Saturday, February 6, 2016

Tontonan 3 jam, yang ga bikin Capek


LCLR+ Concert (LCLR plus Concert) - Yockie Suryo Prayogo.
Sabtu malam, Januari 23.
Sasana Budaya Ganesha - Bandung.
Jam 20.15 sampai 23.20 (kitra-kira sih begitu)

Ada dresscode-nya segala! Motif kembang-kembang. Dan ga semua penonton mematuhi sih. Begitupun halnya dengan para pengisi acara. Kurang asyik dong ya?
Harusnya kompak. Berbunga-bunga. Kayak iklan gitu lho, ...bunga bunga dimana-mana....
Tapi, gw pikir sih. Kalau ga ada, masak mau pake potongan pohon2 yang ada bunganya, ditempel-tempelin di badan gitu? Emang tentara lagi tugas "pengintaian"? Kayak gw ajalah. Mana punyak baju motif kembang-kembang.
Kembang apapun. Boro-boro motif bouganville, atawa melati, atau...nusa indah?

Ah sudahlah. Ya suasana penting juga. Untuk lebih menyempurnakan acara. Cuma, gw pikir-pikir, lebih penting contents lah ya? Betul ga? Seabrek penyanyi bagus, rata-rata punya nama dan massa, walau mungkin pada jamannya (sebagian besar memang generasi 70-80an).
Musisi yang tak kalah bagus pulak!  Dan musik yang digarap, jelas bagus-baguslah! Membawakan dan membungkus lagu-lagu bagus yang disajikan.

21 lagu, pada rundown aseli. Tapi berkembang. Ada 3 lagu, seinget gw, yang ga masuk rundown sih. Bintang tamu spesial, yang lantas diajaknaik panggung dan didaulat....menyanyi dan ikut menyumbangkan suara ataupun ketrampilan bermusiknya!

Ga mainstream memang. Bisa jadi, apa sih, sebut saja mungkin bukan "musik industri" yang kekinian. Tapi gini broer n zus, lagu-lagu itu mempunyai nilai penting, bagi perkembangan musik Indonesia pada era kemudian.
Maksudnya adalah, sajian lagu-lagu yang dipilih, memang lagu-lagu bagus. Dalam arti sebenarnya. Bagus di musik dan lirik. Ditimpali pula penyanyi dengan karakter vokal tersendiri. Khas. Oh iya dong, sebagian lagu yang dihidangkan kemarin malem itu, emang dibawain penyanyi aslinya.

Dhenok Wahyudi misalnya. Aaaah, langsung mengharu-biru-ungu-jingga (ga unyu lah!) dengan lagu hits, 'Dalam Kelembutan Pagi' (karya Baskoro)' disambung, 'Kelana' (Hotma Soehartono).
Langsung menerbangkan penonton, pastinya, ke masa-masa kecilnya. Masa SD kali, SMP mungkin atau SMA? Ada juga yang sudah kuliah, tentunya dong.
Ada juga penyanyi yang cantik dan ajegile, masih enerjik dan cerah-ceria! Louise Theresia Hutauruk, yang menghidupkan suasana lewat, 'Kharisma Indonesia' (Budiman/ IG Ngurah Gde).

Sebagian lagu yang dihadirkan memang diambil dari album Lomba Cipta Lagu Remaja - Dasa Tembang Tercantik. Terutama dari 10 Lagu Terbaik LCLR 1977, Dasa Tembang Tercantik LCLR tahun 1978 dan 1979.
Ga usah ceritain lagi soal LCLR ya? Karena sudah pernah gw tulisin tuh, waktu konser LCLR+ pertama di Jakarta, yang diadain  & 2 Oktober 2015 di Balai Kartini.
Di media mana,coy? Pake nanya media lagi.... Gw tulis di album foto gw di pesbuk juga, jack!

Tapi ini kata SysNs Soerio Soebagio, si "Anton - Pelaut Berpengalaman di Tujuh Samudra itu. Yoih, SysNs ini bisa dibilang dokter utamanya yang membidani kelahiran Lomba Cipta Lagu Remaja, di Radio Prambors Rasisonia.
SysNs cerita, dia tuh bikin ini dengan M.Noor Arumbinang, karena petinggi-petinggi Prambors minta dia bikin sesuatuapaan kek, yang bisa "naikkin" nama Prambors lagi di saat itu.
Sys emang dokter Obsgyn? Bukan sih, dia dokter kulit dan kelamin dulunya. Jiaaaaah... Bukan, maksudnya ya, dia "kayak dokter" lah gitu.
Boleh juga disebut, "penemu" dong? Sak karepmu.

Nah,beda ga Konser LCLR+ di Bandung dan di Jakarta? Trims dulu dong dengan promotor atau penyelenggara acara. Di Jakarta ada 11-Creative, alumnus SMAN 11 Bulungan, yang menjadi penyelenggaranya. Mereka berbaik hati gitulah, memberikan tanda masuk gretongan buat gw.
Begitupun halnya dengan Mahana Live, sebagai promotor yang menggelar tontonan ini di Bandung. Gw dikasih juga tiket, dikasih ID. Lumejen bro. Makasoy dah!

Jadi bisa datang, nonton, motrat-motret asyik. Merasakan atmosfir nostalgia. Ikut-ikutan terkenang masa lalu. Senyam-senyum dikit sendiri. Ikut menyanyi dalam hati, lagu-lagu yang dibawain. Adem tentrem. Bagus memang. Dan iya, sama bagusnya Jakarta dan Bandung. Ada beda dikit aja. Suasana sih hampir serupa.
Unsur nostalgia lebih kental dah. Tapi juga sukses sebetulnya, menghidangkan lagi lagu-lagu lawas "bersejarah" ke penonton. Teristimewa buat penonton muda, yang misal lha 1980-an aja baru lahir....

Di Jakarta kan ada Andy /rif, Fadly (PADI/Musikimia), Rian Ekky Pradipta (D Masiv), Gilang Idol (Hei-Band). Di Bandung mereka digantiin sama Husein Alatas "Idol",  Che Cupumanik, Dira Sugandi. Masih ditambah juga ada Dian Pramana Poetra, lalu juga belakangan ada Deddy Dhukun (Deddy Dhukun).

Lainnya sama. Ada Benny Soebardja, Harry Sabar, Keenan Nasution, KadriMohamad Sutan Bandaro, Berlian Hutauruk. Ada juga Ari Malibu dan Reda, tapi di Bandung ditambah broer Raymond Pattirane, jadi ada "Pahama" (walau ga lengkap karena Denny Hatami dan Gusti Aji a.k.a Ketut Riwin, tak bisa ikut tampil).
Ya termasuk DhenokWahyudi dan Louise Hutauruk itu. Yang sudah lama tak begitu aktif lagi menyanyi itu.....

Grup band juga sama.  Indro Hardjodikoro Full (bass, leader, co - music director), Eggy (keyboard), Yo Iqball (Iqbal - drums), YankJay Naki Nugraha (gitar) lantas ada Didiet Violin Full (ya namanya aja udah ada "Violin"-nya. Masak dia main kendang, ya teteup biola dong).
Tiga perempuan kece sebagai penyanyi latar juga sama tuh, salah satunya, Devi.
Oh ya, tapi di Bandung ada choir, dari UNPAD.
Host-nya yaaaa siape lageee kalau bukan, SysNs Soerio Soebagio. Kalau di Jakarta kan ada ceuceu, Ingrid Widjanarko. Cuma ceuceu ini ga ada di Bandung, karena ada kerjaan lain di Jakarta sih....
Nah yang surprais eh ada kang Rudy Jamil, yang juga jadi temen nge-host SysNs. Rame. Masih aja bisa membuat penonton tergelak-gelak, mangkin riang gembira. Rudy Jamil mah, MC legend, gimana ga legend, dari 1970-an juga udah jadi MC. Saat masih kuliah juga udah jd MC. 1971 aja udah bisa beli motor, gegara nabung honor ngemsi! 1975, bisa beli rumah segala....

Oh ya, siapa yang nanya gimana crowdnya? Crowd? Ga crowded kok penontonnya mah. Sopan-sopan. Sekaligus ceria-ceria, sehat segar. Semangatlah. 2500-an penonton, bisa deh kemarin itu. Wuiiih, rame dong?
Kenapa nanya rame segala? Hehehehe,kenapa juga ga dateng nonton? Nyesel dah.




Ada temen baek, yang menonton dengan penuh semangat. Doski bilang begokin jack. Penonton tuh dibagi tiga.
Yang tengah itu sopan-sopan, pastinya juga banyak yang dapat complimentary tickets kayaknya. Ada yang dari Bandung, ada juga yang susah-susah juga dari Jakarta.
Nah, sebelah kanan (dari arah panggung) itu penonton yang beli tiket dan rata-rata urang Bandung tea. Aseli Bandung na! Sebelah kiri kumaha, teh? Oh sebelah kiri itu teh, bukan orang Bandung asli, tapi emang tinggalnya sih di Bandung. Kayaknya banyak juga orang yang dari Jakarta, tapi udah pindah ke Bandung.
Bener ga begitu? Ga tau. Tapi temen itu nyerocos dengan riang gembira, makanya kalo yang Bandung aseli itu, semangat nontonnya, rame pisan.Suka soalnya.

Iya iya deh.Ya gimana ya, beli tiket yang "kagak murah" juga gitu. Tapi cuma duduk manis? Oho, ruginya! Masak ga sing along lagu kayak, 'Selamat Jalan Kekasih' nya Dian PP atau, 'Masih Ada'nya Dian dan Deddy alias 2-D.
Atau apa lagi ya, 'Nuansa Bening'nya Keenan Naustion? 'Kidung'nya Ari Malibu sama Reda Gaudiamo dan Raymond Pattirane?

Atau, masak ga tergelitik ikutan goyang di lagu, 'Juwita' yang dibawain meriah oleh Che Cupumanik dan Dira Sugandi. Pada "joged-an" massal waktu lagu itu dibawain.

Hehehehe, komen dikit boleh ya? Itu nge-duet-in 2 penyanyi muda, Che sama Dira. Wah, sayah mah terkagum-kagum asli.Bisaan euy. Ide syiapaaaa? Haceeeeep!
Suatu momen teramat langka, liat Che Cupumanik bawain lagu...nga-diskoh!
Sama langkanya liat Che, berusaha semaksimal mungkin memberi warna baru lewat vokal "grunge" khasnya di lagu, 'Angin Malam'. Itu usaha keras luar biasaaaa! Ada yang suka, ada yang ok2 gimana gitu, tapi ada juga yang kurang begitu suka. Merasa, agak-agak ga pas ya?
Tapi usaha Che itu total. Gw pikir, suasana lagu itu, tetap kental bener lagu aslinya. Mungkin buat yang merasa kurang pas, lagu aslinya terlalu lengket banget. Soalnya, Chrisye yang bawain, dalam album Badai Pasti Berlalu itu.
Kalau aja, misal aransemen lagunya di "baru"in, dirubah gitu. Bisa jadi, Che akan lebih "selamat".
Tapi Che, bukan gagal kok. Gw sih merasa emang lagu dan musik lagu itu jadi beda aja.
Husein Alatas, nah ini relatif "lebih selamat". Bawain Jurang Pemisah-nya Yockie Suryo Prayogo di awal banget. Lalu meramaikan, eh tepatnya lebih memanaskan suasana, dengan, 'Anak Jalanan'. Penonton goyanglah!

Dira, dengan lagu, 'Merpati Putih'. Juga dari Badai Pasti Berlalu. Menghanyutkan memang. Menggetarkan. Merinding...bulu roma? Emangnya ada apaan? Tapi asyik kok. ya mengharu-biru-ungu-oranye-coklat muda-magenta gitulah. Kesyahduannya dapat. Baru juga. Ya tentunya, beda dengan yang versi asli, dari alm. Chrisye.

Lagu penutup teh, 'Lilin Lilin Kecil'. Ya sudah. Penonton ikutan menimpali. Lagi ada koor massal. Selesai lagu, berpelukan, salam-salaman. Dan jangan sampai terlewat, foto-fotoan! Udah. Kelar sudah.

Sempurna? Itu hanyalah judul lagu, jack! Gw lebih suka bilang, bagus. Baik, teramat baik malah, dan perlu! Tontonan bergizi tinggi, mengandung ginko giloba, vitamin E, C eh ya juga B Kompleks, A dan lainnya yang bagus sebagai suplemen penambah darah dan tenaga. Meningkatkan daya ingat. Melenturkan otot-otot nan kaku.

Sering yang begini, mungkin saja bagus. Tak melulu soal nostalgia-nostalgiaan. Tapi penyeimbang yang sehat, dari keriuhan musik-musik lain. Sajian musik-musik "kekinian" gitu lho. Yang lawas-lawas tapi tetap saja pas ini, perlu banget diberi apresiasi.
Sejarah musik Indonesia masuk nih, so pasti. LCLR dan apalagi, seorang Yockie Suryo Prayogo. Sosok musisi penting, yang  memberi corak tersendiri musik Indonesia era 1970-1980an. Khas dan "idealis".
Ada doi, Yockie maksudnya di antara siapa deh. Alm. Harry Roesli misalnya. Ian Antono, Achmad Albar, Donny Fattah, Erros Djarot... Ya nama penting, dengan karya-karya pentingnya.
Yockie membesut musiknya asyik. Yang rada "mengejutkan", kebanyakan itu relatif bukan musik relatif ringan. Progressive rock banget, terasa bener aromanya. Tapi, hebat euy, penonton enjoy dan...stay sampai bubarrr!

Hayooo yang doyan ngulak-ngulik sejarah musik. Yang doyan cerita-ceritain sejarah, inimah kudu ga boleh dilewatin. Musti ditelusuri banget-nget nih. Soal, keterkaitan LCLR milik Prambors dulu itu, Dasa Tembang Tercanti, Yockie Suryo Prayogo dalam Menghidupkan Musik Indonesia.

Kemarin ada hadir juga beberapa nama penting lain. Legenda-legenda musik 70-an lainnya. Erros Djarot misalnya. Juga ada Hari Pochang, dengan harmonikanya yang ber-jammin'. Kemudian juga Titiek hamzah, yang juga ikut diajak naik panggung dan...jammin' spontan.

Panjang juga nih tulisan.Iseng-iseng doang sebetulnya. Iseng yang mengasyikkan.Kepanjangan ga? Ada lho, yang suka bilang, gw kalau nulis panjang-panjang amat. Aduh, masalahnya tontonannye aje 3 jam? Kalau nulisnya kependekan, kasihan sama yang udah nyanyi, main dong ah. Hehehehhehe.

Siapa penonton yang suka? Teramat suka? Atau siapa yang ga suka, kali aja ada? Siapapula, yang pulang ke rumah, lantas sampai kebawa mimpi kali? Mimpiin bunga-bunga dimana-mana....???
Eh eh, ada yang kurang ga? Kurang? Apaan ya? Kalau aja ada Fariz RM dan siapa lagi...Indro Warkop kali ya? Apalagi kalau bisa ngegaet sekalian, Yovie Widianto! Hehehehe..... Lalu oh ya, jangan lupain, DSS! Wah penting banget, bikin suara dari panggung masuk dengan nyaman, jelas, empuk ke telinga semua penonton yang ada. Asyik banget, mas Donny Hardono!

Ditunggu pergelaran konser nan sehat beginian lagi. Setuju ga? Kalau setuju, jangan hanya tereak sih. Nonton dong.....
Tabik!





















LCLR+ di Hari Pertama, dari 2 Hari!



Konser unik!

Ini bisa jadi alternatif moda ke-promotor-an nih. Kumpulan reunian dari sekolah (teristimewa sekolah favorit masa doeloe), kumpul lagi, niat awal reuni. Cari konsep. Dapat konsep bagus kayaknya nih... Macam, barang bagus punya ini, masak kita saza yang nonton. Jual ke publik yok?

Begitulah cerita awalnya.Muasalnya dari rencana reunian dari SMAN11, siswa-siswa sekolah itu taon doeloe. Lha SMAN 11 Bulungan itu sekarang mah udah lama jadi SMAN70, hasil peleburan dg SMAN9 tetangganya. Dilebur karena tradisi "saling gesek, baku ejek, baku colek en sampai itu baku pukul" so talalu lama "dipelihara".

Konser ini "dilengkapi" lagi, atau "dilebarkan"menjadi juga Konser yang menghidangkan spesial karya dari Yockie Suryoprayogo. Kebetulan, kibordis legendaris yang memang penulis lagu dan aranjer terkemuka sejak 1970-an itu, juga ada di balik acara LCLR yang digulirkan mulai 1977 itu.

LCLR+, untung ya "+" nya cuma satu. Kalau dua, kan bisa melayang kemana-mana konotasinya. Hihihihi.

Nah LCLR kan Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors. Yoih, ini ajang cipta lagu untuk para penulis lagu "muda-muda dan baru", pada jamannya. Memang begitu digulirkan oleh Prambors, lsg jadi ajang kompetisi bikin lagu yang populer. Sampai ketika dibikinkan kaset album 10-Terbaiknya, langsung larismanis tanjung kimpul, barang ba'is duit kumpuuuuulll.....
Prambors adalah stasiun radio yang sangat dikenal kawula muda era 70-an hingga 80-an doeloe, teristimewadi Jakarta Raya sini. Studio radio itu di Borobudur 4, lalu pindah ke Borobudur 10, eh bener ga sih alamatnya? Ya pokoknya, studionya penuh saban hari, sama kawula muda SMA ibuota, atau juga mahasiswa/i,paling ga kan tetangga studio itu adalah kampus Universitas Pancasila?

Dari footage yang ditampilkan kemarin dikemukakan banyak orang, bahwa lagu-lagunya LCLR itu diakui sangat mewarnai masa-masa remajanya siapa ya...Dewi Irawan, Reninta, sampai Yessi Gusman misalnya.
Dianggap, lagu-lagu karya para penulis muda itu, cept lantas populer dan "melibas" lagu-lagu pop "cengeng" saat itu.

Ya, saat itu memang bisa dibilang era apa yang kemudian disebut sebagai, "pop-kreatif". LCLR bisa disebut tonggak penting pemicunya. Apalagi tumbuhnya di saat tak lama keluarnya album fenomenal macam Badai Pasti Berlalu, misalnya. Setelah Guruh Gipsy menelurkan album dahsyatnya nan "mbeling" itu. Setelah juga ada Barong's Band. Atau di Bandung, muncul sosok seorang Harry Roesli, dengan Ken Arok nya disusul Titik Api.

James F.Sundah, Bhaskoro, sampai Harry Sabar, bisa disebut diperkenalkan lewat ajang kompetisi lagu remaja itu. Juga banyak penyanyi terangkat lebih tinggi lagi popularitasnya, lewat menyanyikan karya-karya terbaik ajang itu dalam album kasetnya.

So, acara konser kemarin menampilkan suasana, nuansa en nama-nama seputar LCLR. Slain juga seputaran "sepakterjang kreatif" seorang Yockie Suryoprayogo.

'Jurang Pemisah'nya Yockie, jadi opening show yang seolah langsung menarik penonton ...."langsung terbang tinggi". Burung, kali? Lagu "cukup kompleks" ini ngagetin juga dipilih jd pembuka. Bukan dr album LCLR, tapi album bertitel sama yang memang diedarkan dekat dengan album LCLR pertama, 1977. Itu solo album Yockie, yang bersama Chrisye, dan didukung oleh James F.Sundah pula.
Kan nama JFS itu, melejit lewat 'Lilin Lilin Kecil', lagu yang jadi terfavorit dari album LCLR pertama.

Baru disusul, 'Dalam Kelembutan Pagi' oleh Dhenok Wahyudi, dan langsung disusul 'Kelana'.
Selanjutnya, ya setumpuk repertoar lain dihamburkan. 22 Lagu ya totalnya?
Banyak dong, ditambah pake chit-chat sebagai selipan, belum lagi tayangan footage di giant-screen, durasi pertunjukkanpun mendekati 3 jam, mek!


Ada nama-nama lain kayak Louise Hutauruk, Keenan Nasution. Smaradhana-nya ahay, langsung membawa kita ke pementasan kolosal khas dari GSP-nya Swara Maharddhika!
Kemudian Andy /rif dengan, 'Anak Jalanan'. Selain Fadly PADI eh skrg di Musikimia, dengan 'Selamat Jalan Kekasih' misalnya.
Ari & Wedha yang mewarnai 'Kidung' bersama Andy /rif dan Fadly.  Sampai Benny Soebardja, yang berduet dengan Harry Sabar dalam 'Sesaat' serta 'Apatis' dengan,Kadri Mohamad.
Ada Once Mekel dengan 'Resesi' dan 'Angin Malam' dimana ikut didukung Debby Nasution.
Yockie juga membawakan penuh lagu, 'Cinta Hitam'. Oh ya, ikut dihadirkan juga, Chaseiro (walau hanya berempat) tentu dengan, 'Pemuda'.

Selain itu, penyanyi bersuara teramat lembut, siapa lagi kalau bukan, Tika Bisono. Tentu saja dengan, 'Melati Suci'.
Gilang diberi tugas "mulia" membawakan 2 lagu hits Chrisye, 'Mesin Kota' dan 'Juwita Malam'.
Gilang, jebolan Indonesian Idol ini potensial. uara bagus, stage-act pede. Dia bahkan sanggup membuat para "oom2 en tante2" ribuan di depannya untuk berdiri dan bergoyang!

Cuma memang, sayangnya kenapa Gilang "dibebani" lagunya Chrisye ya? Masalah utama, lagu yg populer, terutama kayak 'Juwita Malam' terlalu lengket betul sama suara teramat khasnya almarhum.
Ditiru, atau mencoba "mengikuti" pola suara khas almarhum, berabe betul.Ga ada duanya. Tapi mencoba merubahnya, nah jadi persoalan lain. "Soul" lagu jadi hilang, tak terasa.
Tapi kan penonton goyang seneng2 aje tuh? Iya, saya melihatnya, musiknya memang menggelitik otot2 dan urat2 kaki, tangan dan badan para penonton. Musiknya bergoyang bener. Maaf banget, maaf. Bukan mengecilkan arti Gilang dengan bakatnya. Bukan itu lho.

Tapi menempatkan seorang Gilang, sebagai salah satu performers jelang penutup, itu patut dipuji juga. Berani betul! Walau sampai selesai juga, teteup banyak yang ga tau, yang nyanyi tadi yang muda itu, siapa ya?
Konser manis-manis legit gimana gituuuu ini, ditutup dengan 'Lilin Lilin Kecil' yang memang fenomenal di era 1970-an itu. Ini jadi grand-finale. Tamu-tamu khusus diundang naik panggung kayak Eros Djarot, Setiawan Djodi, Doddy Soekasah misalnya. Dan eh si penulis lagu itu, James F.Sundah juga ada dan so pasti, diajak naik panggung juga. Semua performers kembali muncul, menyanyi bersama-sama. Penonton sebagian besar juga tak sungkan untuk lagi-lagi, "sing along"....
Sang show director, Ingrid "ceu ceu" Widjanarko juga naik panggung en ikut menyanyi! Ingrid kan penulis lagu, 'Apatis' itu lhoooow. Smentara Djajusman Erlangga, production coordinator, juga nama 70-80an yang penting lho, sayangnya ga ikut menyanyi....pak Djajus lebih memilih setia jeprat-jepret aza, memutari stage.

Sudahlah, yaaaa overall sih, musik bagus. Baik dan benar tepatnya. Bergizi tinggilah. Seger membungkus semua sajian lagu yang dihidangkan. Yockie mengemasnya dengan asyik, didukung Indro Hardjodikoro (bassis) yang menyertakan band-nya.

Sebuah reuni yang lantas dikembangkan menjadi sajian hiburan sehat buat penonton di luar SMAN 11 Bulungan, yang perlu diteruskan modelnya. Apalagi "menghidupkan" lagi hits-hits masa lalu, yang pernah membuat musik Indonesia menjadi sangat bergairah, dan apa ya...."berkwalitas". Kesannya begitu.

Ga heranlah. Mungkin karena di dalam kepanityaan acara reunian itu, ada tenaga-tenaga handal dan berpengalaman. Ada nama-nama kayak Rezky Ichwan misalnya, Kadri Mohamad yang jam terbang di musiknya lumayan tinggi. Gaulnya luas. Dadang sebagai ketua, juga pasti memberi porsi melengkapi yang "menyempurnakan", apalagi di sektor promosi, media-media dan termasuk marketing..Maklum, expertist di dunia advertising agency, seperti itulah. Terbukti, karcisnya tontonan konser lezat ini, ludes lho. Baik yang tanggal 1 maupun 2 Oktober.
Dan juga nama-nama lain, yang tak mungkin saya sebutkan satu persatu di sini. Antara lain, karena ya ga kenal juga sih. Tapi kepanityaan konser ini rasanya efektif dan efisien. Berhasil dapat sponsor pula! Mantaplah!

Ini memang jadi acara kangen-kangenan, nostalgia. Ketemu banyak teman-teman lama, mungkin yang lama tak bersua. Kayak saya, ketemu dengan beberapa teman lama, yang lama tak ketemu. Atau bisa ketemu lagi dengan Ida Arimurti misalnya, yang lucunya ketemunya di acara-acara yang sejenis... Hihihihi.

Saya juga bisa ketemu lagi kang Benny Soebardja, aduh terakhir ketemu jaman GiantStep, di Jakarta dan Bandung, itu tahun 1980-an!  Bisa ketemu juga lagi dengan Dhani Dahlan,yang tetap cantik dan...ramahnya ga berubah. Serta beberapa teman lain.

Ditunggu sajian acara model beginian yang jadi alternatif tontonan baik, yang menyegarkan pikiran, hati. Jadi ga melulu, disuguhin tontonan artis penyanyi atawa grup-grup luar negeri, dengan harga tiket lumayan menjulang.
Biar publik luas, ga lupa dengan musiknya sendiri. Musik tanah airnya. Musik yang mewarnai kehidupan bangsa dan negaranya, sejak lama dan tak akan mudah hilang atau terlupa sampai kapanpun.
Tak lupakan, atau bisa juga jadi memahami dan mengetahui, banyak nama-nama berkwalitas di era-era dulu kala. Dan mereka, tetap eksis, ternyata!




LCLR+ dan  YockieSuryo Prayogo dan Reuni Bulungan


2 Oktober 2010. Jumat malem. Tempat Nusa Indah Hall, Balai Kartini.

Akhirnya, gw bisa nonton lagi. Dapat ID? Ya gitu deh, atas jasa  sahabat baek, KadriMohamad Sutan Bandaro en Reno Sarah.  Muchas Gracias!

Ada beda dengan yang hari pertama kemarin? Bentarrrr, dari mana dulu gw ngomongin nih....Tapi sejatinya, males juga ngomongin lagi. Maunya, udah majangin jeprat-jepret iseng ajalah. Cukup.

Tapi gini, hari kedua lebih riuh, berisik, gaduh. Suasana SMA 1980-anlah. Macam liat kontes band atau basket di zaman doeloe itu. Teriak-teriakan sering terdengar. Ada sih yang menggelitik, lucu juga. Tapi ada yang....apa ya, mau diilang ga asyik tar orang yang teriak jd tersinggung eh tersinggung. Pokoknya ada yang teriak dan bikin Debby Nasution lagi ngomong cerita dikit, lagi chit-chat sama Once Mekel di stage, kontan berhenti omong dan...Ya udah, kita mainkan aja....

Ga masalah sih, kan sebenar-benarnya ini acara reunian SMA. Dari SMAN 11 Bulungan. Yang di hari kedua, dihadiri juga beberapa kelompok reunian "lebih kecil" dr beberapa sekolah favorit lain, macam SMA Tarkit, SMAN 6, SMAN 3 de el el.
So, suasana memang begitulah. Kan reuni-nya yang penting? Kumpul2 kawan lama, lama banget, pasti juga ada kali ya yang ga pernah ketemuan sejak lepas SMA?

Nostalgia aja. Suasana konsep konser yang sebetulnya "keren-mentereng" ini, jadi membingkai dan seperti menambah suasana reuni alias kenang-mengenang zaman dulu.
Lagu-lagu yang disajikan kan, mungkin memang sering didengerin di mobil-mbil Datsun SSS, Jimny Jangkrik, Corolla atau Corona atau...baruan dikit, Corolla DX kali?
Sering dimainin gitaran di camping-camping? Atau ya di acara-acara musik sekolahan, pas perpisahan misalnya?

Persoalan ketika bingkai itu sekadar, memberi aksen atawa juga dipahami dengan memberi apresiasi tinggi, itu urusan lain lagi. Artinya, ketika konsep yang teramat bagus pada konser ini, lantas tak terlalu dianggap sebagian penonton yang datang, jadi persoalan ga?

Mungkin juga ga papa keleussss. Yang penting kan begini, bagaimana tontonan konsep "relatif serius" begini, bisa sold-out beberapa waktu sebelum konser. Sampai akhirnya, dibikin 2 hari akhirnya, demi menampung animo publik penggemar musik.
Sold out lho, itu harus diberi acungan jempol, 2 jempol dong! Walau ada juga kok kursi-kursi kosong, ga banyak sih, tapi ya ada. Kabarnya, tiketnya sudah dibeliin, eh orang-orang yang disediain tiket gretongan itu, ga datang tanpa alasan jelas.... Gileeee, sayang amir!

Ada cerita-cerita begitu. Kembali ke soal konsep, gw lebih melihat ini sebenar-benarnya nilai tambah reunian ini. Tapi kalau mungkin dirasakan, kayaknya penonton ada yang kurang memberi apresiasi, gimana ya ya sudahlah biasa aja. Kayak penonton jazz aja, datang ke konser jazz kan emang karena doyan jazz? Banyak kok, yang sekedar eksis, selfie, biar ditonton penonton juga, keluarin baju2 paling ok, tas-tas terbaru. Ya kayak gitulah. Masalah buat lo?

Yaaaa ga lah. Asyik-asyik aja. Maka, gw rasa memang konsep konser ini sebaiknya bisa digaungkan kemana-mana. Lebih dari sekadar, jual tiket sukses kok dengan sold-out. Penonton penuh-nuh, sesak, ramai. Foto-foto bertebaran di socmed, foto-foto rame-ramean, kan reunian.

Misi konser ini harusnya memang tersebar luas dengan cakupan, at least nasionallah. Gini lho, ada konser yang mengetengahkan sajian lagu-lagu yang pernah memberi warna bagus, nan artistik, di era musik Indonesia pada 1970-1980an.
Bagaimana asyiknya, lagu-lagu yang dibungkus musik-musik bagus banget yang terutama bersliweran di radio-radio, di mobil, di tempat-tempat tongkrongan akhir 19870-awal 1980an.

Lomba Cipta Lagu Remaja yang dibikin stasiun radio terkemuka, terfavorit kawula muda Jakarta Raya dulu itu, Prambors. Belom ada FM station! Populer dan dikenal lewat Dasa Tembang Tercantik, sebagai album The Best-10 ajang cipta lagu tersebut.
LCLR nya sendiri memang sangat populer paling tidak pada edisi 1977, 1978 dan 1979. Maksudnya lewat Dasa Tembang Tercantik-nya itu.
Walau terus bergulir sampai, kalau ga salah 1981. Kemudian sempat vakum, skip. Muncul lagi di tahun 1987 eh apa 1988 ya. 2 tahun, kemudian hilang.

Konser Tribute to LCLR and Yockie Suryoprayogo kemarin berisikan ya lagu-lagu dari Dasa Tembang Tercantik 1977-1979.
Selain karya-karya lagu dan musik dari Yockie Suryoprayogo. Nah, seperti sudah gw tulis kemarin, Yockie sendiri memang yang membesut musik Dasa Temabng Tercantik  Langganan sebagai Music Director/Arranger. Yang memberi bungkusan apik, pada lagu-lagu yang sudah apik itu.

Maka era akhir 70 sampai awal 80-an seperti dihidupkan lagi. Lantas saja, sayanglah kalau sekedar jadi pemberi nuansa nostalgia biar lebih kental lagi.Kan konser dengan konsep beginian, jarang banget yang berani bikin.
Dokat juga ujung-ujungnya, jack! Sponsor? Biasanya ya, kalau sudah urusan nostalgia-nostalgiaan sponsor-sponsor yang biasa antusias mendukung acara musik, suka alergi atawa males jadinya! Sponsor itu seringkali males kalau masuk di areal lingkungan "berumur"....

Nah konser LCLR+ ini, wuih dapat sponsor lho! Hebat betul! Acungan 2 jempol kudu lebih tinggi diangkat, naek kursi kalau perlu!!
Sebuah hasil bagus banget kan? Tontonan dengan sponsor dapet, tiketnya ludes. Ini cerita manis bener. Padahal, konser "serius" sebenarnya! Tapi kan gaduh dan berisik? Itu kan ornamen-ornamennya yang terjadi di lapangannya.... He he he he he...

Urusan memberi wawasan dan informasi cum pengetahuan ke khalayak, seringkali ga terlalu jadi kepedulian dari banyak acara-acara bagus. Pencapaian target tiket ludes, and that's it! What else? Informasi nyang bener dong, rinci, untuk memberi wawasan pada publik ramai, ada begitu banyak lainnya yang kayaknya boro-boro mau datang menonton lha tau juga kagak konser bagus beginian?
Itu juga artinya memberi apresiasi pada seorang Yockie Suryoprayogo atas kerja kreatifnya yang mumpuni dan penting itu.
Juga atas dukungan maksimal dari Indro Hardjodikoro Full yang membawa serta Didiet Violin Dua , Yo Iqball (Iqball drums), Egy kibord (yang selepas konser jatuh sakit dan dirawat di RS) serta Yayang Guitar.
Juga tiro backing vocal yang ada Devi Nurulita Sari, Nina Harahap dari Trio Bebek serta ah satunya lagi siapa sih, yang cantik yang temen teramat deketnya Didit Violin itu lhoooo...

Juga para penyanyi yang udah tampilhabis-habisan, jiwa raga, sepenuh hati. Kayak original-crooners macam Dhenok Wahyudi, Tika Bisono dan Louise Hutauruk misalya. Selain Gilang "Idol" Samsoe, sebagai penyanyi termuda, yang kebagian porsi teramat sangat berat itu, bawain 'Juwita' hitsnya Chrisye.
Sertada ada Fadly PADI yang agak-agak canggung dengan 'Anak Jalanan'. Harry Sabar yang kembali pakai aksi melepas merpati putih di lagu, 'Sesaat' dengan Benny Soebardja. KadriMohamad Sutan Bandaro yang duet dengan Benny Soebardja di 'Apatis'.
Once Mekel juga ada, yang antara lain mengharu biru gemanaaaa yeeeee, melting lah, dengan, 'Angin Malam' yang juga didukung kibordis legendaris, Debby Nasution.
Berlian Hutauruk juga ada. Chaseiro yang ber-4 saja dengan, 'Pemuda'nya. Yockie pun sempat menyanyi potongan, 'Bayang Pesona' saat memanggil Harry Sabar.  Selain membawakan pula, 'Citra Hitam'.
And juga, bintang di malam kedua, Rian dMasiv, dengan 'Kala Sang Surya Gemilang'. Selain membawakan, 'Kidung' bersama Ari Malibu & Reda.
Rian malam pertama tak ada. Dia menggantikan Andy /rif.

Akhirul kata, ini tontonan lezat, bergizi dan perlu. Perlu diadain sering, ngimbangin keramaian tontonan artis-artis molek dan ganteng luar negeri  Paling ga kan, bolehlah kita sedikit berbangga, ada lho karya-karya bagus musik Indonesia kita. Pernah ada, semoga terpelihara dan...menginspirasi generasi berikutnya!

Sekian dan terima jadi!



No comments: