
Kami
berdua setuju, album ini titik fokusnya pada kami berdua, terang Duke. Bukan
pada orkestrasinya, bukan juga background vocals-nya. Datangnya sepenuhnya dari
kami berdua dan kami berdua yang melakukan eksekusinya. Semuanya datang dan
diolah oleh kami berdua, jelas Duke lagi. Dan kami pengen membuat sesuatu yang
berbeda, yang bisa jadi mungkin malah diluar ekspektasi record-company.
Kami
berpikir, kayaknya Epic mengira kami akan menghasilkan album fusion jazz. Tapi
ah itu kan sudah di eksplor habis oleh Stanley Clarke jamannya dia dengan RTF?
Kejutan terbesar persembahan kami berdua untuk Epic adalah ya apalagi kalau
bukan, single kami, ‘Sweet Baby’ itu. Waduh, waktu proses rekaman lagu itu,
kami itu diarahkan oleh departemen RnB, yang kasih masukan, musiknya kok
terlalu “putih”. Mereka susah nanti menjualnya.
Sementara
departemen pop berpendapat, kami ini black musicians dengan menghasilkan white
record. Akan menyulitkan mereka untuk menembus radio-radio kalau begitu. So,
kami berdua mendatangi saja yang lebih independen,minta mereka gimana ya untuk
menjual album ini. Eh begitu sukses, album ini mau diambil CBS dan keluarnya
CBS menunjukkan seolah-olah kami bekerjasama dengan mereka, untuk menghasilkan
album ini.
Well,
‘Sweet Baby’ ditulisnya saat ia di Berkeley,California, pada suatu sore. Menurut
Duke,ia menulisnya cepat,begitu selesai, ia memanggil Stanley Clarke. Clarke
tidur di kamar di sebelahnya. Ia meminta Clarke mendengar sebuah lagu pop
miliknya yang baru dibuatnya. “Saya pikir, dia bisa ga suka nih. Nge-pop
soalnya. Eh ternyata sebaliknya. Dan besoknya, kami masuk studio dan
mengerjakan bareng musiknya,” cerita George Duke.
Ternyata
waooow, ia surprise bahwa lagu itu
menembus Top-10 chart. George Duke
mengaku, ini sebuah lompatan besar bagi karir musiknya. Mereka sepakat mengajak
John Robinson sebagai drummer.
Sebelumnya ia banyak dengan Rufus, dan menurut Duke dan Clarke, Robinson is perfect!
Karena
album itu,merekapun sibuk dengan tur. Keduanya jadi berjauhan, untuk saat itu,
dengan grup mereka masing-masing. Mau ga mau, mereka memang harus
berkonsentrasi dengan proyek mereka itu. Tapi, lanjut Duke, yang paling
mengejutkan dan mengharukan adalah Quincy Jones khusus menghubunginya via
telephone. “Q mengucapkan selamat ketika lagu itu masuk Top-10. Job welldone!”. George Duke selalu
mengingat ucapan selamat dari Q itu.
Well,jangan
tanya kenapa kok mereka banyak menonjolkan vokal pada album proyek mereka
berdua itu. “Karena kenyataannya, musik instrumental itu masih sulit diterima
banyak radio, yang lebih memberi tempat untuk musik lebih pop, dengan vokal,”
jelasnya. Sebenarnya, mereka ingin membuat lagu instrumental, tapi memanfaatkan
vokal lebih sebagai kendaraan untuk memudahkan komunikasi dengan pendengar.
Lewat
album itu, Duke lantas bisa membuat video.Bahkan dibuatkan tiga versi. Tapi
saat itu kami berdua sempat kesal juga karena, MTV sempat menolak memutar video
kami, karena kami adalah black-artists!
Kalau saja mereka masih begitu pada saat ini, mereka bisa di demo tuh.
Begitulah
cerita persahabatan mereka berdua, dan sembari mengenang George Duke yang multi
talenta itu. Kehilangan yang besar, ketika George Duke pergi keabadiannya. Stanley
Clarke mengatakan, He was a healer and a lover of people. George Duke left a gigantic
footprint on the planet. I was very fortunate to know him and share tremendous
experiences with this enlightened man.
Satu
hal yang senantiasa sangat diingatnya selalu dan dirindukannya adalah,
mengontak George Duke via telephone lalu menyapanya, “Yo Big Daddy”, itu adalah panggilan manis buatnya dari para sahabat
dekatnya, saat meneleponnya / dionM
No comments:
Post a Comment