Wednesday, June 15, 2022

Donny Suhendra Sahabatku, Cepat cepatlah Sembuh.....!





Aduh, Doooon!

Donny Suhendra a.k.a KD alias Kang Dodon, apa kabarmu hari ini? Udah lewat dari seminggu nih, dari elo tetiba terberitakan yang kurang baik. Donny sakit parah kayaknya, masuk rumah sakit segala!

Kalau istriku, waktu membaca postingan di sosmed bilangnya, “Itu Kang Dodon kayaknya serius, masuk rumah sakit. Lihat aja foto ini…” Istriku menyodorkan hapenya untuk gw lihat. Lho, ini KD maksudnya si Donny, Donny Suhendra? Istriku mengangguk, dan bilang lagi, kenapa ya coba deh kamu cari tahu, Kang Donny kenapa tuh….

Kagetlah Don. Ya pastinya. Elo kenapa nih? Tapi gw seketika langsung mencurigai, elo kayaknya kena serangan asma berat deh. Lalu asma tersebut, memicu serangan jantung. Mungkin, itu baru dugaan gw. Karena gw tahu, elo pengidap asma akut sejak lama kan? Dan kalau elo kena serangan asma, asli Don, gw suka ngeri liat batuk-batuk elo itu, karena seperti kehilangan nafas atau oksigen…

Gw prihatin, yaaa ampuuuun elo sakit. Apalagi kemudian terdengar kabar, elo dirawat di ICU. Dari Rumah Sakit Pondok Indah, dipindahkan ke Rumah Sakit Fatmawati. Lalu gw langsung menjengukmu Don, besok siangnya (kan elo masuk Rumah Sakit, hari Minggu malam).

Dan gw lantas teringat masa-masa lalu nih jadinya. Dimulai dari ya pastinya, waktu Yuke Sumeru mengajak gw untuk menemui elo. Ke rumah elo tepatnya. Karena Yuke kepengen bisa membentuk band lagi dengan elo. Sementara gw sendiri teringat, kenal elo lebih dekat waktu Light Music Contest, Agustus 1985, di Teater Terbuka, Taman Ismail Marzuki.

Waktu itu elo tampil dengan Krakatau Band, masih dengan formasi elo, Prasadja Budidharma (bass), Budhy Haryono (drums) dan Dwiki Dharmawan (kibor). Formasi sakti tuh dan yang paling menggetarkan penonton, tentu juga dewa jurinya. Ga heran, Krakatau langsung terpilih jadi nomer wahid! Dan elo, Pra dan Budhy jadi Best Playernya. Best Keyboardistnya waktu itu, Yani Danuwijaya, kibordis cewek masih belia banget dari grup Warimoo-nya Aryono Huboyo Djati.

2 hari setelah malam final di Taman Ismail Marzuki itu, kan gw menyambangi kalian di Hotel Marcopolo, jalan Teuku Cik Di Tiro, Jakarta Pusat. Kalian nginep di situ. Termasuk juga Ruth “Uthe” Sahanaya, yang terpilih menjadi Best Vocalist Light Music Contest 1985 itu. Adalah mas Toyo Rachman dan Nunus Oetomo, dari Nusantik sebagai penyelenggara LMC, yang mempertemukan gw dengan kalian. Waktu itu gw wartawan Majalah Musik & Film, Vista.

Waktupun berjalan, saat Krakatau dengan manajernya Iwan Pratiwi Setiawan dan Nunus Oetomo, kita sering bertemu. Jadi tambah dekat. Kemudian gw juga jadi dekat dengan Yuke Sumeru, yang ternyata sahabat baik elo sejak masa masih sekolah di Bandung! Dan balik ke Yuke ajak gw menemui elo untuk bikin band itu ya.





Dengan Krakatau, yang sukses dalam rekaman, nama elo makin dikenal luas. Tapi bisa dibilang, elo salah satu member Krakatau paling “pendiam”, kayak “di belakang layar”lah gitu ya. Tapi elo memang, dengan permainan gitarmu, memberi warna tersendiri untuk Krakatau. Dimana lantas Krakatau menjadi elo, Pra, Dwiki plus Indra Lesmana dan Gilang Ramadhan. Dengan vokalisnya, Trie Utami.

Biar gimana, dengan Krakatau, namamu Don makin dikenal luas. Sekaligus dihormati atau disegenin sama gitaris-gitaris lain. Emang kayak gitu Don. Elo dulu jawab, ah masa sih gitu? Elo jawab dengan “keluguan”mu yang khas itu lho, sangat “Sundanese”. Gitaris jazz dan rock paling “Sunda pisan” buat gw mah….

Sebenarnya sebelumnya juga elo sudah membantu Yuke Sumeru Band, mengiringi bisa Harry Moekti, Renny Djayoesman, Gito Rollies. Antara lain ya. Pernah juga, kemudian Bangkit Sanjaya. Tapi yang paling sering memang ketiga nama di atas. Main di Semarang, Bogor, Bandung. Posisi gitaris, kalau ga elo, ada juga Agus Anhar, gitarisnya Makara.

Dalam perjalanan menuju rumahmu Don, di Pondok Ranji, Yuke dalam mobil Coronanya mengatakan ke gw,”Gimana kalau gw bikin band serius lagi? Dan gw mau ajak Donny lagi. Gw merasa cocok sama Donny euy, dan emang konsep musik band itu paling pas sama Donny.” Gw inget banget, Yuke omong begitu ke gw. Dan gw jawabnya, seriusan? Elo yakin Donny bisa, kan dia gabung dengan Krakatau dan Krakatau lagi lumayan lancar lho jalannya? Tapi, lanjut gw, ya coba aja…

Dan ternyata elo menyambut baik ajakan Yuke. Disebutkanlah di situ, dan elo sepakat bahwa drummernya nanti Rudy Subekti. Drummer yang barengan Yuke di Hydro Band, yang waktu itu dengan Helmie Indrakesuma, Dewa Budjana, Ocon Panjaitan. Waktu itu kan, Yuke juga sudah keluar dari Hydro. Sementara untuk kibor, Yuke mengusulkan Iwang Noorsaid, yang elo juga setuju.







Namanya disepakati Dimensi Band. Dan Dimensi rekaman deh, tau-taunya dapat tawaran dari Team Records untuk menyetor 1 lagu untuk album 10 Bintang Nusantara volume pertama. Lagunya didapat dari Donny Hardono. Judul lagu, “Pasti” yang adalah karya kakak-beradik, Donny dan Prass. Rekamanpun dilakukan di studio rekaman Nusantik di Wijaya, Kebayoran Baru, Dimana sound engineernya, Donny Hardono sendiri.

Saat itulah juga kalian mengajak Amiroez sebagai vokalis. Jadi deh tu barang! Dimensi berkesempatan merilis single. Di dalam album yang dirilis tahun 1987 itu, ada juga lagu antara lain itu, “Tentang Kita”-nya KLa Project. Selain ada lagu dari band Bandung, Wach Dach. Ada juga Splash Band, Punk Modern Band bahkan sampai Katara Singers.

Dari situ Dimensi ikut Light Music Contest, yang sudah berganti nama menjadi Band Explosion, di tahun 1989. Sayang Dimensi “dikalahkan” Topeng & Masks, yang akhirnya pemenangnya dapat tiket untuk tampil di Band Explosion tingkat internasional di Tokyo, Jepang.

Gagal deh ya, elo ke Jepang lagi untuk kedua kalinya. Kan yang pertama waktu dengan Krakatau tuh, dimana elo dan Krakatau sebenarnya satu-satunya peserta non Jepang. Pada kesempatan itu, Dwiki Dharmawan diberi anugerah, Best Keyboardist. Dan Krakatau mendapat respon sangat positif dari para penonton.

Pada perjalanan kemudian, Dimensi mengalami pergantian personil, terutama kibordis. Iwang digantikan Erlanda Yunita (sekarang lebih dikenal dengan nama Nita Aartsen), yang saat itu baru tamat SMA. Dari Nita lalu ke Dian HP. Dari Dian HP lalu ke Chaerul Abimanyu. Sementara elo, Yuke dan Rudy serta Amiroez tetap.

Rencananya kan waktu itu akan rekaman album ya? Menuju rekaman, Dimensi main beberapa acara. Yang kemudian sesekali Amiroez diganti. Antara lain, pernah Dimensi lantas bersama Once Mekel. Yoih, Once yang baru lulus SMA juga waktu itu. Di saat akhir 80an, ya masuk 1990-an, elo juga mulai sibuk dengan band-band lain.

Dimulai misalnya, ada Adegan dan Indra Lesmana Java Jazz. Lalu elo juga ikut membentuk grup band blues, Big City Blues. Antara lain dengan AS. Mates, Albert Warnerin, Najib Oesman. Big City Blues juga menjadi salah satu band terawal drummernya GIGI, Gusti Hendy. Hendy saat itu bergantian dengan beberapa drummer, salah satu diantaranya, Eddy Syakroni. Oh ya ada juga Krisna Waluyo Suryowijoyo (Krisna Harmonica), dan vokalis, Sue Bonnington.

Eh iya, sebelum Adegan dan Indra Lesmana Java Jazz, elo juga pernah bikin trio dengan nama DonGilYan ya? Elo dengan Gilang Ramadhan dan Yance Manusama. Waktu itu gw “diperkenalkan” dengan trio itu di Kantong Studionya Gilang. Sempet main sekali dimana ya, trio itu? Gw lupa deh. Apa main di waktu Sunday Jazz Club di Musro kali ya?

Lalu saat kita jalan bareng dengan Yuke Sumeru itu, seringkali keluarlah cerita-cerita masa lalu elo dan Yuke di Bandung. Dari zamannya elo dengan We Band, Yuke nonton. Lalu akhirnya elo barengan di G’Brill, dengan kostum yang ajaib-ajaib itu. Dari situ lalu D’Marzyo, yang sempat membuat satu album dengan penyanyi Rien Djamain.

D’Marszyo berhenti, berlanjut ke BOM yang singkatan dari Batalyon of Musicians. Dengan Bambang Nugroho, Lambertus dan juga kemudian ada Dhadhi Sufiyadi. Itu band fusion, jazz rock yang sempat “memusingkan” penonton rock di sebuah konser besar di Stadion Siliwangi tahun 1984. Main dengan Ucok AKA, ada Giant Step dan band-band rock lain, hanya BOM yang mainin jazz rock. Nekad!

Yang gw ingat juga, Yuke cerita bahwa elo berteman sejak SMA. Waktu SMP Yuke dan elo sebenarnya sudah saling tahu, tapi saat itu menurut Yuke elo itu sudah ketahuan jago main gitar. Elo dan Yuke sempat masuk kursus musik ya? Dan emang elo itu bersahabat dekat asli, kental. Sampai-sampai kompak banget, dua-duanya mengidap asma!

Catatan terpenting dari Yuke adalah, sedari dulu Donny mah udah langsung jago gitu ngegitar. Dan hebatnya, Donny asyik bawain lagu dengan music apapun. Donny itu dari dulu sudah termasuk gitaris all-round. Dan, tambah Yuke, itu yang membuat Donny berbeda dibanding gitaris lainnya.

Nah kalau sampai di titik itu, soal “terbaik”, versi gw nih. Maksudnya, menurut gw mah gw setuju dengan penilaian Yuke. Yang membuat, sedari awal, gw udah mengagumi dirimu sebagai gitaris. Edun lah! Elo tahu ga, gw semangat banget nonton LMC waktu Krakatau tampil 1985, karena ada elo dan juga bung Jopie Item (waktu itu ikut dengan band namanya Cakra, bersama vokalis Henri Manuputty, kibordisnya Najib Oesman lalu drummer Tommy. Bassisnya adalah, gitaris hebat juga sebenarnya, Emmand Saleh).

Waduh buat gw, kagak boleh terlewat final LMC itu. Karena 2 gitaris idola main, 2 gitaris hebat dengan karakteristik permainan gitarnya yang khas masing-masing. Kesamaannya, dua-duanya terbilang kalem kalau di panggung, palingan senyum-senyum tipis. Tapi kalau ngobrol, busettt….banyak hal-hal kocaknya.

Berikutnya nih Don, ya gw pasti ingetlah, kita kemana-mana bertigaan. Seringkali kita nongkrong di rumah Renny Djayusman, waktu itu di Abdul Madjid, Cipete situ. Dan elo seringkali mengejutkan juga, kalau lagi di mobil di jalanan, suka ga sabar kalau disalip mobil lain. Dan Yuke sering cerita elo emang diam-diam itu gampang marah juga, terutama kalau di jalanan apalagi disalip mobil lain! Dan serunya, elo mengiyakan Don.

Yang ga pernah berubah dari elo, elo ga mau dugem. Elo ga minum-minumlah. Elo terbilang bersih, minum kagak apalagi narkoba. Kalau gw diajak Yuke dan Renny berkliaran ke discotheque, elo pasti ga mau ikut. Elo mah pilih pulang aja.









Kemudian perjalanan kita bertiga berhenti di sekitar mendekati pertengahan 1990, ketika Yuke Sumeru tiba-tiba menghilang. Ternyata Yuke memilih jalur “lain”, yaitu masuk Perguruan Tinggi Ilmu Al Quran. Sebelumnya gw masih suka jalan dengan Yuke, saat Yuke membentuk band entertainer rock, Yuke Sumeru Band. Waktu itu antara lain dengan Coki Sitompul, Bey Benny, Erry dengan vokalis Ade Ayu, selain juga dengan Tonny Kurniawan.

Gw dan elo juga kemudian “terpisah” ya Don. Elo sih masih terus main. Dan juga mengajar musik. Sampai pada sekitar 2008, elo bertemu gw dan meminta tolong untuk bisa merilis solo albummu tuh.

Sebenarnya diawali dulu waktu kita ketemu di Bandung lagi. Dimana sahabatku, yang tentunya temen baikmu juga, Wawan Djuanda (dengan Republic of Entertainment nya) membuat Guitar Festival. Dimana elo main dengan OTD, trio gitar. Yang adalah Oele Pattiselanno, Tohpati dan Donny. Trio itu di tahun berikutnya gw bawa ke Jakarta untuk main di acara bulanan gw, Jazz on Sunday, di Executive Club, Jakarta Hilton.

Kesempatan tampil di Sabuga, Bandung, acaranya Wawan Djuanda menyambung dari acara kolosal Megalithikum-Kuantum dalam rangka HUT 40 Tahun Kompas di 2005. Dimana elo ikutan main dengan banyak nama-nama besar lain seperti Rahayu Supanggah, Didik Nini Thowok, Wayan Rai sampai Agnes Monica, Candil “Seurieus”. Lalu Indra Lesmana, Pra Budidharma, Maya Hasan, Budhy Haryono. Termasuk Dewa Budjana. Sebagai konseptor dan sutradara utama adalah Rizaldi Siagian.

Gw dilibatkanlah menjadi salah satu tim kerja utama, ditempatkan sebagai Talent Coordinator. Waktu itu tim utama termasuk Eni Erliani dan Wawan sendiri Dengan art director Jay Soebyakto yang didukung tim show dan stage Inet Leimena dan rekans. Selama acara, di Balai Sidang Senayan, Jakarta berlanjut ke Garuda Wisnu Kencana di Bali kami menyiapkan tabung oksigen khusus untukmu. Berjaga-jaga, kalau elo kena serangan asma. Inget ga, Don?

Kembali ke soal Jazz on Sunday, kan gw dengan teman-teman baik gw, pake bendera Five Production bikin acara regular sebulan sekali itu. Nah gw minta OTD main juga, di salah satu edisinya. Kalau ga salah, sempat tampil juga jadi bintang tamu khusus, Endah Widiastuti. Jadinya OTD+ gitu, main bareng 4 gitaris. Dan lebih seru dong jadinya kan…

Sekitar waktu itulah, elo diskusi dengan gw soal album solomu kan. Elo udah punya solo album, versi kaset dengan produsernya adalah Chico Hindarto dengan label Chico&Ira. Album solo versi kaset dirilis akhir 1990an ya? Eh iya gw ingat juga dong, elo pernah gw ajak main untuk acara majalah gw, waktu itu baru terbit, NewsMusik. Acaranya di Jakarta Hilton juga. Nah elo main dengan materi repertoire diambil dari solo albummu itu.

Elo mengajak musisi yang semua juga mendukung rekaman solo albummu. Indro Hardjodikoro, Akhsan Syuman, Riza Arshad, Iwang Gumiwang. Dan juga dengan vokalis, Syaharani.

Setelah itu, elo akhirnya terlibat dan terus aktif mendukung Syaharani dengan Queen Fireworks Bandnya ya? Seinget gw sih begitu. Satu band yang elo setia banget dan elo selalu semangat untuk mendukung. Udah dijadiin “rumah” aja buatmu. Rumah yang lainnya ya….






Akhirnya, kita bertemu fans fanatikmu, Ahmad Liong Ko. Dan beliau bersedia menjadi executive producer albummu versi CD. Jadi materi yang dari kaset, dipindahkan ke CD. Ditambah satu lagu barumu, “Akulah Aku”. Itu lagu religius banget. Gw kaget elo bikin lagu seperti itu, terutama pada syair atau liriknya. Dalem euy Don….

Elo bercerita itu seperti pandanganmu tentang dirimu dan ketuhanan menurutmu. Ya bener kan, emang terasa dalem lah. Sementara isi lagu lainnya, menurutmu, itu perjalanan hidupmu. Dimulai dari awal sampai pada posisi di saat itu.

Nah kemudian album bisa terealisir. Gw bersedia mendukungmu dan Ahmad Liong Ko. Gw bertindak sebagai distributor, juga marketing dan promotion. Sebelumnya kan, gw minta elo harus sowan ke Chico Hindarto dulu tanyain mau ga rilis albummu tapi dengan versi CD. Ternyata kan, Chico saat itu sibuk banget dengan kerjaan lain, maka dia sulit untuk merilis lagi albummu. Jadinya, gw bilang ya udah kalau gitu gw deh dengan label indiejazzINDONESIA punya gw yang akan rilis.

Saat itu gw juga dibantu penuh oleh sahabat kita, yang akupunturist itu, Rony Rhuzandri Anwar. Kongsian deh ya, elo, gw, Ronny serta teman-teman gw yang mendukung indiejazzINDONESIA. Album dirilis tahun 2009, dengan jumpa pers di Bentara Budaya Jakarta sore harinya. Dan malamnya, elo tampil deh. Itu kayaknya rilisan terakhir label gw itu, abis itu situasi pasar musik kita lagi drop. Dan label gw tak dapat bertahan hidup dengan baik…. Pendarahannya terlalu berlebihan! Tak tertolong lagi….

Gwpun menyodorkan konsep press conference yang very special. Gw undang sekalian Mas Bens Leo, Denny Sakrie dan Nini Sunny untuk jadi pembicara di depan. Frans Sartono dari Kompas, juga gw undang sebagai tamu. Lalu Remy Soetansyah juga menyempatkan diri hadir, walau rada terlambat. Itu spesialnya, gw kumpulin wartawan-wartawan musik “papan atas” atawa senior deh saat itu. Tentu selain wartawan dari media-media lainnya ya. Banyak juga rekan-rekan pers yang datang.








Elo senang dan sangat ceria saat itu. Alhamdulillah ya. Buatku Don, elo memang layak mendapatkan perlakuan special begitu. Namamu gede, elo disegani musisi terutama gitaris lain. Saking senangnya, elo aman-aman aja lho waktu itu, lancar ikuti jumpa pers di siangnya. Lalu mainnya elo perform juga tanpa hambatan. Ga ada gangguan asma sama sekali!

Rilis album, beres. Kemudian sambal menanti hasil penjualan, gimana nih animo publik gitu. Elo meminta tolong gw untuk supaya elo bisa main dimana-mana. Tentu dengan band solo projectmu sendiri. Gw bilang, gw akan bantuin. Walau bukan jadi menejerlah, kita jalan bareng aja atas nama persahabatan… Gw merasa gw emang bisa bantuin. Dan, ga perlu jadi menejer-menejeran segala. 

Apalagi kan elo saat itu pernah curhat. Eh ini dalem juga nih. Kenapa elo kok susah untuk dapat kesempatan main. Elo kata orang, jazzer atau gitaris jazz. Udah punya karya-karya sendiri. Dari grup yang besar Namanya, di era sebelumnya. Tapi kenapa elo susah main di festival-festival atau konser jazz?

Katanya festival jazz, tapi lebih mengutamakan nama-nama non jazz. Orang-orang kok gitu ya, ga peduli dan ngeliat gw. Pada saat itu, gw pahami bahwa curahan hatimu, kegelisahanmu bukan ke arah popularitas. Juga tidak semata-mata pada finansial atau soal fee. Tapi asli, soal kesempatan main. Sementara elo kan semangat banget untuk tampil dimana-mana.

Beruntunglah gw punya Solo City Jazz dan North Sumatra Jazz Festival. Akhirnya elo bisa gw bawa ke Solo dan Medan untuk tampil di festival gw tersebut. Sebelumnya juga ada Malacca Strait Jazz Festival, di Pekanbaru.

Elo bisa muncul di Solo, tahun 2010. Lalu di Medan, tahun 2011. Formasi grup bandmu elo yang pilih, dengan diskusi dulu dengan gw. Gw sih hanya pada posisi mengiyakan aja pilihanmu. Sebelumnya, di 2009 elo juga tampil dengan ini bisa dibilang cikal bakal solo project bandmu. Gw bikin Fusion Trio Explosion di Graha Bhakti Budaya, TIM. Elo main dengan triomu bersama Kristian Dharma, bass. Dan drummernya, Demas Narawangsa.







Bisa dibilang, itu kali pertama elo main dengan konsep solomu ya? Bener ga? Terutama setelah rilis album solomu. Gw senang hati karena melihat elo antusias dan gembira untuk tampil. Ada performers lain, semua trio, Bintang Indrianto Trio, Indro Hardjodikoro Trio serta juga ada Nikita Dompas Trio. Eh puji Tuhan, acara tersebut terbilang sukses, tentu dong bikin senengnya gw double lah.

Dari situ, Donny Suhendra Project main dimana-mana. Di Jazz Buzz Salihara, misalnya. Di Goethe Haus juga, CafĂ© Au Lait yang di Cikini. Termasuk bisa mendapat kesempatan main, akhirnya gaesss…., di Java Jazz Festival. Nama bandmupun, bisa Donny Suhendra Project atau bisa juga Donny Power Trio.

Elo mengajak bergantian beberapa teman-teman baik musisi. Dari Adi Darmawan untuk bass, Yo Iqbal untuk drummernya, selain Budhy Haryono. Juga mendukung, secara bergantian, Riza Arshad, Roberto Joko sampai teman lamamu di D’Marszyo, Samuel Budiono.

Selain format band, elo juga tampil dengan format duo. Dengan Agam Hamzah, dimana Agam selalu bilang ini proyek “guru dan murid”. Bahwa dia adalah muridmu, waktu awal main gitar di Bandung. Yoih, kalau soal Bandung mah, elo udah bisa dibilang “master”nya gitarislah. Dengan Agam bisa main di Solo, Medan. Ke Bandung juga ya.

Pernah juga elo main bertigaan dengan Agam dan Ivan Nestorman, vokalis yang juga pernah bantuin elo di beberapa acara lainnya. Eh iya, sebelum lupa, elo juga main dengan Gilang Ramadhan – NERA kan ya, dengan Krisna Prameswara, Adi Dharmawan, juga Ivan Nestorman? Walau di Jakjazz 2012, posisi elo diganti Kadek Rihardhika.

Elo memang beneran all round deh. Elo juga kan ikutan mendukung grup band yang berisikan campuran hobbyist dan musisi “sangat senior”. Grup itu membawakan lagu-lagu tahun 1960-1970an. Dan elo terus di situ, terpakai terus. Maksudnya ya diajak terus. Elo ga pernah menolak ajakan mereka untuk sekedar ngumpul, Latihan. Tentu saja termasuk tampil di sebuah acara.

Masih menyempatkan waktu, padahal kan sejak 2014 ke 2015 Krakatau kumpul lagi. Dengan formasi “versi kaset” yang lengkap. Dimulai dengan mengambil tema, “Kembali Satu” ke Reunion. Dan kini dengan nama Krakatau saja. Masih akan terus jalan, jalan terus. Elo terlihat, ini gw juga inget Don, elo senang dan bersemangat dengan berkumpul dan jalannya lagi Krakatau.

Donny, kayaknya lumayan panjang juga perjalanan dirimu. Ya tentu saja dong. Dari jelang akhir 1970-an. Berapa umurmu sekarang ya? Elo kan lahir di 9 November 1957. Sama lho tahun lahirnya dengan Yuke Sumeru Cuma beda di tanggal, karena Yuke lahir di 18 Oktober.

Yang seru, lumayan panjang juga gw jalan bareng sama gw. Atas nama persahabatan saja. Awalnya dulu sih, karena juga kebetulan tempat tinggal kita ga terlalu berjauhan kan? Walau memang belakangan kita udah ga pernah ketemuan lagi. Terutama saat pandemi Covid 19, jadi mulai dari awal tahun 2000.







Waktu 2018, kita sempat berunian deh. Ya elo, gw dan Yuke. Karena album rekaman, mini album duo kalian berdua. Dan Yuke, berserta Deece istrinya, meminta gw bantuin untuk memotret elo berdua. Untuk jadi cover album. Desainnya elo sendiri yang bikin, kan itu sama dengan desain solo albummu juga. Elo bikin sendiri, maklum dong, biar gimana kan elo kuliahnya dulu di Fakultas Seni Rupa dan Desain di Intitut Tehnologi Bandung.

Yuke di sela-sela aktifitasnya yang lumayan padat dalam berdakwah, ya kan sudah ustadz “gelar”nya, ternyata sempatkan diri untuk rekaman. Kata Yuke, karena ada yang bilang untuk Islam musik itu haram. “Ya gw jawabnya langsung dengan karya aja. Gw rekaman. Dan siapa lagi yang pas untuk diajak, kalau bukan Donny?”

Ada banyak kejadian, banyak momen gw dengan elo. Gw juga lalu jadi mengenal istrimu, Maya. Selain Eka dan Reddi, 2 putramu. Ya kenal baiklah, kan sering ke rumahmu juga. Dan gw ingat, elo ga akan nge-push anak-anakmu supaya jadi musisi. Kalaupun mereka kepengen jadi musisi, ya elo akan mengarahkan. Elo membebaskan anak-anakmu untuk memilih dunianya masing-masing.

Sejauh ini, kelihatannya Reddi yang mengikuti jejakmu. Menjadi gitaris. Tapi musiknya beda. Kayaknya interesnya gitu, terhadap musik, berbeda dengan elo? Ya Reddi sempat main bareng, satu panggung, dengan elo waktu konser Krakatau Prthvi Mata beberapa tahun lalu. Saat itu, anak-anaknya Gilang, Indra, Pra dan Dwiki juga ikutan tampil.

Donny, gw menulis ini sambal memanjatkan doa. Begitu banyak sahabat-sahabat dan kenalan serta penggemarmu. So pasti, juga keluargamu, yang mendoakan kesembuhanmu. Berita bahwa elo masuk rumah sakit di Minggu 6 Juni malam, sangat mengejutkan gw dan semuanya.

Gw teringat, belakangan kalau ketemu kan gw selalu ingetin elo. Don, perut makin gede, jaga kesehatanlah. Atur makanan, kalau perlu diet. Umur makin banyak. Biasanya respon langsung elo, diawali dengan cengengesan. Senyam-senyum. Lalu, gw sehat kok. Iya gw sekarang jaga kondisi badan ‘ion.










Gw asli kangen ngobrol sama elo. Ngobrol kemana-mana. Ya kangenlah, apalagi dengan ke-Sunda-an elo. Gw mah yakin ….”golagokin pak musikin tukang mesin” Don, banyak orang kangen elo dengan “penampilan” khasmu itu. Dimana orang-orang sering tertawa, kalau elo bercerita atau mencoba ngelucu. Dan orang-orang ya pasti ketawa, terutama karena cara penyampaian elo. Ya ngomongnya elo itu, ekspresi mukanya. Itu identitas elo yang elo bangetlah.

Tambah kaget, lantas ya kangen, karena menurut Nini Sunny sahabatku itu lho, elo sampai 2 kali nanyain gw. Waktu itu ada acara di mana gitu ya, elo main satu lagu saja dan Nini ada di situ. Begitu lihat Nini, elo nanyain gw, kemana dan lagi ngapain. Elo juga tanyain Tyas, bini gw. Acara itu kalau ga salah seminggu sebelum elo sakit deh.

Gw menutup tulisan kenangan bersama elo ini dengan keyakinan, nanti elo sembuh dan bisa pulang ke rumah. Dan elo akan baca tulisan gw, yang ealaaaa panjang juga. Harapan gw, semoga menghibur elo, bikin elo tersenyum. Lantas elo main gitar lagi. Boleh juga, kalau tetiba elo iseng ngegambar gitar elo lagi.

Palingan elo akan bilang, “Ah Dion bisa aja. Inget aja tentang gw….”/*