Sunday, February 14, 2016

TOHPATI, Taylor Swift dan Bjork, Seruuuuu tuh!

Saya ingat,pertama kali mengenalnya, di studio One Feel di kawasan Cipete. Saat ini, pertengahan 1980-an. Saya memenuhi undangan sahabat saya, Didi AGP untuk menengok latihan grupnya, SPLASH namanya. Kata Didi waktu itu, nanti gw kenalin gitaris gw, masih SMA tapi mainnya asyik.
Tak berapa lama, masuklah seorang remaja, masih berseragam putih abu-abu. Didi mengenalkan kepada saya, ini Bontot atau Tohpati nama benarnya, yang gw ceritain tadi. Anaknya terkesan pemalu,tapi murah senyum. Relatif kurus. Kata saya dalam hati,masak sih dia pemain gitar yang bagus, Didi becanda kali ya?

Didi tidak becanda,ternyata! Dari penampilannya di studio latihan saat itu saja, saya sudah berhasil dibikin kaget oleh permainannya. Apalagi,kemudian melihatnya bermain di atas panggung, waktu itu salah satunya adalah di Friday Jazz Night, Pasar Seni Ancol. Ia “lebih dewasa”, dengan gitarnya. Tak begitu kentara bahwa ia jauh lebih muda dari players lain di grup itu, antara lain selain Didi AGP ada Ricky Johannes dan Ubiet,sebagai vokalis. Eko,gitaris lain. (alm) Yoyok, saxophone. Dengan Cendi Luntungan atau Andries, sebagai drummer. Serta kibordis, Dian HP.

Led Zeppelin, Band Explosion dan Erwin Gutawa
Kekagetan lain, pada beberapa bulan kemudian mendapatkan informasi bahwa Tohpati sebenarnya gitaris kelompok rock, Cockpit Jr. Memang ini grup yang dibina kelompok prog-rock, Cockpit, yang terkenal sebagai cover-band Genesis yang terbaik di sini. Cockpit Jr, memainkan lebih banyak warna hard rock. Dan, Tohpati memang nge-rock dengan “serius” di grup itu.
Ia sendiri mengaku, bahwa pada awalnya, ia memang lebih sering menyantap musik-musik rock dari Led Zeppelin, Deep Purple sampai Genesis, Yes dan the Police. Itu terjadi di saat ia masih duduk di bangku Sekolah Lanjutan Pertama, dan mulai nge-band dengan teman-teman sekolahnya.
Selanjutnya, saya sering bertemu dengannya. Saya berjumpa lagi di ajang Band Explosion, dulu bernama Light Music Contest. Sebuah ajang kontes band sangat bergengsi di era 1980-an. Ia tampil dengan Halmahera, dan menjadi finalis Band Explosion 1988, waktu itu. Dan sejak itu, ia mulai bergerak dengan lincah di dunia musik. Antara lain, sebagai gitaris pendukung rekaman. Berlanjut menjadi aranjer dan kemudian produser.

Setahun sebelumnya, ia sempat menjadi finalis pula di ajang kontes band yang sama, dengan grupnya, Tohpati Band, yang antara lain ia bermain dengan kakaknya sendiri.

Sebagai gitaris, ia juga tercatat sebagai gitaris muda yang mulai kebanjiran tawaran main di pelbagai acara. Ia berkawan dekat dengan Indro Hardjodikoro, bassis yang dikenalnya lewat Halmahera. Indro masuk, menggantikan bassis terdahulu, Asep. Dari situ, mereka begitu lengketnya. Dari Halmahera, kemudian mendukung Erwin Gutawa Band, antara lain menjadi pengiring konser tunggal Ruth Sahanaya di Graha Bhakti Budaya-TIM, tahun 1992. Berlanjut ke Erwin Gutawa Orchestra.
Mereka terus bersahabat, baik di musik, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Dimana ada Bontot, di situ ada Indro.. Setelah Halmahera, kemudian Bontot membentuk simakDialog bersama Riza Arshad. Dengan Indro Hardjodikoro dan drummer, Arie Ayunir. Kelompok ini terbilang aktif melakukan eksplorasi dan eksperimentasi akan musik mereka. Sehingga yang terjadi, musik mereka terus berkembang dan nyaris bentuk musiknya berbeda pada setiap album mereka.
Sebelumnya, pada awal 1990-an itu, Bontot sempat menyisihkan waktu untuk memperdalam musik, terutama jazz, dengan belajar pada gitaris senior, Donny Suhendra dan musisi jazz terkemuka, Indra Lesmana.

Dari Glenn Fredly, Shakila, lalu Kompiang Raka
SimakDialog tetap eksis hingga sekarang, walau tinggal menyisakan original-member Riza Arshad dan Tohpati. Sejauh ini, grup yang kini asyik bereksperimen dengan musik tradisi, telah merilis album rekaman, Lukisan, Baur, Trance/Mission, Demi Masa dan Patahan. Sementara Bontot atau Tohpati, terus begitu aktif terutama di rekaman.
Ia telah mendukung ataupun menjadi produser dari begitu banyak penyanyi-penyanyi papan atas antara lain mulai dari Ruth Sahanaya, Glenn Fredly, Shakila, Rezza Artamevira (dulu, Reza Artamevia), Harvey Malaiholo, Afgan, Marcel, Rio Febrian, Audy, Pinkan Mambo, Vidi Aldiano hingga Titiek Puspa bahkan juga, Iis Dahlia!

Adalah Aminoto Kossin, kibordis kelompok Karimata dan juga produser, yang menawarkannya kesempatan membuat solo album. Tawaran sahabatnya tersebut dijawabnya dengan yakin dan lantas muncullah selftitled album nya sebagai album perdana di tahun 1998. Empat tahun kemudian, ia merilis album kedua, Serampang Samba. Beberapa nama terkemuka ikut mendukung album solo Bontot itu, seperti saxophonis Amerika, Eric Marienthal. Lalu juga Glenn Fredly, Shakila, Indra Lesmana dan lain-lain.
Solo album ketiganya dirilis tahun 2008, masih di bawah naungan label SONY BMG, berjudul, It’s Time. Dimana ia mengajak banyak teman musisi untuk mendukung musiknya, antara lain Sandy Winarta, Eugen Bounty Iwan Wiradz, Irfan Chasmala, Adjie Rao, hingga musisi tradisi Bali kawakan, I Gusti Kompiang Raka. Selain vokalis Iwa K dan Putu Sutha.

 Kesibukan Sekarang, Makin Bertambah
Beberapa tahun terakhir, Bontot terasa malah terasa makin aktif saja. Ia antara lain sempat membentuk Trisum bersama sahabat gitaris, Dewa Budjana dan kemudian mengajak serta gitaris lain, Wayan Balawan. Pada awalnya kelompok ini bernama B3, diambil dari nama depan ketiganya, Budjana, Bontot dan Balawan. Tapi karena terlalu dekat dengan nama grup gitaris luar negeri kesohor, G3, maka lantas mereka sepakat mengganti nama dengan Trisum itu.
Dengan Trisum, ketiga gitaris melakukan kolaborasi dengan banyak musisi secara bergantian. Antara lain dengan Sandy Winarta, Indro Hardjodikoro, Jalu Pratidina, Aditya Pratama, Saat Syah, Eugen Bounty, Yesaya Soemantri dan Mohamad Iqbal.
Trisum telah merilis album 1st Edition (2007) dan Five in One (2011). Selain itu mereka melansir sebuah album DVD-Live.

Ia lantas membentuk pula kelompok rock, Supersonic, bersama musisi muda, Kristian Dharma (bassis) dan vokalis muda jebolan Indonesian Idol, Glen Waas. Drummernya,berstatus additional, sementara ini. Terakhir ada Mohamad Iqbal, salah satu drummer muda potensial. Kelompok rock, yang maunya Bontot, memang rock ini, telah merilis album bertajuk, No.1.  
Selain itu, ia membentuk trio Tohpati-Bertiga yang memainkan jazz rock yang relatif kencang. Ia mengajak Indro Hardjodikoro dan drummer muda nan atraktif, Aditya Wibowo. Grup trio ini telah merilis album Riot, yang merupakan album live (on studio, tak ada dub dan edit). Saya menganalogikan kelompok ini sebagai, kalau sebuah rumah, fondasi berikut lantai dan dindingnya jazz. Tapi tiang-tiang penyangga dan atap rumah ini adalah rock!

Sebelum Supersonic dan Tohpati-Bertiga, Bontot membentuk Tohpati-Ethnomission. Kali ini Bontot menyertakan elemen musik tradisi,macam kendang dan suling, memadukannya dengan jazz. Sebuah interpretasi Bontot untuk apa yang disebut east meet west. Album perdana grup ini, Save the Planet dirilis tahun 2010.
Ethnomission berbeda dengan simakDialog, walau sama-sama menonjolkan “peleburan” jazz dan tradisi etnik Nusantara. Buat saya, simakDialog seperti eksplorasi “sekolahan”, Ethnomission eksplorasi “rumahan”. Nafasnya berbeda, juga “suasana” musiknya. Walau sama-sama ada kendang dan suling sekalipun.
Dalam Ethnomission ini, Bontot didukung oleh Indro Hardjodikoro, Demas Narawangsa (bass), Endang Ramdhan (kendang, gong, kenong) dan Diki Suwarjiki (suling Sunda). Grup ini telah memiliki pengalaman manggung internasional, antara lain tampil di Tong Tong Festival-Belanda, konser di Berlin dan tampil memeriahkan Virada Cultural Festival di Sao Paolo, Brasil.

Lalu apalagi yang dilakukan Bontot? Kapan dia tidur? Bagaimana pula kedekatannya dengan sang istri dan putri-putrinya? Dewa Budjana, sahabatnya itu, memang menyebutnya gitaris paling sibuk. Tidak ada gitaris selengkap Bontot, kata Budjana, gitaris, penulis lagu, aranjer, produser atau music director baik untuk show, apalagi rekaman. Budjana mengatakan lagi, saat sibuk dengan Supersonic dan trio Bertiga-nya, dia meminta Bontot mengerjakan juga Trisum eh dikerjain juga!

Pas “tanggal tercantik”, 12-12-12 tahun silam di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, ia menggelar konser solo. Bayangkan saja, iapun bahkan masih sempat-sempatnya tampil dalam konser solo, dengan konsep penampilan dengan bigband!

Tapi begitulah, seperti cerita terawal di atas, saya memang sudah dekat dengan Tohpati atau Bontot ini sudah sedemikian lama. Terus terang, saya memang kagumi atas aktifitas bermusiknya yang begitu padatnya, tapi semua selesai. Lalu, saya pikir menarik rasanya mengajak ngobrol panjang lebar. Pasti banyak hal-hal baru lain yang menarik darinya. ......

 Mengenai Konser Tunggalnya
“ ‘tot, sibuk ga ya? Gw pengen ngajak ngobrol-ngobrol neh, ”tanya saya. Ga terlalu, biasa aja, jawabnya. “Boleh aja, apalagi yang elo mau tahu?” Banyaklah tot, kata saya lagi....
NewsMusik (NM)  :  Soal konser solomu akhir tahun lalu itu. Kapan elo ketemu rencana, pikiran dan mood untuk konser tunggal itu?
Tohpati (T)  :  Sekitar 2 tahunan lalu, 2010 lah...
NM  :  Sebenarnya,berapa lama persiapannya?
T   :  Dari mulai nulis part, latihan demi latihan, yah hampir 2 bulan...tapi ga kontinyu
NM  :  Kapan ide konser dengan bigband itu elo dapat?
T   :  Setelah konser pertama (2008) yang dengan string ensemble itu
NM  :  Konser pertama dengan strings, kemudian kedua dengan bigband dengan barisan tiup. Apa sih kesulitan-kesulitannya dengan kedua konsep itu?
T   :  Kesulitan menulis aransemen yang bagus. Susah yang lain, memilih pemain, mengatur jadwal latihan dan juga, tehnis panggung. Monitor panggung.
NM  :  Kemarin itu, gitarmu banyak yang dipajang di panggung. Apa aja peralatanmu untuk konser solo kemarin itu?
T    :  Gitarnya, Fender Stratocaster 76, Telecaster 72, PRS, Ibanez Hollowbody, Godin akustik. Amplifier, pakai Badcat. Untuk effects, gw pakai eventide time factor, BB Preamp, Direct Drive. Kayak gitulah.
NM  :  Ada ga yang beda peralatanmu semuanya itu, untuk konser solo dengan konser yang biasa?
T   :  Agak beda di amplifier. Gw bawa sendiri, punya sendiri. Kalau show biasa kan, pakai ampli dari rental soundsystem dan alat.

Sedikit catatan, pada kedua konser tunggalnya tersebut, Bontot selalu agak menyangsikan bahwa konsernya akan menarik perhatian banyak penonton. Apa masih banyak penonton musik Indonesia? Apalagi tontonan konser begini? Selalu begitu pertanyaannya.
Kekawatirannya dijawab dengan kenyataan yang terjadi. Konser pertamanya, tiket sold-out. Sementara pada konser kedua, bisa dibilang 95% tiket terjual. Dan, selalu ia kaget dan tentunya, senang! Selamat ya tot!

 Bontot dan Istri dan Anak-Anaknya
Bontot, kelahiran Jakarta, 25 Juli 1971. Dengan istri bernama, Ratih Mustikawati. Dengan dua putrinya, Saskia Gita Sakanti dan Adwitya Gita Tisti. Gimana sih, hubungannya dengan istri dan anak-anaknya? Juga dengan kedua orang tuanya? Di antara produktifitasnya di musik selama ini, dengan tercatat 100-an karya musiknya, baik lagu, musik maupun aransemen yang telah menyemarakkan dunia musik Indonesia.

NM  :  Apa arti Istri dan Anak-anak buatmu?
T   :  Motivator karir dan pelengkap arti kehidupan
NM  :  Kalau harus memilih, mana lebih penting, Anak-anak atau Istri?
T   :  Yaaah, sama2 dong. Susah dijawab
NM  :  Pada kesehariannya, apakah Istrimu suka juga memberi masukan untuk musikmu?
T   :  Wah, sangat. Karena lumayan seleranya, dia bisa main piano classic
NM  :  Bagaimana anak-anakmu terhadapmu, apa mereka juga sering komentar tentang musikmu?
T   :  He he he...Sering, kalo jelek ya di bilang jelek
NM  :  Ada ga, komentar paling unik atas karya musikmu?
T   :  Iiih serem... lagu ethnomission yg mana gitu,,, Lupa
NM  :  Apakah seluruh keluargamu, istri dan anak-anak, nonton kedua konser tunggalmu?
T   :  Oh selalu dan wajib hukumnya, hi hi hi hi.
NM  :  Apa pendapat anak-anak tentang penampilanmu di konser2 tunggalmu?
T   :  Aha, alhamdulillah....bagus
NM  :  Sebenarnya, bakat bermusik elo itu turun dari mana sih?
T   :  Dari keluarga. Ibuku tuh,keroncongan. Main keroncong, jaman dulu
NM  :  Seberapa besar peran ayah, ibu, mungkin juga keluarga lain terhadap perjalanan karir musikmu?
T   :  Besar sekali. Mereka rata-rata support banget,dari SD...
NM  :  Adakah komentar khusus ayah atau ibu terhadap karya-karya musikmu?
T   :  Musiknmu itu,  ga bisa semua orang nikmatin
NM  :  Sebenarnya, Ayah atau ibumu, pernah ga bilang, kepengennya elo jadi apa? Waktu masa kecil dulu,...
T   :   Nggak ada deh. Terserah. Asal sekolah gw, selesai aja
NM  :  Apakah waktu sekolah dulu, SMP atau SMA gitu, elo aktif di kegiatan musik di sekolahmu?
T   :  Wah, iya dong. Ngeband sejak SMP lalu SMA. Ikut festival segala
NM  :  ‘tot, gimana caramu, memperkenalkan musik ke anak2mu?
NM  :  Dengerin semua jenis musik, random aja, dari rock, jazz, pop, classic,... Tapi kalo dangdut... Wah, ditolak mentah-mentah lho. Ha ha ha
NM  :  Apa juga pendapat anak2mu terhadap musikmu, komentar mereka, waktu mereka pertama kali melihat elo show?
T   :  Ha ha ha, katanya, Bapak lucu kalo ngomong.....
NM  :  Apakah anak-anakmu antusias untuk menonton elo show?
T   :  Yang kecil antusias juga lho. Kalo yg gede biasa aja sih, dia lebih suka gambar
NM  :  Okeh, soal rumah nih. Apakah rumah yang elo tempati sekarang, sudah ideal untukmu?
T   :  Waduh, sudah bgt! Kegedean malah
NM  :  Apa arti rumah buatmu sih?
T   :  Tempat kerja, dan kumpul keluarga
NM  : Ruangan apa yang paling elo suka dari rumahmu?
T   :  Ruang studio musik gw ya, lalu kamar tidur
NM  :  Kalau beranda-andai, 20 tahun lagi kira-kira ya, elo pengen tinggal dimana?
T   :  Kayaknya, nggak di Jakarta. Macetnya itu.....
NM  : Kalau ada reinkarnasi, atau kelahiran kembali, elo pengen jadi apa sebenarnya?
T   :  Tetep jadi musisi, tapi punya uang yang cukup untuk  bisa belajar musik ke luar negri

 Tentang Nonton sampai Social-Media

NM  :  Apa hobby atau kesukaan elo, di luar musik?
T   :  Hmm, ga ada... Atau mungkin nonton
NM  :  Maksudnya, kalau elo lagi ga sibuk dengan musik, elo ngapain?
T   :  Jalan2 sama istri dan anak. Kemana gitulah...
NM  :  Oh, elo suka nonton film? Film kayak apa yang elo suka?
T   :  Iya, suka banget! Gw suka action dan horror
NM  :  Suka olahraga? Mungkin, paling ga liat siaran olahraga di tv. Misalnya sepakbola?
T   :  Ha ha ha, sama sekali ga suka olahraga
NM  :  Ada ga, kegemaran yang sama antara elo dengan istri dan atau dengan anak-anakmu?
T   :  Ya, jajan makanan
NM  :  Suka membaca? Buku, majalah, koran?
T   :  Ah, nggak. Koran hanya baca headlinenya aja...
NM  :  Tentang social-media, Twitter, Facebook. Seberapa aktif elo membuka, ngecek atau update status?
T   :  Oh, terhitung aktif. Tiap hari liat, tapi status jarang ganti
NM  :  Apa pentingnya social-media buatmu?
T   :  Apa ya, paling-paling promo kegiatan musik. He he he,ngecek mention juga. Lihat timeline

Mengenai Musik Hari Ini
Pada tahun 1990-an, Bontot juga sempat mengenyam pengalaman bermain reguler, di lingkungan kafe atau pub. Antara lain, ia pernah gabung dalam kelompok entertainer-band Frontpage dan Be Soul. Dalam grup yang terakhir itu, antara lain bersama Rita Silalahi dan Edo Kondologit, ia sempat pula bermain bersama musisi kelas dunia, (alm) Warren Wiebe (di sini dikenal pula sebagai vokalis yang kerap membantu David Foster) dan Kenny Garret (saxophonist yang pernah dengan Duke Ellington orchestra dan Miles Davis Band).
Bontot, dulu masa sekolah memang memainkan rock. Nah, ketika sudah menjadi musisi profesional yang perlahan tapi pasti, menjadi super-sibuk, sesekali ia “iseng” memainkan lagu rock dalam format jazz-rock dengan band “session”. Yang saya ingat, ia pernah bermain dengan antara lain dengan Bintang Indrianto, (alm) Uce Haryono, Arief Setiadi, Irfan Chasmala atau Rita Silalahi. Mereka menyelipkan repertoar dari Deep Purple atau Led Zeppelin!
Ia juga sebelum dengan Trisum, pernah memiliki “grup” berbentuk trio gitaris juga, dengan Oele Pattiselanno dan Donny Suhendra. Selain itu, ia juga sempat beberapa saat bermain duo gitar, hanya berdua saja tanpa band, dengan Dewa Budjana.
Terakhir, ia “bersatu” dengan lima orang gitaris lain. Dewa Budjana, Eross Chandra, Andre Dinuth, Aria Baron dan Baim ‘theDance Company’. Nama kelompoknya, Sixth Strings. Saat ini, mereka mulai menyiapkan album rekaman.

NM  :  Gitaris muda siapa yang sekarang elo lagi sering dengerin? Baik lokal maupun internasional
T :  Internasional ya, ada James Muller dan Julian Lage... Ah, tp ga sering juga sih.
NM  : Apakah elo pernah mengajar? Siapa muridmu?
T   : Wah nggak pernah. Paling ya workshop aja. Tapi itupun bisa di hitung dengan jari deh.
NM  :  Kalau ga pernah mengajar, kenapa ga mencoba mengajar?
T   : Belum sempat aja untuk menganalisa tentang mengajar yang baik
NM  : Adakah album musik baru, yang lagi sering elo dengerin?
T   :  Nggak begitu baru sih ya. Wayne Krantz, Tim Miller
NM  :  Siapakah musisi, gitaris, grup band terfavoritmu, dari dulu sampai sekarang?

T   :  Pat Metheny lalu Chick Corea dan Michael Jackson!
NM  :  ‘tot, apa lagi keinginanmu dalam musik, yang belum tercapai sih?
T   :  Tour panjang di Eropa dan konser besar jazz diiringi orchestra besar, full gitu
NM  :  Apakah elo sudah merasa cukup, dengan posisimu saat ini sebagai musisi?
T   :  Rasanya belum. Masih banyak yang belum diwujudkan....
NM  :  Eh, adakah nama penyanyi yang pengen banget elo bisa tangani musiknya di rekaman, memproduseri musiknya gitu?
T  :  Penyanyi dalam negeri kan? Ada, Iwan Fals
NM  :  Lalu, adakah musisi luar negeri, yang pengen banget elo bisa kolaborasi dengannya?
T   :  Wah, kalau itu sih banyak! Sting misalnya. Lalu Keith Carlock, Brian Blade, Hans Zimmer, Christian Mc Bride dan lain-lain
NM  :  Bontot, ada ga sih, musisi atau grup musik atau penyanyi, yang pengen banget elo liat konsernya?
T   :  Allan Holdsworth, Wayne Krantz, John Mayer, itu yang terutama pengen gw lihat
NM  :  Kalau ada kesempatan, elo pilih siapa yang pengen elo produseri, penyanyi luar negeri?
T   :  Taylor Swift dan Bjork, seru tuh....
NM  :  Btw tot, seberapa sering elo mendengarkan musik, pada setiap harinya? Apa punya waktu tertentu?
T   :  Pastinya sih setiap hari, tapi random aja. Ga ada waktu tertentu yang khusus
NM  :  Apakah elo sering, mendengarkan karya-karyamu sendiri, terutama rekaman-rekaman yang elo ikut membantu, terutama rekaman yang elo produseri?
T   :  Kalo album soloku sendiri sih nggak. Tapi, kalo produserin album orang ya iya. Itu buat evaluasi
NM  :  Apa yang paling elo ga suka terjadi, dalam sebuah show? Apa juga yang elo paling ga sukai, terjadi di rekaman?
T   :  Kalau show: pas moodnya nggak dapet. Repot! Kalo rekaman, hasil arransemen musik yg kurang pas dengan penyanyi. Ga asyik jadinya....
NM   :  Eh gini, kalau ada anak-anakmu yang pengen menyanyi dan rekaman, apakah elo ijinkan? Dan apakah elo akan membuatkan musiknya, memproduserinya dan mengarahkannya selama proses rekaman?
T   :  Wah repot nih nanya ini. Tapi, jangan jadi penyanyi deh... .Pelukis aja..atau dokter! Kalo jadi musisi sih boleh juga ya.... Ha ha ha ha ha ha
Ngobrol sama Bontot bisa panjang lebar, tak berujung nanti. Tapi begitulah, obrolan mendalam dengan seorang Tohpati Ario Hutomo, begitu nama lengkapnya. Ia juga kini sebenarnya, mulai mengepakkan sayapnya ke dunia internasional. Terutama saat produser musik yang berdomisili di New York, Leonardo Pavkovic dengan label, Moonjune Records-nya kepincut dengan simakDialog. Lalu dengan Ethnomission. Berlanjut dengan Tohpati-Bertiga.
Eh saat-saat sekarang ini, apa lagi kesibukannya? Bontot, via telephone bilang, lagi refreshing nyelesein solo album. Ini bakal jadi solo album keempat. Katanya lagi, abis pusing dan ribet dengan musiknya Ethnomission dan Bertiga, nah aku main yang easy listening aja.
Maunya bisa cepat dirilis, kata Bontot, yang juga menambahkan, ada lagu pakai vokal juga. Matthew Sayersz yang bantu jadi penyanyinya, bawain lagu yang liriknya berbahasa Flores, dibuat Ivan Nestorman.
Sepantasnyalah, ia membuka peluang di pasar internasional. Karirnya lumayan panjang dengan kesibukan aktifitasnya yang terus bertambah. Melalui tangan dan apresiasi dari Leonardo Pavkovic, karya-karya Tohpati mulai diperkenalkan di pasar musik internasional. /*




No comments: