Aduh, Doooon!
Donny Suhendra a.k.a KD
alias Kang Dodon, apa kabarmu hari ini? Udah lewat dari seminggu nih, dari elo
tetiba terberitakan yang kurang baik. Donny sakit parah kayaknya, masuk rumah
sakit segala!
Kalau istriku, waktu
membaca postingan di sosmed bilangnya, “Itu Kang Dodon kayaknya serius, masuk
rumah sakit. Lihat aja foto ini…” Istriku menyodorkan hapenya untuk gw lihat.
Lho, ini KD maksudnya si Donny, Donny Suhendra? Istriku mengangguk, dan bilang lagi,
kenapa ya coba deh kamu cari tahu, Kang Donny kenapa tuh….
Kagetlah Don. Ya
pastinya. Elo kenapa nih? Tapi gw seketika langsung mencurigai, elo kayaknya
kena serangan asma berat deh. Lalu asma tersebut, memicu serangan jantung.
Mungkin, itu baru dugaan gw. Karena gw tahu, elo pengidap asma akut sejak lama
kan? Dan kalau elo kena serangan asma, asli Don, gw suka ngeri liat batuk-batuk
elo itu, karena seperti kehilangan nafas atau oksigen…
Gw prihatin, yaaa ampuuuun elo
sakit. Apalagi kemudian terdengar kabar, elo dirawat di ICU. Dari Rumah Sakit
Pondok Indah, dipindahkan ke Rumah Sakit Fatmawati. Lalu gw langsung
menjengukmu Don, besok siangnya (kan elo masuk Rumah Sakit, hari Minggu malam).
Dan gw lantas teringat
masa-masa lalu nih jadinya. Dimulai dari ya pastinya, waktu Yuke Sumeru
mengajak gw untuk menemui elo. Ke rumah elo tepatnya. Karena Yuke kepengen bisa
membentuk band lagi dengan elo. Sementara gw sendiri teringat, kenal elo lebih
dekat waktu Light Music Contest, Agustus 1985, di Teater Terbuka, Taman
Ismail Marzuki.
Waktu itu elo tampil
dengan Krakatau Band, masih dengan formasi elo, Prasadja Budidharma
(bass), Budhy Haryono (drums) dan Dwiki Dharmawan (kibor).
Formasi sakti tuh dan yang paling menggetarkan penonton, tentu juga dewa
jurinya. Ga heran, Krakatau langsung terpilih jadi nomer wahid! Dan elo, Pra
dan Budhy jadi Best Playernya. Best Keyboardistnya waktu itu, Yani
Danuwijaya, kibordis cewek masih belia banget dari grup Warimoo-nya Aryono
Huboyo Djati.
2 hari setelah malam
final di Taman Ismail Marzuki itu, kan gw menyambangi kalian di Hotel
Marcopolo, jalan Teuku Cik Di Tiro, Jakarta Pusat. Kalian nginep di situ.
Termasuk juga Ruth “Uthe” Sahanaya, yang terpilih menjadi Best
Vocalist Light Music Contest 1985 itu. Adalah mas Toyo Rachman dan Nunus
Oetomo, dari Nusantik sebagai penyelenggara LMC, yang mempertemukan gw
dengan kalian. Waktu itu gw wartawan Majalah Musik & Film, Vista.
Waktupun berjalan, saat
Krakatau dengan manajernya Iwan Pratiwi Setiawan dan Nunus Oetomo, kita
sering bertemu. Jadi tambah dekat. Kemudian gw juga jadi dekat dengan Yuke
Sumeru, yang ternyata sahabat baik elo sejak masa masih sekolah di Bandung! Dan
balik ke Yuke ajak gw menemui elo untuk bikin band itu ya.
Dengan Krakatau, yang sukses dalam rekaman, nama elo makin dikenal luas. Tapi bisa dibilang, elo salah satu member Krakatau paling “pendiam”, kayak “di belakang layar”lah gitu ya. Tapi elo memang, dengan permainan gitarmu, memberi warna tersendiri untuk Krakatau. Dimana lantas Krakatau menjadi elo, Pra, Dwiki plus Indra Lesmana dan Gilang Ramadhan. Dengan vokalisnya, Trie Utami.
Biar gimana, dengan
Krakatau, namamu Don makin dikenal luas. Sekaligus dihormati atau disegenin
sama gitaris-gitaris lain. Emang kayak gitu Don. Elo dulu jawab, ah masa sih
gitu? Elo jawab dengan “keluguan”mu yang khas itu lho, sangat “Sundanese”.
Gitaris jazz dan rock paling “Sunda pisan” buat gw mah….
Sebenarnya sebelumnya
juga elo sudah membantu Yuke Sumeru Band, mengiringi bisa Harry Moekti, Renny
Djayoesman, Gito Rollies. Antara lain ya. Pernah juga, kemudian Bangkit
Sanjaya. Tapi yang paling sering memang ketiga nama di atas. Main di
Semarang, Bogor, Bandung. Posisi gitaris, kalau ga elo, ada juga Agus Anhar,
gitarisnya Makara.
Dalam perjalanan menuju
rumahmu Don, di Pondok Ranji, Yuke dalam mobil Coronanya mengatakan ke
gw,”Gimana kalau gw bikin band serius lagi? Dan gw mau ajak Donny lagi. Gw
merasa cocok sama Donny euy, dan emang konsep musik band itu paling pas
sama Donny.” Gw inget banget, Yuke omong begitu ke gw. Dan gw jawabnya, seriusan?
Elo yakin Donny bisa, kan dia gabung dengan Krakatau dan Krakatau lagi lumayan
lancar lho jalannya? Tapi, lanjut gw, ya coba aja…
Dan ternyata elo
menyambut baik ajakan Yuke. Disebutkanlah di situ, dan elo sepakat bahwa
drummernya nanti Rudy Subekti. Drummer yang barengan Yuke di Hydro Band,
yang waktu itu dengan Helmie Indrakesuma, Dewa Budjana, Ocon
Panjaitan. Waktu itu kan, Yuke juga sudah keluar dari Hydro. Sementara
untuk kibor, Yuke mengusulkan Iwang Noorsaid, yang elo juga setuju.
Namanya disepakati Dimensi Band. Dan Dimensi rekaman deh, tau-taunya dapat tawaran dari Team Records untuk menyetor 1 lagu untuk album 10 Bintang Nusantara volume pertama. Lagunya didapat dari Donny Hardono. Judul lagu, “Pasti” yang adalah karya kakak-beradik, Donny dan Prass. Rekamanpun dilakukan di studio rekaman Nusantik di Wijaya, Kebayoran Baru, Dimana sound engineernya, Donny Hardono sendiri.
Saat itulah juga kalian
mengajak Amiroez sebagai vokalis. Jadi deh tu barang! Dimensi
berkesempatan merilis single. Di dalam album yang dirilis tahun 1987
itu, ada juga lagu antara lain itu, “Tentang Kita”-nya KLa Project.
Selain ada lagu dari band Bandung, Wach Dach. Ada juga Splash Band,
Punk Modern Band bahkan sampai Katara Singers.
Dari situ Dimensi ikut
Light Music Contest, yang sudah berganti nama menjadi Band Explosion, di
tahun 1989. Sayang Dimensi “dikalahkan” Topeng & Masks, yang
akhirnya pemenangnya dapat tiket untuk tampil di Band Explosion tingkat
internasional di Tokyo, Jepang.
Gagal deh ya, elo ke
Jepang lagi untuk kedua kalinya. Kan yang pertama waktu dengan Krakatau tuh,
dimana elo dan Krakatau sebenarnya satu-satunya peserta non Jepang. Pada kesempatan
itu, Dwiki Dharmawan diberi anugerah, Best Keyboardist. Dan Krakatau mendapat
respon sangat positif dari para penonton.
Pada perjalanan
kemudian, Dimensi mengalami pergantian personil, terutama kibordis. Iwang
digantikan Erlanda Yunita (sekarang lebih dikenal dengan nama Nita
Aartsen), yang saat itu baru tamat SMA. Dari Nita lalu ke Dian HP.
Dari Dian HP lalu ke Chaerul Abimanyu. Sementara elo, Yuke dan Rudy
serta Amiroez tetap.
Rencananya kan waktu
itu akan rekaman album ya? Menuju rekaman, Dimensi main beberapa acara. Yang
kemudian sesekali Amiroez diganti. Antara lain, pernah Dimensi lantas bersama Once
Mekel. Yoih, Once yang baru lulus SMA juga waktu itu. Di saat akhir 80an,
ya masuk 1990-an, elo juga mulai sibuk dengan band-band lain.
Dimulai misalnya, ada Adegan
dan Indra Lesmana Java Jazz. Lalu elo juga ikut membentuk grup band
blues, Big City Blues. Antara lain dengan AS. Mates, Albert
Warnerin, Najib Oesman. Big City Blues juga menjadi salah satu band
terawal drummernya GIGI, Gusti Hendy. Hendy saat itu bergantian dengan
beberapa drummer, salah satu diantaranya, Eddy Syakroni. Oh ya ada juga Krisna
Waluyo Suryowijoyo (Krisna Harmonica), dan vokalis, Sue Bonnington.
Eh iya, sebelum Adegan
dan Indra Lesmana Java Jazz, elo juga pernah bikin trio dengan nama DonGilYan
ya? Elo dengan Gilang Ramadhan dan Yance Manusama. Waktu itu gw
“diperkenalkan” dengan trio itu di Kantong Studionya Gilang. Sempet main sekali
dimana ya, trio itu? Gw lupa deh. Apa main di waktu Sunday Jazz Club di Musro
kali ya?
Lalu saat kita jalan
bareng dengan Yuke Sumeru itu, seringkali keluarlah cerita-cerita masa lalu elo
dan Yuke di Bandung. Dari zamannya elo dengan We Band, Yuke nonton. Lalu
akhirnya elo barengan di G’Brill, dengan kostum yang ajaib-ajaib itu.
Dari situ lalu D’Marzyo, yang sempat membuat satu album dengan penyanyi Rien
Djamain.
D’Marszyo berhenti, berlanjut ke BOM yang singkatan dari Batalyon of Musicians. Dengan Bambang Nugroho, Lambertus dan juga kemudian ada Dhadhi Sufiyadi. Itu band fusion, jazz rock yang sempat “memusingkan” penonton rock di sebuah konser besar di Stadion Siliwangi tahun 1984. Main dengan Ucok AKA, ada Giant Step dan band-band rock lain, hanya BOM yang mainin jazz rock. Nekad!
Yang gw ingat juga,
Yuke cerita bahwa elo berteman sejak SMA. Waktu SMP Yuke dan elo sebenarnya
sudah saling tahu, tapi saat itu menurut Yuke elo itu sudah ketahuan jago main
gitar. Elo dan Yuke sempat masuk kursus musik ya? Dan emang elo itu bersahabat
dekat asli, kental. Sampai-sampai kompak banget, dua-duanya mengidap asma!
Catatan terpenting dari
Yuke adalah, sedari dulu Donny mah udah langsung jago gitu ngegitar. Dan
hebatnya, Donny asyik bawain lagu dengan music apapun. Donny itu dari dulu
sudah termasuk gitaris all-round. Dan, tambah Yuke, itu yang membuat Donny
berbeda dibanding gitaris lainnya.
Nah kalau sampai di
titik itu, soal “terbaik”, versi gw nih. Maksudnya, menurut gw mah gw setuju
dengan penilaian Yuke. Yang membuat, sedari awal, gw udah mengagumi dirimu
sebagai gitaris. Edun lah! Elo tahu ga, gw semangat banget nonton LMC waktu
Krakatau tampil 1985, karena ada elo dan juga bung Jopie Item (waktu itu
ikut dengan band namanya Cakra, bersama vokalis Henri Manuputty, kibordisnya
Najib Oesman lalu drummer Tommy. Bassisnya adalah, gitaris hebat juga
sebenarnya, Emmand Saleh).
Waduh buat gw, kagak
boleh terlewat final LMC itu. Karena 2 gitaris idola main, 2 gitaris hebat
dengan karakteristik permainan gitarnya yang khas masing-masing. Kesamaannya,
dua-duanya terbilang kalem kalau di panggung, palingan senyum-senyum tipis. Tapi
kalau ngobrol, busettt….banyak hal-hal kocaknya.
Berikutnya nih Don, ya
gw pasti ingetlah, kita kemana-mana bertigaan. Seringkali kita nongkrong di
rumah Renny Djayusman, waktu itu di Abdul Madjid, Cipete situ. Dan elo
seringkali mengejutkan juga, kalau lagi di mobil di jalanan, suka ga sabar
kalau disalip mobil lain. Dan Yuke sering cerita elo emang diam-diam itu
gampang marah juga, terutama kalau di jalanan apalagi disalip mobil lain! Dan
serunya, elo mengiyakan Don.
Yang ga pernah berubah
dari elo, elo ga mau dugem. Elo ga minum-minumlah. Elo terbilang bersih, minum
kagak apalagi narkoba. Kalau gw diajak Yuke dan Renny berkliaran ke discotheque,
elo pasti ga mau ikut. Elo mah pilih pulang aja.
Sebenarnya diawali dulu
waktu kita ketemu di Bandung lagi. Dimana sahabatku, yang tentunya temen baikmu
juga, Wawan Djuanda (dengan Republic of Entertainment nya) membuat Guitar
Festival. Dimana elo main dengan OTD, trio gitar. Yang adalah Oele
Pattiselanno, Tohpati dan Donny. Trio itu di tahun berikutnya gw
bawa ke Jakarta untuk main di acara bulanan gw, Jazz on Sunday, di
Executive Club, Jakarta Hilton.
Kesempatan tampil di
Sabuga, Bandung, acaranya Wawan Djuanda menyambung dari acara kolosal
Megalithikum-Kuantum dalam rangka HUT 40 Tahun Kompas di 2005. Dimana elo
ikutan main dengan banyak nama-nama besar lain seperti Rahayu Supanggah,
Didik Nini Thowok, Wayan Rai sampai Agnes Monica, Candil “Seurieus”.
Lalu Indra Lesmana, Pra Budidharma, Maya Hasan, Budhy
Haryono. Termasuk Dewa Budjana. Sebagai konseptor dan sutradara
utama adalah Rizaldi Siagian.
Gw dilibatkanlah
menjadi salah satu tim kerja utama, ditempatkan sebagai Talent Coordinator.
Waktu itu tim utama termasuk Eni Erliani dan Wawan sendiri Dengan art
director Jay Soebyakto yang didukung tim show dan stage Inet
Leimena dan rekans. Selama acara, di Balai Sidang Senayan, Jakarta
berlanjut ke Garuda Wisnu Kencana di Bali kami menyiapkan tabung oksigen khusus
untukmu. Berjaga-jaga, kalau elo kena serangan asma. Inget ga, Don?
Kembali ke soal Jazz on
Sunday, kan gw dengan teman-teman baik gw, pake bendera Five Production
bikin acara regular sebulan sekali itu. Nah gw minta OTD main juga, di salah
satu edisinya. Kalau ga salah, sempat tampil juga jadi bintang tamu khusus, Endah
Widiastuti. Jadinya OTD+ gitu, main bareng 4 gitaris. Dan lebih seru dong
jadinya kan…
Sekitar waktu itulah,
elo diskusi dengan gw soal album solomu kan. Elo udah punya solo album, versi
kaset dengan produsernya adalah Chico Hindarto dengan label Chico&Ira.
Album solo versi kaset dirilis akhir 1990an ya? Eh iya gw ingat juga dong, elo
pernah gw ajak main untuk acara majalah gw, waktu itu baru terbit, NewsMusik.
Acaranya di Jakarta Hilton juga. Nah elo main dengan materi repertoire
diambil dari solo albummu itu.
Elo mengajak musisi
yang semua juga mendukung rekaman solo albummu. Indro Hardjodikoro, Akhsan
Syuman, Riza Arshad, Iwang Gumiwang. Dan juga dengan vokalis,
Syaharani.
Setelah itu, elo
akhirnya terlibat dan terus aktif mendukung Syaharani dengan Queen Fireworks
Bandnya ya? Seinget gw sih begitu. Satu band yang elo setia banget dan elo
selalu semangat untuk mendukung. Udah dijadiin “rumah” aja buatmu. Rumah yang
lainnya ya….
Akhirnya, kita bertemu fans fanatikmu, Ahmad Liong Ko. Dan beliau bersedia menjadi executive producer albummu versi CD. Jadi materi yang dari kaset, dipindahkan ke CD. Ditambah satu lagu barumu, “Akulah Aku”. Itu lagu religius banget. Gw kaget elo bikin lagu seperti itu, terutama pada syair atau liriknya. Dalem euy Don….
Elo bercerita itu
seperti pandanganmu tentang dirimu dan ketuhanan menurutmu. Ya bener kan, emang
terasa dalem lah. Sementara isi lagu lainnya, menurutmu, itu perjalanan
hidupmu. Dimulai dari awal sampai pada posisi di saat itu.
Nah kemudian album bisa
terealisir. Gw bersedia mendukungmu dan Ahmad Liong Ko. Gw bertindak sebagai
distributor, juga marketing dan promotion. Sebelumnya kan, gw
minta elo harus sowan ke Chico Hindarto dulu tanyain mau ga rilis albummu tapi
dengan versi CD. Ternyata kan, Chico saat itu sibuk banget dengan kerjaan lain,
maka dia sulit untuk merilis lagi albummu. Jadinya, gw bilang ya udah kalau gitu
gw deh dengan label indiejazzINDONESIA punya gw yang akan rilis.
Saat itu gw juga
dibantu penuh oleh sahabat kita, yang akupunturist itu, Rony Rhuzandri
Anwar. Kongsian deh ya, elo, gw, Ronny serta teman-teman gw yang mendukung
indiejazzINDONESIA. Album dirilis tahun 2009, dengan jumpa pers di Bentara
Budaya Jakarta sore harinya. Dan malamnya, elo tampil deh. Itu kayaknya rilisan
terakhir label gw itu, abis itu situasi pasar musik kita lagi drop. Dan
label gw tak dapat bertahan hidup dengan baik…. Pendarahannya terlalu
berlebihan! Tak tertolong lagi….
Gwpun menyodorkan
konsep press conference yang very special. Gw undang sekalian Mas
Bens Leo, Denny Sakrie dan Nini Sunny untuk jadi pembicara
di depan. Frans Sartono dari Kompas, juga gw undang sebagai tamu. Lalu Remy
Soetansyah juga menyempatkan diri hadir, walau rada terlambat. Itu
spesialnya, gw kumpulin wartawan-wartawan musik “papan atas” atawa senior deh
saat itu. Tentu selain wartawan dari media-media lainnya ya. Banyak juga
rekan-rekan pers yang datang.
Elo senang dan sangat ceria saat itu. Alhamdulillah ya. Buatku Don, elo memang layak mendapatkan perlakuan special begitu. Namamu gede, elo disegani musisi terutama gitaris lain. Saking senangnya, elo aman-aman aja lho waktu itu, lancar ikuti jumpa pers di siangnya. Lalu mainnya elo perform juga tanpa hambatan. Ga ada gangguan asma sama sekali!
Rilis album, beres.
Kemudian sambal menanti hasil penjualan, gimana nih animo publik gitu. Elo
meminta tolong gw untuk supaya elo bisa main dimana-mana. Tentu dengan band
solo projectmu sendiri. Gw bilang, gw akan bantuin. Walau bukan jadi
menejerlah, kita jalan bareng aja atas nama persahabatan… Gw merasa gw emang bisa
bantuin. Dan, ga perlu jadi menejer-menejeran segala.
Apalagi kan elo saat
itu pernah curhat. Eh ini dalem juga nih. Kenapa elo kok susah untuk dapat
kesempatan main. Elo kata orang, jazzer atau gitaris jazz. Udah punya
karya-karya sendiri. Dari grup yang besar Namanya, di era sebelumnya. Tapi kenapa
elo susah main di festival-festival atau konser jazz?
Katanya festival jazz,
tapi lebih mengutamakan nama-nama non jazz. Orang-orang kok gitu ya, ga peduli
dan ngeliat gw. Pada saat itu, gw pahami bahwa curahan hatimu, kegelisahanmu
bukan ke arah popularitas. Juga tidak semata-mata pada finansial atau soal fee.
Tapi asli, soal kesempatan main. Sementara elo kan semangat banget untuk tampil
dimana-mana.
Beruntunglah gw punya Solo
City Jazz dan North Sumatra Jazz Festival. Akhirnya elo bisa gw bawa
ke Solo dan Medan untuk tampil di festival gw tersebut. Sebelumnya juga ada
Malacca Strait Jazz Festival, di Pekanbaru.
Elo bisa muncul di
Solo, tahun 2010. Lalu di Medan, tahun 2011. Formasi grup bandmu elo yang
pilih, dengan diskusi dulu dengan gw. Gw sih hanya pada posisi mengiyakan aja
pilihanmu. Sebelumnya, di 2009 elo juga tampil dengan ini bisa dibilang cikal
bakal solo project bandmu. Gw bikin Fusion Trio Explosion di Graha
Bhakti Budaya, TIM. Elo main dengan triomu bersama Kristian Dharma,
bass. Dan drummernya, Demas Narawangsa.
Bisa dibilang, itu kali pertama elo main dengan konsep solomu ya? Bener ga? Terutama setelah rilis album solomu. Gw senang hati karena melihat elo antusias dan gembira untuk tampil. Ada performers lain, semua trio, Bintang Indrianto Trio, Indro Hardjodikoro Trio serta juga ada Nikita Dompas Trio. Eh puji Tuhan, acara tersebut terbilang sukses, tentu dong bikin senengnya gw double lah.
Dari situ, Donny
Suhendra Project main dimana-mana. Di Jazz Buzz Salihara, misalnya.
Di Goethe Haus juga, Café Au Lait yang di Cikini. Termasuk bisa mendapat
kesempatan main, akhirnya gaesss…., di Java Jazz Festival. Nama
bandmupun, bisa Donny Suhendra Project atau bisa juga Donny Power Trio.
Elo mengajak bergantian
beberapa teman-teman baik musisi. Dari Adi Darmawan untuk bass, Yo
Iqbal untuk drummernya, selain Budhy Haryono. Juga mendukung, secara
bergantian, Riza Arshad, Roberto Joko sampai teman lamamu di D’Marszyo, Samuel
Budiono.
Selain format band, elo
juga tampil dengan format duo. Dengan Agam Hamzah, dimana Agam selalu
bilang ini proyek “guru dan murid”. Bahwa dia adalah muridmu, waktu awal main
gitar di Bandung. Yoih, kalau soal Bandung mah, elo udah bisa dibilang “master”nya
gitarislah. Dengan Agam bisa main di Solo, Medan. Ke Bandung juga ya.
Pernah juga elo main
bertigaan dengan Agam dan Ivan Nestorman, vokalis yang juga pernah
bantuin elo di beberapa acara lainnya. Eh iya, sebelum lupa, elo juga main
dengan Gilang Ramadhan – NERA kan ya, dengan Krisna Prameswara, Adi
Dharmawan, juga Ivan Nestorman? Walau di Jakjazz 2012, posisi elo diganti Kadek
Rihardhika.
Elo memang beneran all
round deh. Elo juga kan ikutan mendukung grup band yang berisikan campuran hobbyist
dan musisi “sangat senior”. Grup itu membawakan lagu-lagu tahun 1960-1970an.
Dan elo terus di situ, terpakai terus. Maksudnya ya diajak terus. Elo ga pernah
menolak ajakan mereka untuk sekedar ngumpul, Latihan. Tentu saja termasuk
tampil di sebuah acara.
Masih menyempatkan
waktu, padahal kan sejak 2014 ke 2015 Krakatau kumpul lagi. Dengan formasi “versi
kaset” yang lengkap. Dimulai dengan mengambil tema, “Kembali Satu” ke Reunion.
Dan kini dengan nama Krakatau saja. Masih akan terus jalan, jalan terus. Elo
terlihat, ini gw juga inget Don, elo senang dan bersemangat dengan berkumpul
dan jalannya lagi Krakatau.
Donny, kayaknya lumayan
panjang juga perjalanan dirimu. Ya tentu saja dong. Dari jelang akhir 1970-an.
Berapa umurmu sekarang ya? Elo kan lahir di 9 November 1957. Sama lho tahun
lahirnya dengan Yuke Sumeru Cuma beda di tanggal, karena Yuke lahir di 18
Oktober.
Yang seru, lumayan
panjang juga gw jalan bareng sama gw. Atas nama persahabatan saja. Awalnya dulu
sih, karena juga kebetulan tempat tinggal kita ga terlalu berjauhan kan? Walau
memang belakangan kita udah ga pernah ketemuan lagi. Terutama saat pandemi
Covid 19, jadi mulai dari awal tahun 2000.
Waktu 2018, kita sempat
berunian deh. Ya elo, gw dan Yuke. Karena album rekaman, mini album duo kalian
berdua. Dan Yuke, berserta Deece istrinya, meminta gw bantuin untuk
memotret elo berdua. Untuk jadi cover album. Desainnya elo sendiri yang bikin,
kan itu sama dengan desain solo albummu juga. Elo bikin sendiri, maklum dong,
biar gimana kan elo kuliahnya dulu di Fakultas Seni Rupa dan Desain di Intitut
Tehnologi Bandung.
Yuke di sela-sela
aktifitasnya yang lumayan padat dalam berdakwah, ya kan sudah ustadz “gelar”nya,
ternyata sempatkan diri untuk rekaman. Kata Yuke, karena ada yang bilang untuk
Islam musik itu haram. “Ya gw jawabnya langsung dengan karya aja. Gw rekaman.
Dan siapa lagi yang pas untuk diajak, kalau bukan Donny?”
Ada banyak kejadian,
banyak momen gw dengan elo. Gw juga lalu jadi mengenal istrimu, Maya. Selain
Eka dan Reddi, 2 putramu. Ya kenal baiklah, kan sering ke rumahmu juga. Dan gw
ingat, elo ga akan nge-push anak-anakmu supaya jadi musisi. Kalaupun
mereka kepengen jadi musisi, ya elo akan mengarahkan. Elo membebaskan
anak-anakmu untuk memilih dunianya masing-masing.
Sejauh ini,
kelihatannya Reddi yang mengikuti jejakmu. Menjadi gitaris. Tapi musiknya beda.
Kayaknya interesnya gitu, terhadap musik, berbeda dengan elo? Ya Reddi
sempat main bareng, satu panggung, dengan elo waktu konser Krakatau Prthvi Mata
beberapa tahun lalu. Saat itu, anak-anaknya Gilang, Indra, Pra dan Dwiki juga
ikutan tampil.
Donny, gw menulis ini sambal
memanjatkan doa. Begitu banyak sahabat-sahabat dan kenalan serta penggemarmu.
So pasti, juga keluargamu, yang mendoakan kesembuhanmu. Berita bahwa elo masuk
rumah sakit di Minggu 6 Juni malam, sangat mengejutkan gw dan semuanya.
Gw teringat, belakangan
kalau ketemu kan gw selalu ingetin elo. Don, perut makin gede, jaga
kesehatanlah. Atur makanan, kalau perlu diet. Umur makin banyak. Biasanya
respon langsung elo, diawali dengan cengengesan. Senyam-senyum. Lalu, gw
sehat kok. Iya gw sekarang jaga kondisi badan ‘ion.
Gw asli kangen ngobrol sama elo. Ngobrol kemana-mana. Ya kangenlah, apalagi dengan ke-Sunda-an elo. Gw mah yakin ….”golagokin pak musikin tukang mesin” Don, banyak orang kangen elo dengan “penampilan” khasmu itu. Dimana orang-orang sering tertawa, kalau elo bercerita atau mencoba ngelucu. Dan orang-orang ya pasti ketawa, terutama karena cara penyampaian elo. Ya ngomongnya elo itu, ekspresi mukanya. Itu identitas elo yang elo bangetlah.
Tambah kaget, lantas ya
kangen, karena menurut Nini Sunny sahabatku itu lho, elo sampai 2 kali nanyain
gw. Waktu itu ada acara di mana gitu ya, elo main satu lagu saja dan Nini ada
di situ. Begitu lihat Nini, elo nanyain gw, kemana dan lagi ngapain. Elo juga
tanyain Tyas, bini gw. Acara itu kalau ga salah seminggu sebelum elo sakit
deh.
Gw menutup tulisan
kenangan bersama elo ini dengan keyakinan, nanti elo sembuh dan bisa pulang ke
rumah. Dan elo akan baca tulisan gw, yang ealaaaa panjang juga. Harapan
gw, semoga menghibur elo, bikin elo tersenyum. Lantas elo main gitar lagi. Boleh
juga, kalau tetiba elo iseng ngegambar gitar elo lagi.
Palingan elo akan
bilang, “Ah Dion bisa aja. Inget aja tentang gw….”/*