Keduanya memang lengket betul sebagai sahabat. Sahabat
sejatikah? Mungkin begitulah model kesejatian persahabatan. Ahmad Farid, kelahiran Jakarta 11 Maret
1073. Pas harinya supersemar dong? Kemudian Aray Daulay, kelahiran Jakarta pada 4 November. Dengan tahunnya? Ia
pernah jawab sambil tertawa, “Kasih tau ga
yaaa...”
Mereka berteman sejak sekitar pertengahan 1990-an.
Mulai dengan Plastik. Ini sebuah
kelompok rock, ada yang menyebutnya rock
n roll, ada yang menyebutnya alternative
rock. Apapunlah. Dalam obrolan dalam video, malah Ahmad Farid bilang, dia
sebenarnya ga kepikiran bikin band.
Lho? Ya nonton dan dengerin aja deh.
Adalah gang Potlot,
yang kesohor sebagai markas besarnya Slank
itu, dengan Pulau Biru-nya, yang menjadi titik terawal perkenalan mereka
berdua. Keduanya memang bisa dibilang, terhitung generasi terawal kaum musik
dalam “Ring-1” nya Slank.
Oh ya, Ahmad Farid itu, nama dalam KTP-nya Didit
Saad. Kalau Aray, ya begitulah nama KTP-nya. Nah, kembali ke Plastik. Seperti
yang telah diketahui, Plastik dikenal sempat merilis album Plastik (selftitled) di tahun 1995. Disusul Insting Psiko dan Harmoni, pada 2 tahun
kemudian. Lantas Dengarkan Pada Saat
Tenang, diedarkan pada 1999. Selepas itu, mereka .... klaar! Selesai! Selamanya?
Plastik dulu adalah Didiet Saad (gitar), Aray
Daulay (gitar), Alex Du (bass), Iman (drums). Vokalisnya, Ipang Lazuardi. Agaknya kurang begitu
jelas banget, apakah Plastik memang selesai dan tamat sampai situ saja. Soalnya
gini, kalau ditanyain ke Didit dan
Aray, juga Ipang, mereka hanya tersenyum lebar. Pokoknya, sulit didapat jawaban
konkritlah gitu. Setelah Plastik itu berhenti, mereka tercerai berai.
Didit misalnya sibuk dengan Potret selain solo album
Melly Goeslaw. Ia juga sempat memproduseri solo albumnya Ipang Lazuardi.
Selanjutnya, ia juga menjadi produser, sekaligus gitaris dan membantu penulisan
lagu, dalam album-album rekamannya Syaharani. Selain itu, di pertengahan
2000-an, ia sempat bergabung dengan kelompok eVo.
Menurut keduanya, mereka memang sibuk
masing-masing, pada beberapa saat jadi jarang bertemu. Tapi pershabatan tetap
saja. Aray mengatakan, kontak-kontak via telephone tetap terjadi, atau saling
berkunjung. Cuma memang, belum lagi ketemu di sebuah proyek rekaman bareng.
Aray sendiri, sempat pula ikut membentuk Steven & The Coconut Trees.
Ya begitulah.ada waktu, dimana berkumpul, kerja
bareng. Tapi ada waktu, berjalan sendiri-sendiri. Tapi saya melihatnya, mereka
secara batin itu, seperti terikat satu sama lain. Sulit dipisahkan keduanya.
Apalagi, mereka berdua tinggalnya masih di satu lokasi, cukup berdekatan, di
kawasan Bintaro.
Karena itulah, saya yang memang berasa kenal dekat
dengan mereka berdua, akhirnya mengundang mereka menjadi tamu saya di program
video interview ini. Soalnya juga, kita bertiga belakangan sering berkunjung,
ngumpul. Kebetulan memang rumah saya dengan Aray dan Didit, tidaklah terlalu
berjauhan. Sama-sama anggota Robin (Rombongan Bintaro)!
Mereka berdua, karena namanya teman dekat, ya
begitu saya undang jawabannya siap dan ok, ga lama keluar dari mereka berdua.
Dan jadilah, Aray Daulay serta Didit Saad menjadi tamu pertama, atau terawal
dari program video interview saya, yang bertajuk, DIONMOMONGAN Show ini. Wah seneng banget tentunya, ketika mereka
berdua bersedia menjadi tamu perdana saya. Lebih girang hati ini, ketika mereka
memang datang, barengan semobil, pas di hari yang dijanjikan. Thanks a lot, brothers!
Ok, balik ke mereka berdua. Persahabatannya
maksudnya. Akhirnya, mereka berkumpul lagi. Adalah album Ray D’Sky yang mempersatukan lagi mereka berdua. Juga ikut didukung
Ipang Lazuardi, sebagai bintang tamu vokal.
Ray D’Sky, sebetulnya album project milik Aray. Didit membantu penuh baik sebagai produser,
gitaris sampai juru rekamnya. Lalu ketika Ray D’Sky tengah memasuki tahap
produksi rekaman album keduanya, Dreaming
Dreams, saya “tak sengaja” memergoki mereka berdua tuh, lagi mulai ngumpulin materi untuk album band.
Bandnya kali ini, kembali melibatkan Ipang Lazuardi, sebagai vokalis penuh.
Lho, Plastik mau reunian nih? Ya elaaaa, mereka berdua, lagi-lagi
senyam-senyum lebar doang. Tunggu tanggal mainnya aja, begitu sedikit jawaban
mereka. Hadeuh!
Dreaming Dreams dirilis 2012, itu menyusul debut Ray
D’Sky, Released by Reality yang
diedarkan tahun 2009. Dan akhirnya, setahun kemudian jawabannya adalah Big Deal! Ini debut album kelompok rock
baru mereka bertiga, memang ya bukan reunian Plastik. Tapi mereka mendirikan
grup baru, Daddy’s And The Hot Tea,
begitulah benderanya.
Dalam grup “bapak-bapak yang doyan teh panas” ini,
mereka bertiga didukung Morris Orah,
drummer yang di “impor” dari Bali. Sementara bassisnya, dibantu Achmad Octaviansyah atau dikenal
sebagai, Vian. Lihat aja,makin
lengket deh, Didit sama Aray.
Dan tahun kemarin, 2014, Aray melepas lagi solo
album lainnya, On The Move. Ini
hasil pengembaraan Aray beberapa bulan, ketika ia menemui anak dan istrinya di
sebuah kota kecil, di bagian barat Australia. Lagi-lagi, so pasti ada Didit di
situ, sebut ajalah ia jadi seksi repot. Ya, seperti peran Didit di Ray D’Sky.
Secara musik, konten On The Move memang beda dari Ray D’Sky. Sedikit ada bebauan Daddy’s And the Hot Tea. Tapi
yang ini, lebih terasa akustik, selain bluesy dan folk. Malah rada jazzy juga.
Selanjutnya, apa lagi, bro? Mungkin ada baiknya,
kita tunggu saja. Keduanya tuh sama-sama lumayan aktif dalam berkreasi musik,
selalu saja intens ngumpulin
materi-materi lagu. Sementara itu, Didit juga masih sibuk sebagai produser
sekaligus juru rekam, dia memproduksi banyak album rekaman. Sebagian besar
adalah nama-nama muda yang relatif baru. Selain tetap mendukung Syaharani,
dengan grupnya saat ini, ESQIEF.
Aray, belakangan aktif terus, tampil dalam show ke
show. Benderanya memang Aray Daulay, berangkat dari album On The Move itu. Iya,
kali ini ia hanya memasang namanya saja, sebagai nama grupnya. Ia tetap dibantu
Didit tentunya, selain drummer kembali lagi, Morris Orah. Sementara bassis,
didukung oleh Rival “Pallo” Himran.
Khittahnya memang kayaknya mereka berdua, terus
jalan bareng. Sempat pisah, tapi pisah hanya di proyek musik bareng. Tapi toh,
mereka kembali bersekutu lagi. Sebagian besar juga didukung pula oleh, Ipang
Lazuardi.
Boleh berharap, akan ada karya-karya bagus model
Ray D’Sky atau Daddy’s and the Hot Tea, akan kembali lahir dari persahabatn
mereka berdua ini. Rasanya sih, bukan harapan yang terlalu muluk. Gelagatnya,
memang mereka kayak saling memotivasi satu sama lain gitu. Didit memompa terus
semangat Aray. Begitupun Aray terus aktif meniupkan semangat berkarya Didit.
Asyik banget! Jangan bosen berkarya bareng bro. So,
nikmati obrolan saya dengan mereka berdua selengkapnya. Cerita-cerita mereka
berdua tuh, seru-seru. Bisa jadi, banyak cerita dari mereka, kayaknya sih belum
pernah muncul di tulisan wawancara mereka berdua, di media-media lain.
Percayalah.
Ah sekali lagi, terima kasih banyak sahabatku,
sudah mau menjadi tamu saya. Sebenarnya, kalian berdua itu yang saling
memotivasi, juga diem-diem ikut
memotivasi saya. Yoi bro, lihat aja
ya, program video ini kan akhirnya kejadian juga.....
*/DM
Check out the video on Youtube
No comments:
Post a Comment