Tuesday, June 17, 2008

Terima Kasih......

Berjuang itu, bisa berbagai macam. Baik tempatnya, bagaimananya, caranya....
Dan berjuang bisa juga malah jauh dari rumah. Dan bisa berarti kita berangkat berjuang sendirian, berdua, serombongan, se-tim kecil. Lalu?
Yang pasti setelah menjalani serangkaian persiapan, dalam kurun waktu setidaknya 6-7 bulan lamanya. Tentu saja seperti menuju Bandung, tapi memilih lewat Puncak. Penuh kelok-kelokan, sesekali jalan lurus, tapi naik turun. Capek, tinggal minggir makan di restoran, makan di warung. Sekedar pilih nyeruput kopi, makan jagung bakar. Jalan lagi, dan "ajojing" kekiri-kenan lagi....Terus deh, yang penting sampai....Bandung.
Memang seperti itulah yang terjadi. Tapi teramat sangat biasa bagi kehidupan ini, bukan? Amat sangat jarang, semua mulus, licin, mengkilap. Jalan, terus, lurus dan....sukses!
Maunya sih gitu, mauku juga tentu saja. Tapi yang pasti kita kudu membekali diri dulu dengan Positive-Feelings dan...keyakinan. Sabar juga? Buatku, sabar tiada bataslah. Itu mah standar.
Sabar...positif feelings...yakin. Dan kalau harus masuk jalan off-road gitu, berbecek-becek, bergelombang besar biar kata pake ban pacul sekalipun. Ah jalanin saja.
Soalnya gini, pikir punya pikir, siapa seh yang nge-set, tiba-tiba kita bisa di sini. Kenapa kita bisa dapatkan ini. Kenapa kita terpilih dan memilih ini dan itu. Semuanya sudah ada yang mengatur kan....Dan tentu saja, mengatur dengan baik. Terbaik malah buat kita!
Memang pada mulanya aku iseng saja, minta nih..."Aku melamar ya, jadi apa kek. Pokoknya aku bantuin. Aku bisa di show director. Aku coba bantuin juga di Talent Coordination. Aku bisa juga bantuin dimana kek, promosi..." Itu ucapanku waktu habisnya acara di tahun kemarin.
Dan semua teman-teman mengangguk setuju, tertawa lebar. Boleh-boleh, ucap mereka semua. Menyambut baik. Tambahku, kalau perlu aku kasih CV deh sekalian.... Mereka tertawa lebih lebar lagi, Huahahahaha.... Saling menepuk bahu. Lalu jabat tangan.
Pulang ke Jakarta, balik ke rumah!
Dan ternyata aku dalam perjalanan dapat menghimpun tim, "kecil" dulu. Lalu bertambah satu, bertambah eh aku ajak lagi satu. Begitulah. Yang satu mengajak yang satu, dua. Tim makin lengkap. Malah "mengincar", bantu pada Marcomm sepenuhnya, bantu pada sponsorship sepenuhnya. Teman-teman di sana, tersenyum. Ok2. Tapi ini apanya yang dijual?
Lebih bagus Green-nya yang dijual. Bukan hanya jazz! Jazz gimana sih, masak Pekanbaru ada Jazz-Jazzan segala..... Orang-orang di Jakarta mah gak bakalan ada yang nyambut. Halah!
Yayayaya, singkat cerita. 4 Juni aku berdua, menanti pesawat yang akan menerbangkanku dengan temanku ke Pekanbaru. Perjalanan sekian waktu akhirnya akan sampai pada ujung terakhir, ya apalagi kalau bukan pelaksanaan acara?
Aku waktu itu berpikir, ya beginilah hidup, beginilah dunia. Mencoba meraih semua, tapi kita tentu punya tketerbatasan. Misal pada pengendalian emosi. Alhasil, semua memang sudah berlalu. Yang pasti, aku tinggallah berdua. Ngapain kita di sana, tanya temanku?
Aku hanya senyum, kita lihat saja ya nanti...Tergantung merekalah, mau minta kita ngapain? Ada gak yang kita kerjain, tanya temanku lagi. Aku masih senyum....Well, aku masih nyaman dengan pertanyaan temanku yang ini. Masih teringat, ada temanku yang satu, memilih solidaritas. Melihat persoalan dengan sudut pandangnya sendiri. Dan menyatakan walk-out, dan aku terhenyak saja. Sama terhenyaknya dengan teman lain, aku hanya melihat kamu saja nih. Dan alhasil?
Sudahlah, itu sangat biasa. Namanya juga manusia. Aku berusaha mengerti, bahwa "You can't always get what you want"...seperti kata Jagger kan? Tapi toh, aku juga tidaklah berarti langsung mati, tanpa mereka? Seperti juga mereka, tanpa aku, apa langsung berarti mati? Ya gak lah....!!!
Peace, Love and Respect sajalah! That's what Friends are For. Kata temen dulu ya, itu artinya, Itulah gunanya berteman berempat. Halah!
Tapi sampailah di Pekanbaru. Hari pertama kita sibuk saja cari teman-teman "penyelenggara". Lucu memang, aku malah seperti harus "meminta-minta" kerjaan! Hahahahaha. Padahal aku udah ada di sana tuh.... Eh ini beneran. Asli!
Nggak tahu juga, tapi aku pikir memang ini lucu ya. Bagaimana mungkin sebuah acara relatif besar begitu, yang handle hanya "secuil" orang. Keputusan juga boleh dibilang dipegang hanya pada 1 orang, mana lagi 1 orang ini sulitnya minta ampun untuk dikontak sebelum ini. Alasannya, dana belum ada, jadi dana beli pulsa belum ada.
Dan tambahan lagi nih, 1 orang itu....Ikut main juga, menjadi pemain di acara itu juga! Astaga?! Bingung? Ini kejadian langka tentu saja!
Dan apa ya, pucuk dicinta ulam tiba, akhirnya pas di Hari-H siang harinya, barulah ada kepastian beneran, aku (akhirnya....!) jadi Show-Director. Dikasih aja kondisi 3 panggung, aku cek dan aku urut2 dada.....Walah, walah, p[anggung model beginian mah gak bakalan kepake di Jakarta! Hahahahaha....
Lalu lebih urut dada begitu tau, aku gak punya stage crew hanya ada masing2 panggung dapat 1 orang stage manager. Dan 1 orang, yaitu temenku yang dari Jakarta, yang bantu handle sebagai "apa aja elo bantu"!
Gak ada sama sekali tenaga lain. Ada temen2 artis tanya kayak, gimana counter jualan CD, walah susahnya minta ampun. Gak ada yang tau! Apalagi permintaan, kurang ini itu di stage. Nggak ada yang bisa jawab, gimana gimananya.... Aku hanya geleng2 kepala dan yah...ah ya sudah yakin ajalah.
Aku lalu bilang, aku sebetulnya minta beberapa spec lighting di stage untuk bantu, aku coba kasih tau konsepku. Ini minimalis ya, tapi ya gitu ada yang aku minta ini, pasti bagus. Lebih nyamanlah..... Aku geleng-geleng kepala, garuk-garuk kepala, elus-elus dada (lagi!). Katanya, stok lampu-lampu ya hanya ada segitu!!! Udah abis. Astaga.... Alhasil, aku hanya bisa ketawa ngakak. Gila dah.
Tapi well, apa mau dikata, toh semua talent sudah datang lho. Sudah di Pekanbaru. Tamu-tamu wartawanpun, dari Jakarta, juga sudah hadir semua lengkap. So means, the show must go on. Aku selalu bilang, The JAZZ Must Go On!!!
Dan begitulah....thank GOD. Jalan sih. Ada mundur-mundur dikit, disesuaikan dengan "tabiat dan kebiasaan" publik setempat (aku yang rubah skedul, aku lagi-lagi geleng2 kepala, yang buat padahal notabene asli orang sana sendiri. Kok bisa gak ya...Dibikin jadwal mulai jam 5 sore....????)
Aku tau keputusan2ku seketika itu, waduh....semua pakai doa dulu. Karena aku kawatir, ini bakalan tidak "nyaman" bagi teman2 band dan penyanyi. Yang jelas, jadwal molor. Dan durasi aku potong, supaya gak terlalu malam selesdainya.
Karena asal tahu saja, bahkan band Australia, main di ujung hari pertama itu, sudah wanta-wanti tidak mau main kalau mereka baru mulai jam 12 malam. Kawatir duluan, gak ada yang nonton!! Bayangin, dari Australia, katanya namanya besar. Dan "kebetulan" ini asli pilihan penyelenggara yang "harus banget" masuk..... (Steve Hunter Trio, mereka dibayar oleh pihak Chevron Oil)....
Di hari kedua juga begitu. Juga ada, band main tiba-tiba harus berhenti (beneran tiba-tiba lagi main...!) karena ada Adzan Isya. Maklum main di open air, kiri-kanan banyak mesjid, pasti terdengar adzan-nya dan "hukum"nya, harus berhenti suara apapun saat Adzan berkumandang....Mau gak mau, dan pastilah temen2 musisi terkaget-kaget (mohon maklum, mohon maaf ya....)
Ada juga sahabatku Indro Hardjodikoro, sedang seru-serunya mau improvisasi solo. Tiba-tiba mati. Yang mati, sound di stage itu! Ternyata, ada kabel induk (snake-cable?) kesenggol orang. Memang berantakan pada wiringnya (tak hanya stage yang walah, walah. Sound juga sama persis kondisinya. Walau hasil akhir, terbilang lumayanlah). Hahahaha...So sorry brother (menurut sang ketua pelaksana, Indro adalah teman baiknya dan sudah telpon2an sebelum acara. Ketika Indro sampai dan ketemu aku, dia langsung tanya, eh yang namanya Ryan itu yang mana? Oh yang bass itu....???? Emang elo gak tau, 'ndro? Indro ngegeleng....)
Belum lagi, tiba-tiba saja ya terkaget-kagetlah bahwa rundown bisa berubah di hari kedua. Ini menjadi kebingungan luar biasa, suasana memang luar biasa "kacau" juga. Karena ada teman2 talent yang "gak bisa terima", kenapa berubah..... Aku jelas di tengah, dan aku coba memahami kenapa tiba-tiba rundown dirubah tanpa sepengetahuanku?
Tapi yah begitulah, akhirnya bisa berjalan, lancar juga, sampai selesai dengan lumayan baik. Ada hujan, 2 jam lamanya, tapi penonton tetap stay dengan "tenang". Aduh!
Aduh, duh!!! Alhamdulillah? Ya tetap harus ada rasa bersyukur. Begitu acara selesai, aku hanya senyum saja, "perjuangan" sekian bulan selesai sudah.
Aku menemukan banyak hal unik, lucu, seru, indah, ngagetin, nyebelin selama ini. Semuanya unik dan lucu. Maksudku, ya teman2 sekeliling yang "mengurusi" acara ini. Baik temen2ku di Jakarta, apalagi teman2 di Pekanbaru sana.
Ruar biasa!!!! Sungguh luar biasa kalau acara ini toh bisa berhasil jalan, dengan begitu banyak keterbatasan. Lihat panggung, lihat suasana areal. Lihat lighting. Bahkan lihat buku-program (booklet acara) dengan isi yang "membingungkan", kabarnya dituliskan oleh anak muda yang "diandalkan" penasehat acara ini....
Yayayaya, nobody's perfect. Aku lebih melihatnya begini, nilah bukti kita tidak bisa sendiri. Tak bisa nge-jago sendirian. Nggak bisa single fighter. Semua bisa bekerjasama sesuai dengan kemampuan bidang yang dikuasainya, saling mengisi, saling menutupi, saling mendukung.
Susah sekali untyuk memahami, Nobody's perfect...Tapi it means also....ya diri kita sendiri! Masak kita hanya bisa melempar kesalahan pada orang lain? Diri kita sendiri?
Geliga Band salah satu ikon jazz melayu, tokoh utama Malacca Strait Jazz. Yayasan Riau Jazz Turbulence adalah organizer penyelenggaranya. Rian bassistnya Geliga itu adalah Ketua Pelaksana yang sibuk terus2an, bahkan hingga saat Geliga itu mau main (alhasil, lagu dengan Andien hanya bisa 2 saja dari harusnya 3 karena tidak ada waktu berlatih. Geliga pun tampil terasa benar, "harusnya bisa lebih baik dan lebih rapi dan itu pasti akan lebih enak dilihat dan didengarnya"). Eri Bob yang adalah leader, tokoh utama yang juga pemain piano/keyboard dan komposer Geliga adalah menjadi ketua penyelenggara. Orangnya ini begitu tenang, santai dan nyaris tanpa ekspresi, bahkan "terlalu tenang". Dan tokoh utama yang paling penting, budayawan terkemuka dan paling disegani di Riau saat ini, Yusmar Yusuf. Dia adalah tokoh pencetus ide MSJ, pencetus ide tema-tema, bahkan pencetus ide berdirinya Geliga dan Yayasan itu. Beliau ini adalah Penasehat.
Tentu saja terima kasih dan begitulah makanya aku bilang ke para Talent, "Terima Kasih dan Mohon Maaf, Mohon Maklum".....Yah, aku juga bingung sebenarnya, gimana ya?
Tapi ok semua sudah berlangsung, sudah berakhir. Pihak teman-teman Riau hingga saat ini masih teramat sibuk mengurus dana-dana yang tercerai berai yang belum terkumpul baik dari Riaupulp, dari Pemda Riau. Dana yang tidak begitu "ideal" dalam jumlahnya sebenarnya. Mana lagi, baru bisa selesai memang setelah event selesai. Selesai dalam arti.... "dibayarkan" kepada pihak penyelenggara. Tak heran, harus akrobat juga teman2 di sana rasanya.
Keterabatasan dana juga rasanya yang membuat teman2 di Pekanbaru luar biasa nekad, menghandle dan tetap menjalankan acara ini dengan teramat sedikit tenaga. Benar2 seefektif dan seefisien mungkin rasanya. Walau yang membuat aku terkaget-kaget, berkali-kali geleng2 kepala, garuk2 rambut, urut dada, elus dada (urut pa elus? Eh dadanya siapa? Hahahahaha, ya dadaku sendirilah....)
Well, next time better. Tahun mendatang semoga masih diperkenankanNYA, semoga segala sesuatu menjadi lebih baik, lebih lancar ya. Lebih rapi, lebih terkoordinasi, lebih teratur.
Akhir kata, Terima Kasih Ya ALLAH-ku, atas adanya pengalaman ini.......

Tuesday, June 3, 2008

Jadwal MALACCA STRAIT JAZZ 2008 @ Pekanbaru-RIAU

Alami...nonton dan menikmati Jazz di...jauh dari Jakarta...Jawa...sekarang di Pekanbaru, RIAU.

MALACCA STRAIT JAZZ - GREEN EARTH, Festival 2008
Kompleks Bandarserai, Pekanbaru - RIAU


Juni 5 :
Mulai 19.00 WIB

Thio
Party Jazz
Krinok (Jambi)
Jazziri
Jazz-Rhythm
Erchink (Palembang)
Denny's Project
Flatnose (Medan)

Juni 6 :
Mulai jam 17.00 WIB

Zarro n the Vega
The REAL-Band
DEWA BUDJANA
Donny Suhendra Trio feat. Netta KD
Tao-Kombo Collective Messkeepers
STEVE HUNTER Trio

Juni 7 :
Mulai jam 17.00 WIB

Notturno
Bass Groove 100
Hendri Lamiri dkk
GELIGA feat. Andien
simakDialog & collaboration with Tompi
Rieka Roslan & Troubadors


FREE ! FREE ! FREE ! FREE ! FREE ! FREE ! FREE ! FREE ! FREE ! FREE !


supported by :
ASTON Hotel-Pekanbaru
R A P P
Chevron
Pemerintah Daerah RIAU

Aditya FM
C n J 99,9 FM
Wartajazz
INDIEJAZZ-Indonesia

Organized by :
Yayasan RIAU-JAZZ Turbulence

Thursday, May 29, 2008

Doa

Aku telah BerDOA begitu banyak
Yang aku sendiri telah menjadi DOA
Siapa saja yang melihatku
Menginginkan sebuah DOA dariku.....
(Jalaluddin Rumi)

Berhentilah berbicara,
karena kata-kata sulitmu.
Setiap orang,
akan curiga kepadamu
(Jalaluddin Rumi)

Wednesday, May 28, 2008

INDONESIA My Lovely Country, INDONESIA is My Love (kata Panbers)

Ini ada sih?
Beberapa malam ini, liat siaran2 berita TV...semua kekerasan! Kekerasan dimana-mana. Semua marah, semua gampang meledak! Apa karena BBM?
Tapi kenapa BBM naik? Seluruh dunia juga ngerasain, semua juga ngalamin. Ini kata Rheinald Kasali di acaranya Tukul, 4 Mata, tadi malam.
Well...rasanya semuanya kita pastilah merasakan dampak "pahit"nya naiknya Harga BBM, dengan alasan apapun. Semuanya, tanpa terkecuali.
Maksudnya, kalau kita pikir tentu saja polisi2 itu juga merasakan kepahitan yang sama kan? Istri2 mereka toh juga datangi pasar2 yang sama, untuk belanja, tentu saja pastinya terkaget-kaget atawa kepusingan karena harga2 pada naik semua. Semua mengacu karena BBM naik...cabe, tomat, bawang, sayur mayur kan pakai truk atau mobil lah bawanya.... Jadi, begitulah, polisi dan keluarganya ya sama juga dengan kita-kita semua kan?
Maka gimana ya, ngeliat polisi-polisi akhirnya berang "kelewatan" di beberapa kampus, merangsek masuk, menyerbu dan "ngamuk"... Tapi sempat juga melihat tayangan, ada satu polisi "berumur" lewat pakai motor, dikeroyok, bahkan ketangkap kamera ditendang mukanya oleh "mahasiswa". Padahal dia sudah terjatuh dan dia hanya bisa "merintih","Eh eh eh jangan dong, saya kan orang tua....". Salah apa si polisi?
Dan polisi diserang habis2an sekarang karena mereka "menyerang" kampus. Tapi kenapa mereka menyerang kampus?
Yang bikin terkaget-kaget, betapa mahasiswa-mahasiswa sekarang memang "ruaaaar biasaaaa",menendang, memukul, lempar batu, maju dengan tangan pegang batu atau bawa tongkat kayu atau tongkat bambu. Muka penuh amarah. Bengis dan liar!
Tak cuma sekali-dua kita lihat polisi2 berlindung dibalik tameng2nya dan para mahasiswa melempar sumpah serapah, mencaci maki lalu gak puas, lempar batu, kayu lantas masih kurang maka beberapa "jago kungfu" pun meloncat dan menghajar tameng2 polisi itu.
Rasanya polisi itu manusia juga... Lalu kenapa mereka yang harus menerima caci maki, sumpah serapah, ejek2an. Mereka manusia biasa.... Bisa nggak ya, kalau saja posisi dibalik? Para mahasiswa "menjadi" polisi dan polisi "menjadi" mahasiswa?
Maka apakah para mahasiswa "bermental setebal baja" kalau dicaci maki dihujani sumpah serapah, ejekan-ejekan terus menerus. Apalagi dilempar batu, kayu bahkan sampai....molotov!
Lantas memblokir jalan. Menimbulkan kemacetan dimana-mana. Rasanya bukanlah simpati dan "dukungan" yang akan didapat dari masyarakat. Lalu kalau begitu, mahasiswa itu mengatasnamakan siapa, mewakili siapa?
Orangtua, karena ia berbaju polisi maka "berhak" untuk dikeroyok habis, ditendang (walau di koran, sang "ketua demonstran" mengatakan, polisi malang itu tidak dikeroyok dan dipukul para "anggota" demonstrannya kok....). Gimana ya, kalau yang ditendang itu orang tua para mahasiswa itu?
Lagipula, pendidikan makin mahal. Bisa sampai terus kuliah, hareee geneeee....nggak banyak yang mampu lho. Tapi dari yang "mampu" ternyata kenapa malah menjadi makin beringas, kurang beradab, liar?
Berdemo boleh2 saja (apalagi demo masak bareng Rudy Choiruddin... Hehehehe) apalagi dengan mengangkat isu-isu aktual yang "dirasakan" masyarakat luas. Tapi jangan tinggalkan hati nurani. Kenapa tidak demonstrasi dengan "kepala dingin", pandai mengontrol emosi, sabar dan...."tenang". Apa yang ingin disampaikan sebenarnya?
Turunkan BBM, Turunkan Presiden, Perkarakan terus Soeharto... atau "Ini nih gw, berani ngelempar batu, mukul2in polisi pake bambu, kayu, besi, molotov dan...jago Kungfu"?!
Apa iya, polisi2 itu yang harus jadi sasaran kemarahan. Apakah mereka tepat untuk mendapatkan semua itu? Sementara keluarga2 mereka juga pastinya, punya kepusingan yang sama soal harga2 pada melambung tinggi, persoalan udah ikat pinggang lalu harus ikat pinggang lagi, waduh, gak nafas dong!
Ngerasa gak ya mahasiswa2 kita itu, kok makin brutal aja? Brutal dan kemarahan2 mereka itu untuk siapa sih?
Tadi malam juga ada kejadian unik, lagi2 dari siaran berita di televisi. "Temen2nya" lagi pada seru2nya demonstrasi malah di Salemba ada mahasiswa2 dari dua Universitas yang malah tawuran, sama juga...lempar2an batu. Batu kayaknya lagi murah nih, jadi gampang dilempar-lemparin dimana-mana. Dan ada masyrakat yang diwawancara, bilang,"Tawuran itu emangnya mata kuliah tambahan ya..." Seru juga, tapi bikin kita meringis. Halah, mahasiswa lagi!
Tapi gimana ya, ternyata bahkan sudah sejak SMP, bibit2 "tukang keroyokan", "doyan lempar2in batu", "gemar angkat kayu, bambu dan sejenisnya". Lagi2 tadi malam, ada berita anak2 SMP tawuran! Bahkan di 2 tempat! Astaga!
Kayaknya baru pada seneng2 abis lulusan, soalnya baju2nya dicorat-coret. Tapi kok ya malah menyerbu....sekolah lain. Memenuhi jalan, mengejar terus musuhnya di tengah jalan..... Mobil2 pada kalang kabut. Edan, anak SMP?
Belum lagi demonstrasi2 lain dimana-mana, yang menyangkut masyarakat luas....menyerbu masuk dan merusak kantor, rumah para muspida daerah. Gila2an, negeri ini menjadi begitu panasnya. Serasa semua orang sangat mudah tersinggung! Bahkan sampai lupa diri, Islam tapi dengan penuh kebencian merusak dan membakar masjid karena masjid itu milik "aliran sesat"....
Mau kemana nih negeri ini?
Nonton musik saja, bukannya untuk bersenang-senang, menghibur diri. Malah niatnya untuk tawuran, bikin keributan, gak mau bayar tiket.
Jadi beneran kan, mau kemana negeri tercinta ini?
Oh Indonesia, Oh Indonesia.....

Sunday, May 25, 2008

Kenapa JAZZ ada di Pekanbaru....

Ini akan berpanjang-panjang pada segala "permainan" alasan, menyelaraskan "visi dan misi", dan aneka "tetek-bengek" yang lain. Tapi kalau saja memiliki waktu sejenak, sebenarnya kenapa tidak jazz berbunyi di Pekanbaru? Boleh saja jazz berbunyi dimanapun, pkapanpun, oleh siapapun. Tinggallah kita boleh memiliki sikap, setuju atau tidak?
Semuanya pada akhirnya adalah tinggal pada pelaksanaan. Ketika konsep, visi dan misi sudah tertuliskan dan disepakati, lalu bagaimana? Walau kesepakatan, baik itu tertulis maupun tidak, tentu saja rentan untuk di"goyang-gaying" di tengah jalan. Tapi "goyang-goyangan" sangatlah manusiawi, standar saja adanya. Karena yang terpenting, apakah bisa untuk kembali menjalankan visi, misi dan kesepakatan di awal.
Akhirnya begitulah, dengan segala "persoalan" yang melingkari rapat, sayapun dalam hal ini hanya bisa berucap, "JAZZ as Always".... But, Always HAPPY! Karena sedari dulu, sepanjang sejarahnya, JAZZ memang adalah "perjuangan".... Jadi kalau saja menggelar Jazz di Pekanbaru butuh "perjuangan", so...let it flow. It's JAZZ, right?
Ketiadaan sponsor2 ataupun pihak2 yang sebetulnya berpotensi sebagai sponsor2 yang dapat "lebih menggiatkan festival ini", tentu saja adalah semacam "kerikil-kerikil".... Jalan tetap harus dilalui. Ketiadaan sponsor harusnya tidaklah mematikan festival ini. Ataupun "menghancurkan" visi dan misi yang dasarnya baik, pada festival ini.
Tapi kenapa juga Pekanbaru menggelar Jazz? Kenapa tidak mengeksplorasi dan menggiatkan musik-musik Melayu, sebagai "memberdayakan" eksotisme tradisi budaya setempat? Mungkin, sekali lagi, mendiskusikan hal ini butuh waktu tidak seminggu-dua minggu.
Intinya, kenapa tidak, kalau JAZZ juga dibunyikan di luar Jakarta, di luar Jawa? Kenapa tidak kalau saja Jazz bisa dibunyikan dimana-mana?
Maka begitulah yang terjadi, perjuangan tetap berupaya diteruskan dengan semaksimal mungkin. Jadinya tetap di 5 hingga 7 Juni. Tetap akan digelar di kawasan Bandarserai, Pekanbaru, RIAU. Tetap akan digelar tontonan jazz, seminar dan workshop mengenai Jazz.
Dewa Budjana, Rieka Roslan & Troubadors, simakDialog, Tompi, Zarro n the Vega, Hendri Lamiri & Kawan-Kawan, Tao Kombo Collective Messkeepers, Donny Suhendra, Netta KD. Tentu saja beserta "ikon" utama festival, GELIGA. Bersama penyanyi Andien. Lalu grup-grup luar negeri, Steve Hunter Trio dari Australia dan Bazz Groove dari Malaisya. Beserta grup-grup lain dari beberapa daerah.
Saya hanyalah berkeinginan...The JAZZ Must Go On. Tentu saja, itupun keinginan teman-teman penyelenggara, sebut juga sebagai pemilik acara ini, Yayasan RIAU JAZZ Turbulence.
Nama acara tetap saja MALACCA STRAIT JAZZ - GREEN EARTH, The Festival 2008. Sampai jumpa di Pekanbaru? Terima kasih atas dukungan, perhatian dan....doa-doanya.