Nonton mereka sejak "masa kecilkoe
doeloe". Akhir 970-an, lalu juga di 1980-an. Lantas lama ga nonton. Tapi
malah mulai mengenal satu demi satu personil mereka.
Dapat kesempatan menonton lagi,di Bandung tahun
lalu. Konser "perayaan" 41 tahun karir panjang mereka. Setelah sempat
menyaksikan kehebatan rock mereka di kafe, pernah juga di luar Jakarta.
Dan ya sampailah ke konser musikukeren - Panggung
Sandiwara itu.
Karena promotor, Donny Rochyadi serta Helmy Yahya,
malah kali ini saya sangat dekat dg mereka. "memotret",
"mengamati", "mengikuti" proses konser mereka kali ini.
Seperti "mngembalikan" GOD BLESS ke
Jakarta lagi, sebagai kota kelahirannya. Lengkap dengan kemegahan dan
"kemewahan"nya. Sebuah apresiasi dan respect atas perjalanan demikian
panjang mereka, sebagai sebuah supergroup kebanggaan Indonesia.
Dan lantas Iye' atau Achmad Albar pun menyatakan
dari atas pangung bahwa ini juga konser ulang tahun ke 42 dari GOD BLESS, yang
berdiri "resmi" (disebutkan namanya bg God Bless) pada 5 Mei 1973.
Helmy Yahya melibatkanlah sahabatnya, Donny
Rochyadi untuk mewujudkan mimpinya. Mimpi seorang fans fanatik sekian waktu.
God Bless dianggap grup rock terdahsyat dengan eksistensi yang nyaris tak
pernah berhenti. Senantiasa terus dikagumi dan disukainya abis-abisan. Donny
juga "kebetulan" fans berats GB! Klop dong?
Ini adalah konser dimana dasarnya adalah
menempatkan GOD BLESS sebagai grup "teramat besar", kebanggaan
bangsa. Dan mengemasnya dengan bentuk eksklusif, yang rasanya pantas dan pas
untuk grup dengan jam terbang tertinggi di Indonesia kita itu.
Tak heran, dipilihlah theatre eksklusif Ciputra
Artpreneur. Memang eksklusif, walau keliatannya lantas menjadi "rada
kekecilan dan sesak" untuk sajian tontonan Hard Rock total a la GOD BLESS
itu. Duduk nyaman, adem, nyantai. Lumayan mewah, ga heran juga kalau harga tiket...bisalah
disebut, "kelas premium"!
Pada akhirnya gedung berkapasitas hanya 1200-an
ini, malam kemarin memang dibakar habis oleh "keras n bising"-nya
musik yang dimainkan oleh Achmad Albar, Donny Fattah, Ian Antono, Abadi
Soesman, Fajar Satritama.
Dimana juga didukung oleh orkestrasi
"mini" dipimpin Astrid Lea, dilengkapi 4 backing vocals.
Masih ditambah para bintang tamu, gitaris Eet
Sjahranie. Dan 3 penyanyi dengan karakter khas tersendiri berbeda-beda yaitu
Husein "Idol" Alatas, Maria Calista dan Candil.
Sempurna dan tidak sempurna. Puas dan tidak begitu
puas. Wajar-wajarlah saja, kawans! "Nobody's Perfect" kan kata org
Banyumas, eh org bule sonoooo... Yoi gara? (lho? ini kyknya krn keasyikan
nikmatin lagu, 'Ogut Suping" niiiih)
Harusnya bisa lebih wah lagi, ada yang bilang
begitu. Gedungnya kesempitan, kata orang yang lain lagi.Atau, ah ini yang
banyak juga....Harga tiketnya bro, repots punya tuh! Abis Lebaran lagi kan?
Kalau perihal harga tiket, benar dan tak benar.
Mahal itu relatif. Kalau grup-grup luar dipanggungin di sini, kenapa bisa
diserbu publik? Padahal ya sejuta, dua jutaan juga,bahkan lima jutaan harga
tiketnya. Ada yang sampai 10 juta-an
bahkan lebih...!
Yaaaaa karena jarang2 kita bisa liat mereka dong,
jawab sebagian kecil orang. Oh ok. Tapi God Bless, dengan kemasan eksklusif dan
"lengkap". Jelaslah lengkap, 20 lagu, mek! Kesempatan langka juga
lho. Bahkan GOD BLESS sendiri mengakui, jarang-jarang banget dapat kesempatan
konser begitu. Belum tentu bisa lagi, atau belum tentu ada lagi di lain waktu.
Belum tentu ya,misal tahun depan kita dapat main
di konser kayak yang dibikin Helmy dan Donny itu. Umur kita kan ga muda lagi,
usia udah banyak nih.... Begitu ucap Iye', Ian Antono, Donny Fattah dan Abadi
Soesman di lain2 kesempatan.
Yang jelas ya, kita harus acungkan jempol melihat
kesungguhan dan semangat rocker dengan usia yang "jelas tak muda
lagi". Bayangin jack, umur mereka berempat sudah lewat 60-an tahun! Cuma
Fajar Satritama, drummer yang masuk paling belakangan, yang relatif muda.
(Belum 50 kan ya, Fajar?)
So, melihat semangat demikian tebal mereka itu,
kalaupun misal dianggap ah sayang lighting "agak kurang sempurna".
Maklumi dan pahamilah. Lalu special effects yang dijanjikan sebelumnya akan
mewah dan sekelas band-band papan atas internasional, kenyataannya kok
"segitu aja".Itu juga haruslah dipahami dan dimengerti....
Oh ya konsep Nolimits, yang menghadirkan
specail-effects itu sebenarnya memang wah. Kalau jadi ya. Tapi at very last
minute, misalnya ada 1 spc-fx dengan permainan api sekeliling bibir panggung
terpaksa batal. Karena pihak gedung tak bisa mengijinkan, beresiko tinggi.
Walau sudah dijelaskan bahwa itu aman dan biasa dipakai di konser2 di luar
negeri, khususnya dalam ruangan!
Tak heran, Donny Rochyadi yang juragannya Nolimits
sempat pula stress dan pusing, karena konsep special-effects nya yang bakal
jadi surprise dahsyat jadi batal. Ada juga spc-fx yang batal karena tak cocok
dengan God Bless, alias teman-teman God Bless "menolak". Juga di
saat-saat terakhir, ini karena alasan tehnis sih.
Tapi ya akhirnya toh, segala sesuatunya telah
terjadi. Dan konser berlangsung relatif lancar. Konser lengkap dan tetap
terbilang mewah dong. Ya gedungnya. Ya ada special effects, walau
"minimalis" jadinya. Sound optimal yang didukung DSS dengan Donny
Hardono Full,
khususnya utk backlines dan monitoring, selain menanganinya langsung.. Selain
dukungan additional lighting dari Mata Elang.
Semua pendukung kemasan konser tersebut di atas,
adalah nama-nama terdepan dan terbesar di bidangnya masing-masing di Indonesia
sini.
Puas lah jadinya,pada akhirnya. Tanpa sponsor, toh
alhamdulillah bisa tetap jadi terselenggara. Sponsor? Ga mudahlah. Malah memang
nyaris mustahil, karena sponsor2 mayoritas tak begitu doyan membidik pangsa
pasar "legend" Atau sebut saja, menjaring massa dari kalangan
"lebih berumur".
Kenapa, bukankah "berumur" pastinya kan
pegang duit? Bagaimana ga berduit, harga tiket kelas premium gitu? Walau last
minute juga ada kalangan yang memohon very special discount ++ yang akhirnya
dapat didiskusikan dan "dicarikan jalan keluarnya" oleh promotor.
Permintaan spesial banget, dengan banyak pertimbangan yang....memang dimaklumi
kok.. Itu hny untuk kelas tertentu saja
sih.
Ada sedikit ganjalan pada sahabat-sahabat wartawan
yang meliput, baik tulis maupun foto. Atas sistim peliputan yang diterapkan
pihak pengelola promosi dan koordinasi media peliputan, yang ditunjuk promotor.
Harus bisa dipahami dan dimaklumilah. Kadang kan, jam terbang pihak yang
menangani hal seperti itu, juga "menentukan".Mungkin saja mereka
memang belumlah "matang betul" dalam bersahabat dengan para wartawan.
Maka, yah laen waktu, bersahabatlah. Kan ini juga tontonan konser lokal,
bandnyapun band kebanggaan bangsa yang "langka"!
Spesifikasi khas itulah, yang mungkin belum
dipahami betul oleh pihak yang ditunjuk promotor, untuk menangani media.
Langka, rock pula dan..."Real Living Legend". Pasti beda dengan
nama-nama lain, yang misal mungkin dr musik lebih pop, pasti umurnya juga jauh
lebih muda. Pangsa pasar, so pasti juga beda.
No comments:
Post a Comment