Thanks for this all-Comments and
Advice, from My Best-Friends!
Well,
silahkan ikuti di bawah ini,beberapa komen atawa testimonial, yang ada juga
saran-saran. Datang dari temen-temen baik saya, temen-temen lama. Teman-teman
yang punya aktifitas masing-masing yang terus dijalani dengan penuh semangat.
Trims,
mereka punya waktu untuk sedikit memberikan pendapat terhadap program video
interview saya, DIONMOMONGANShow.
Saya
kumpulin saja dalam satu posting ini. Sebenarnya sih, paling ideal, kalau saja
ada website saya tersendiri. Quotes or Comments ini, saya upload satu demi satu
ya. Cuma kan, persoalannya sekarang,
website tersebut belum juga muncul-muncul. Tunggu punya tunggu, tak ada
kelanjutannya.
Gimana
dong jadinya? Saya pikir-pikir, ya daripada daripada kan
mendingan-mendingan....
Tak
mengapalah. Maka, kan katanya, “Tak ada akar, rotanpun berguna”. Jadi beginilah
jadinya.....
Terima
kasih banyak juga untuk perhatiannya!
Yang Terus Bergerak....
Memahami betapa pentingnya teman adalah sangat mudah.
Mengenal Dion dari seorang teman, merupakan salah satu simpul penting bagi
kehidupan saya. Ketika itu di penghujung tahun 2005, dan Jakarta World Music
Festival menjadi salah satu momen awal bagi kami untuk saling mengenal.
Darinya, saya banyak belajar mengenai industri musik dan pertunjukan, secara
teknis maupun non teknis.
Sebagai seorang guru, dia selalu memiliki cara unik untuk mencerahkan. Sebagai seorang teman, dia juga selalu meluangkan waktu bagi yang membutuhkan bantuannya. Karakteristik yang lentur dan multi talenta adalah konsep unik yang saya adopsi dan tanamkan dalam etos kerja sehari-hari. Tidak sedikit pertunjukan yang sudah kami lewati, sudah banyak pertemuan yang kami hadiri, dan tidak terhitung juga konsep demi konsep yang kami selami bersama.
Terus bergerak, adalah salah satu karakter yang saya pelajari dari kesehariannya. Karena itulah inti dari kehidupan, untuk tetap menjaga keseimbangan dengan terus bergerak. Terus berkembang merupakan sifat lain yang saya adopsi, banyak impian yang akan tercapai hanya jika kita mengembangkan diri. Dan masih banyak lagi hal penting, yang saya ketahui berkat dia.
Hingga suatu hari saya menyaksikan Dion Momongan Show, dengan kagum saya menyimpulkan ini adalah bagian proses pengembangan dirinya. Tampaknya seluruh media yang ada sudah menjadi bagian dari rekam jejaknya. Dari program pertunjukan, cetak (majalah), radio, dan talkshow ini, mungkin di masa mendatang dia akan berkembang lagi menyesuaikan kemajuan teknologi yang ada. Mungkin bisa jadi media berbasis aplikasi, hanya dialah yang tahu.
Dion Momongan Show,
Suka tidak suka, setiap orang memiliki kisah lama dan latar yang berbeda, namun tak luput dari hak untuk berubah dan memilih jalan hidup masing-masing.
Menyaksikan Dion Momongan Show mengingatkan akan fakta bahwa momentum penting dalam kehidupan seseorang seringkali menimbulkan argumentasi bagi pihak yang bisa menerima maupun sebaliknya. Namun di satu sisi itulah indahnya perbedaan dalam berpendapat. Mengetahui kisah para tamu acaranya menjadi suatu pengalaman inspiratif bagaimana mereka melewati masa-masa itu.
Jika menarik bersifat relatif, menyenangkan adalah sebuah opini untuk program ini. Karena setiap episodenya dikupas secara personal dan mendalam, namun tetap dikemas ringan dan santai. Banyak impian dan harapan yang terungkap di balik setiap kejadian. Tapi satu hal yang pasti, kita membutuhkan lebih banyak lagi program talkshow seperti ini.
*Riva Pratama
Edukatif,
Informatif yang gak pernah ada....
DIONMOMONGANShow
@ iCanStudioLive menurut ue adalah suatu program talkshow berbeda. Terasa
edukatif, informatif, yang gak pernah ada yang kayak gini selama ini.
Membahas
serius tapi santai soal musik, dan apa saja sehingga kita jadi lebih tahu
perjalanan bermusik seseorang.
Saling
menyambung pada masanya, membuat kita jadi bisa nyengir sendiri.
Sukses
terus!
*Kadri Mohamad
Bro Dion Momongan di
Mata Saya
Sepanjang karir
jurnalistik saya, yang bermula di awal 90-an,
saya mengenal Gideon Momongan atau biasa saya panggil dengan Bro
Dion. Kami kerap bertemu di lapangan,
dalam berbagai liputan pertunjukan
musik. Saat itu, saya hanya reporter baru di Majalah Vista,
sementara ia sudah ternama sebagai
fotografer dari Majalah Pertiwi.
Perjalanan nasib
kemudian membawa saya bergabung satu atap dengan Bro Dion dalam majalah
NewsMusik yang dikomando Mas Bens Leo (1999-2004). Saat itu, saya menemukan
kepandaian Bro Dion makin berkembang. Ia ternyata telah melebarkan sayap juga
menjadi penulis musik.
Di luar itu, dengan
gerakan “gerilya”, Bro Dion juga mulai
dikenal menjadi kreator panggung untuk sejumlah panggung jazz, antara lain untuk dua nama musisi yang sangat dekat
dengannya : Budjana dan Bintang
Indrianto. Ia saya lihat membuat konsep
---meski untuk skala penonton ratusan orang--- yang dikemas dengan cara “berbeda”.
Ia juga ikut menemukan sponsor bahkan menyutradarai panggungnya.
Sebagai penulis (dan juga tetap) fotografer, hubungan
perkawanannya dengan banyak musisi Indonesia baik dari genre pop, jazz, rock,
reggae (minus dangdut) era 1970 – 2000 terjalin bagus. Ia bisa menjaga jarak, saat berperan sebagai
teman, namun tetap kritis sebagai jurnalis.
Memiliki kedekatan
pertemanan dengan banyak nama tenar, membuat Bro Dion sebetulnya sangat banyak
tahu kehidupan pribadi orang-orang di likungannya, termasuk segala rahasia
kehidupan pribadi mereka yang tersembunyi dari incaran pers.
Namun, meski memiliki
pengetahuan lengkap dan akurat, Bro Dion
tidak pernah terseret arus masuk ke
arena penulisan gosip dan menyebarkan data yang diketahuinya. Padahal, era
tulisan gosip sudah marak sebelum tahun 2000
di mulai.
Pandai menjaga diri dan tak pandai bergosip untuk
dipublikasikan ini pula yang membuat hubungannya dengan banyak musisi terhitung
langgeng. Seingat saya, tak ada aib pribadi orang tenar yang dikenalnya secara
terang-terangan ditebarnya dalam tulisan.
Bro Dion yang hari ini saya kenal, telah
berkembang lebih pesat. Ia terus menulis, dengan pola tulisan
berbuih-buih dan panjang. Ia juga “cerewet” di twitter.
Via twiiter pula,
pendukung fanatik Jokowi ini, banyak
menyuarakan kritik pribadi pada lembaga
pemerintah maupun perorangan. Twet itu dikemas dengan bahasa bersayap, yang
buat orang lain mungkin masih menerka-nerka arah tujuannya, namun buat saya
sangat terang dan terbaca.
Bro
Dion juga masih tetap memotret dengan konsep foto yang bercerita. Ia juga terus menjadi kreator di balik beberapa
panggung pertunjukan musik.
Yang menarik, di tengah masa ini, ia sempat menjadi penyiar radio Lite FM untuk
sebuah program talk show.Kini,Bro Dion malah berkembang memiliki program
televisi yang ditayangkan via YouTube.
Well, hidup memang
terus berputar dan berkembang, Bro
Dion menjalaninya dengan sempurna,
lengkap dengan jatuh bangunnya. Salut
Bro...! Di tunggu langkah langkah
cemerlang selanjutnya.
*Nini Sunny
Chemistry-nya
terbangun dengan baik
Menonton Dion Momongan Show itu seperti sedang
bercengkerama dengan kawan dekat. Hangat, karib, tanpa jarak, mengalir. Kita
bak merasa sedang berada di ruangan yang sama dengan Dion dengan para
narasumbernya.
Menonton Dion Momongan Show tidak seperti menonton talk
show di televisi nasional yang kerap kali skenarionya amat terasa diatur
ketat yang berujung pada kesan kaku—bahkan ketawa sang pembawa acara bersama
audiensnya pun kadang terasa kurang ikhlas.
Kian menarik adalah ketika pilihan para nara sumbernya
yang bisa dibilang relatif “murtad” terhadap selera mainstream.
Sepertinya Dion memang sengaja memilih orang-orang yang diwawancarainya adalah
sohib-sohibnya sendiri. Ini justru permulaan yang bagus sebab chemistry-nya
terbangun dengan baik. Pembicaraan jadi berlangsung dinamis dan lepas, layaknya
sahabat satu ngobrol dengan sahabat lainnya. Kita, penonton, bagai dituntun
dengan baik, tanpa paksaan, dalam mengenal sosok the singing lawyer macam
Kadri, misalnya. Siapa sih Kadri? Kok dia penting diketahui keberadaannya? …Oh,
oke oke, setuju, setuju.
Bonus lain: estetika videografi juga terjaga.
Pengambilan gambar serta hasilnya tersimak tetap artistik.
Walau begitu, ada satu masukan yang saya pikir
penting: suara para narasumber yang di beberapa kesempatan kurang terdengar
jelas. Barangkali perlu dicantolin corong suara khusus bagi masing-masing
narasumbe agar kedekatan kian ramah terbangun.
Salut yang tinggi. Mari bersulang!
*Rudolf Dethu
Ini semua adalah sumber 'archive' database yang
sangat berharga ...
Talkshow seperti bang Dion ini harus ada. Udah kelamaan nunggu sih
sebetulnya. Setelah 17 tahun lebih gw tinggal di Indonesia & berharap,
tetap aja liputan yang beneran informatif & mendalam dari pelaku industri
musik jarang ada. Nggak ada media yang jelas konsisten menyajikan itu. Kalo pun
ada di majalah tertentu tetap aja masih terbatas. Itu pun gw lebih sering nggak
puas dengan apa yang disajikan.
Pada umumnya gw merasa konten media hiburan di sini terlalu dangkal.
Mau itu karena masyarakat Indonesia kononnya memang dangkal, cuma suka yang
ringan ringan aja dan males membaca atau memang para pelaku media juga kurang
berbobot. Ini bisa diperdebatkan tapi yang lebih dibutuhkan adalah solusi
solusi nya.
Soalnya pangsa pasar itu nggak bisa juga di sama ratakan dan terlalu
disederhanakan. Pun orang kita emang rata ratanya pada males membaca dan nggak
tertarik dengan yang mendalam, lha lalu bagaimana dengan mereka yang suka
membaca atau butuh informasi yang lebih mendalam? Bagaimana dengan mereka yang
butuh konten yang lebih berkualitas?
Harus diingat bahwa dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta orang,
jumlah minoritas yang hanya sekedar 1% itu tetap 2,5 juta orang loh.. Bukan
sedikit. Ini penyakit paling besar di Indonesia dalam bisnis apapun, termasuk
di dalamnya adalah, musik. Kebutuhan niche
market (ceruk pangsa pasar) nggak digubris dan kurang dipedulikan oleh pelaku
bisnis padahal niche market itu sebetulnya sangat signifikan. Rock dan metal
adalah salah satu contoh dimana para musisi & komunitas akhirnya mengambil
tindakan sendiri dan menggerakkan motor industri musik ini secara independant.
Faktanya adalah ternyata banyak sekali yang sangat suka dengan musik
keras ini yang di mata industri mainstream
konon nggak jelas pangsa pasarnya, sulit ditembus atau kecil. Itu adalah alasan
yang mereka sering argumentasikan ke gw sedangkan mereka sendiri nggak pernah
benar benar mencoba. Sekiranya pun mencoba terlalu banyak yang diutak atik
sehingga produknya bukan lagi untuk niche market yang dituju melainkan tetap
dipaksakan ke masyarakat awam mayoritas. Alhasil hampir semuanya gagal. Mereka
bahkan nggak pernah melakukan market
research untuk mendukung klaim mereka tsb dan ironisnya lebih sering juga
gagal di pangsa pasar awam, tapi berani mengatas namakan selera semua orang.
Sebuah 'business opportunity
& creative loss" yang luar biasa besarnya mengingat sekiranya
hanya 1 juta orang saja yang suka itu kan tetap mewakili daya beli pasar yang
tidak kecil. Belum lagi musisi/anak band yang potensi nya nggak tersalurkan
gara gara paradigma konyol tsb. Di media hiburan juga begini. Kalo katalisator
nya nggak berfungsi, gimana kita mau maju?
Nah informasi, pengalaman, sejarah, penjelasan, cara pandang, ide ide
beserta kisah kisah yang mendalam dari para narasumber pelaku musik, punya
peran yang sangat besar dalam perkembangan industri, kualitas musisi, kualitas
hasil kreatif maupun arah industri itu sendiri. Di luar negeri banyak musisi,
penulis lagu, produser dll yang
akhirnya berhasil bahkan menjadi inovator di industri itu berangkatnya bukan
hanya dari mendengar dan mengulik musik yang jadi inspirasi mereka, tapi juga
dari membaca dan mengerti cara fikir, pengalaman maupun sejarah idola idola mereka.
Menjadi bagian kritis yang membentuk perkembangan mereka. Dari situ
lah mereka berdiri dan akhirnya bisa menghasilkan karya karya keren bahkan yang
brilian dan bisa merubah industri. Bukan dari gosip di infotainmen atau cerita
dangkal seupil yang ada di media media sini. Namun siapa yang mau menjadi
bagian dari solusi ini? Disini lah peran seorang bang Dion en team nya iCan
Studio Live sangat dibutuhkan. Mirip seperti di skena metal, ketika media
mainstream nggak menanggapi kebutuhan tsb, talkshow bang Dion Momongan hadir
untuk mengisi kekosongan ini.
Sekiranya orang kita memang males membaca ya mereka tinggal nonton
aja. Nggak ribet dan berat kan. Media informatif seperti ini bisa ditonton siapa saja yang tertarik
dengan format tanya jawab dan ngobrol yang nyantai dan lepas. Nara sumbernya
pun dari berbagai lapisan pelaku industri yang dipandu Bang Dion dengan asik
sambil memancing pembicaraan yang mendalam dan padat.
Tapi bagi mereka yang punya kepentingan, misalnya musisi pemula atau
yang sedang merintis karir, pelajaran, informasi atau inspirasi yang mereka
dapatkan pastinya sangat berharga dan membantu. Mereka belum tentu bisa ketemu
langsung dengan para nara sumber yang tampil.
Dari membaca belum tentu semua yang diucapkan akan ditulis dan
diterbitkan. Suasana nyantai nya pun membuat mereka bisa bicara apa adanya.
Lebih candid dan jujur. Kadang dengan
cerita dan informasi yang belum diketahui publik sebelumnya. Ini semua adalah
sumber 'archive' database yang sangat berharga apalagi dari sisi sejarah musik yang
nggak tertulis. Ditengah kondisi Indonesia seperti ini talkshow seperti bang
Dion harus didukung terus supaya bisa berkembang.
*Ezra Simanjuntak
No comments:
Post a Comment