Sunday, July 22, 2018

Catatan tentang sebuah Konser Impian dari Candra Darusman




Akhirnya kejadian juga! Tak ada konser yang punya catatan sejarah teramat manis begini rasanya. Tentunya saja dalam dunia musik di Indonesia. Dimana ada seorang musisi yang juga menjadi penyanyi, ditambah berkemampuan menulis lagu dengan baik sekali, ternyata baru mendapatkan kesempatan tampil dalam konsernya sendiri.
Yes, dalam sebuah konser solo. Menghidangkan lagu-lagu karyanya sendiri dengan leluasa! Saya pribadi menunggu-nunggu kesempatan bersejarah itu sejak lama. Bahkan pernah, beberapa tahun silam berencana, kalau saja ada kesempatan, ada satu konser yang kepengen banget bisa saya wujudkan.

Yoih, begitulah cuuuy. Ini juga konser yang seperti menjadi impian saya sebetulnya. Jadi impiannya sang penyanyi yang pianis itu juga dong? Rasanya sih demikian jugalah adanya.
Begini nih ya. Modalnya itu sudah lebih dari cukup untuk ditampilkan secara solo. Punya lagu-lagu hits, beserta lagu-lagu yang ikut mewarnai jaman. Dengan musiknya yang asyik punya. Soal wajah, aduh gantenglah! Dan belum pernah bersolo konser,padahal karir musiknya sudah dijalaninya sekitar 40-an tahun ini! Cateeeet...


Adalah Candra Darusman. Di Teater Jakarta, Taman IsmaiLMarzuki, 18 Juli 2018. Perwujudan mimpi puluhan tahun. Ah, so sweet! Melihat panggung, eh ada sebuah grand piano, yang kabarnya kelas premium punya, harga mencapai  3 milyar, mek!
Komplit nih konser. Ia bakalan menyanyi dan pasti piano itu untuk dia mainkan. Stage didominasi screen ada 6 yang vertikal. Dan satu yang besar, bentuknya horizontal. Agak takjub juga melihat design panggungnya. Ini kelihatannya bakal keren. Layarnya sebanyak itu kan?
Pas dan cocoklah buat seorang Candra Darusman! Eh sebentar, cerita mengenai Candra kan, terutama fokus pada kedua solo albumnya, sudah pernah kok saya tulis beberapa waktu lalu..Candra Darusman, Indahnya Sepi dan Kekagumankul
..


Dan malam itu, penonton penuh. Disebarluaskan kabar, bahwa tiket sold-out, sejak beberapa hari sebelum konser. Hebat betul! Tapi memang layaklah buat seorang Candra, yang belakangan ini lebih dikenal sebagai salah satu tokoh terdepan, dalam memperjuangkan kesejahteraan para seniman musik. Terutama dalam  soal hak cipta dan kekayaan intelektual.
Pantas dong, soalnya belum pernah konser solo lho! I cant believe it’s true... Itu kayak judul lagu kok? Lagunya Candra? Bukan, bukan! Hehehehe. Itu lagunya Phil Collins kok, solonya..
 Walaupun ternyata, saat Candra memberitahukan kepada penonton malam itu, bahwa ini konser solonya yang pertama, banyak penonton terkejut. Oh  ternyata banyak yang sejatinya ga tahu soal itu. Atau mungkin ga ngeh kali ya?

Konser bertajuk Candra Darusman – The Piano Man, menunjukkan tanda-anda bakal jadi konser yang menyenangkan, mengasyikkan, menghibur hati. Yup, lagu-lagu dikenal, musiknya pasti keren karena didukung para musisi muda berbakat.
Apalagi konser ini disupport sepenuhnya oleh tata cahaya dan tata suara yang keren punya. Ada DSS Sound, salah satu nama terdepan soal tata suara di Indonesia. Apalagi langsung Donny Hardono pemilik DSS sendiri, yang menjadi sound engineer.
Dan ada pula LemmonID, salah satu nama terbaik urusan tata cahaya panggung. Warna warni mempesona hati nih bakalan. Juga sedap pasti buat lensa kamera... Jaminan mutu!


‘Highway to Mexico City’, lagu instrumental karya Candra so pasti jadi pembuka. Dengan ada very special guest, Bens Leo, sebagai pembaca puisi di pembuka konser. Panggung kemudian diisi grup muda yang lagi bersinar cemerlang, HIVI! Mereka membawakan dua karya lagu Candra, ‘Geneve’ dan ‘Balada Seorang Dara’. Apik euy! Sebagai opening, ngangkat!
Lalu bintang tamu berikutnya, penyanyi cantik,Monita Tahalea. Ia kebagian membawakan dua lagu juga. ‘Perkenaan Perdana’dan ‘Indahnya Sepi’. Suasana terasa langsung akrab dan dekat.....
Tensi pertunjukkan langsung meninggi. Monita seleai bernyanyi, kemudian Candra membawakan sendiri karyanya, ‘Galau’. Yang pasti, ah masak Candra galau dalam konser solo pertamanya? Ya ga lah .....


Candra lantas memanggil Andien Aisyah. Aiiih, Andien mengharu biru dengan lagu bertema relijius, ‘Senantiasa’. Dan dilanjutkan dengan lagu gembira, ‘Pesta’. Makin ramai dong. Penonton makin terpancing untuk bersemangat dan bergairah.
Apalagi lantas muncul Chaseiro dengan ‘Rio de Janeiro’. Dilengkapi para penari berkostum manyala bop do e! Wuidiiih, penarinya pake kostum berbulu-bulu gitu, kata seorang teman.
Mengingatkan kita akan....Swara Mahardhika! Chaseiro yang adalah kelompok vokal yang menjadi “rumah”nya Candra juga, lalu menyambung dengan lagu, ‘Dunia di Batas Senja’.Chit-chat semua personil dengan Candra juga, mangkinan membuat suasana meriah dan akrab.





Tensi “diturunkan” dengan penampilan kelompok The KadriJimmo. Walau yang kelihatan ditonjolkan sebetulnya hanya kedua penyanyinya, ya Kadri Mohamad dan Jimmo. Personil lain kelompok itu, di plot terlalu ke belakang, padahal penting sih... Ada Windy Setiadi pada akordion dan Noldy Benyamin, pada gitar akustik.
The KadriJimmo membawakan lagu sendu merayu teramat manis, ‘Lagu Cinta Untuk Marlina’. Dan juga lagu, ‘Dara’. Selepas The KadriJimmo, naiklah kemudian Tito Soemarsono. Ini nama musisi yang rada mirip Candra sebenarnya.
Gimane kagak mirip coy, Tito itu musisi, ia bassist. Tapi juga bisa menulis lagu, dan ternyata sebagian lagunya sempat menjadi hits. Salah satunya, ‘Kaulah Segalanya’, yang populer lewat Ruth Sahanaya.




Ia juga kemudian menyanyi, sampai membuat beberapa album solo, Ada yang sukses juga di pasaran lho! Tito itu juga mendukung rekaman Candra, serta juga Chaseiro. Lagu duet mereka, yang ditulis bareng berdua adalah, ‘Jasa Seorang Teman’.
Serunya, Tito di balik panggung mengakui bahwa ia memang belum pernah tampil dengan Candra membawakan agu tersebut. Mereka hanya bernyanyi di rekaman saja, dalam album Kekagumanku yang dirilis 1983. Setelah dirilis, ga pernah dibawain di atas panggung.
Dan eh ternyata baru dibawain setelah sekitar 35 tahun kemudian ya, tanya saya sambil tertawa. Dan Tito pun ikut tertawa lebar sambil mengiyakan. Bisa begitu ya bro? Tito dan Candra kemudian menyanyikan hits terpopuler, ‘Kau’.
Buat saya, pemunculan Tito Soemarsono ini original dan unik. Kejutan yang manis. Kalau saja, nama Ikang Fawzy juga ditampilkan. Wah, kejutan makin klop. Pas. Cocok untuk memberikan hiburan nan sempurna.




Penontonpun bersemangat ikut menyanyi, mulai pada berdiri juga. Sebenarnya, nyaris di sepanjang konser, penonton banyak yang sing-a-long meningkahi para penyanyi di atas panggung. Pokoke emang sih, atmosfirnya itu hangat!
Ok suasananya itu, selain hangat, juga akrab dan cair.  Sesekali Candra ngobrol dengan penonton, bercerita ini itu. Menggelitik juga, antara lain dengan...”Mo saja. Itu sedikit di atas kakak, tetapi masih di bawah oom”. Penonton tentu tersenyum mendengar penjelasan “mo” Candra kepada Andien...
Dan kemudian selepas Tito, naiklah Glenn Fredly! Ia langsung membawakan lagu ‘Kau’ juga, tetapi dalam versi yang baru, yang lebih upbeat. Lebih groovy lah, menggoyang. Glenn juga mempunyai kesempatan menyanyi dua lagu. Ia menutup penampilannya dengan membawakan, ‘Tempat Berpijak’.
Candra lalu membawakan karyanya yang juga populer di tahun 1980-an, ‘Kekagumanku’. Tambah meriah dong! Lebih banyak penonton berdiri dan ikut menyanyi. Plus, goyang! Sedap dan seru melihatnya!



Lagu ini lalu disambung lagu penutup, ‘Ceria’ dimana Chaseiro dipanggil naik lagi ke atas panggung. Di tengah lagu, semua penyanyi pengisi acara diajak untuk kembali naik ke atas panggung, ikutan bernyanyi.
Konserpun selesai sudah. Eala, belum. Belum! Yaelaaaaah, nanggung euy! Penonton merasa belum klimakslah gitu Klimaks paan? Ternyata penonton meminta lagu tambahan. Dan Candra pun bersama Chaseiro dan semua penyanyi, menyuguhkan encore, ‘Pemuda’.
Pemuda gitu lho! Sebuah anthem sepanjang zaman, yang adalah hits pertama Chaseiro, beredar sejak akhir 1970an. Lama kelamaan, lagu populer itu malah menjadi seperti lagu perjuangan kaum muda! Ciamik!

Dan itulah beneran lagu penutup. Penonton rata-rata puas. Sumringah, cerah ceria, tersenyum manis, tertawa-tawa. Sebagian mungkin capek karena ikut menyanyi, tapi raut wajahnya terlihat puas betul. Tercapailah... .
Tercapai apanya? Klimaksnya Itu? Pendeknya sih, yang datang berpasangan, lalu berpelukan, melangkah berpegangan tangan. Bae-bae jo, ga lupa anak-anaknya kan? Hehehehe. Kalau yang bersama teman-teman baiknya, sebagian buru-buru menuju panggung, menyerbu para artis penyanyi. Selfie-time!
Saya juga lumayan puas. Senang hati. Ini konser yang membuktikan Candra itu tak pernah bisa hilang dari musik Indonesia. Nama Candra itu penitng, sampai kapanpun. Lagu-lagunya betulan kan mewarnai jaman, dari 1980-an memang waktu pertama kali dirilis.



Tetapi rasa-rasanya lagunya tetap bisa ikut memeriahkan suasana kapanpun. Setuju dong ya? Secara keseluruhan konser berlangsung relatif lancar, dan cukup memuaskan saya.
Dan selipan beberapa repertoar Candra, dengan piano menggambarkan suasana Eropa, itu juga menarik. Membuat konser ini sesuai bener dengan temanya kan? He's real...The Piano Man,exactly!
Kalaupun ada catatan, sebagai ... ah harusnya bisa lebih baik gitu ya. Mungkin soal design panggung, dimana layar besar memanjang yang utama kok terkesan rada mengganggu sebetulnya.
Lalu, ini tumben betul nih, biasanya saya terpuaskan untuk memotret dengan tata cahya dari LemmonID. Kemarin itu kok rada kurang ya? Ga begitu meng-greget, rada “kena tanggung” tak seperti konser-konser yang didukung oleh LemmonID lainnya sebelumnya lho.

Penasaran lah! Setelah selidik sedikit, tanya sana-sini, ternyata saya mengambil kesimpulan nih. Adodo dapa sayang, ,konser yang relatif besar dan bagus ini, kayaknya tidak memakai tenaga creative atau art director yang mumpuni. Ada atau ga ya, sebetulnya?
Semua modal utama sebuah konser sudah lebih dari “cukup” untuk konser kemarin itu. Tetapi konser yang bagus, tetap memerlukan adanya seseorang yang sepenuhnya fokus soal artistiknya panggung.

Seseorang yang mengerti betul atau piawai dalam mem”bungkus” sebuah konser. Membungkusnya dengan baik dan benar dan keren. Boleh tambahin, dan mentereng? Anak Menteng, dulu jualan genteng? Hush, ngaco!
Banyak konser di sini, seringkai melupakan posisi yang sejatinya  penting dan terbilang vital itu. Bisa mendesain panggung dengan apik dan asyik. Dan memahami betul, bagaimana membuat panggung lebih hidup dan lebih bergairah dengan desain penataan cahaya. Lewat plotting dan spotting lampu yang maksimal.



Semoga masukan saya berfaedah and bermanfaat untuk ke depannya. Untuk promotornya, XI Creative, next time much be more better yoooo. Ditunggu konser-konser berikutnya, yang so pasti bisa lebh  “sempurna”. 
Perlu diakui dong, point bagus, almost perfect actually. Yang asyik itu ide gokilnya sih, berani dan pinter manggungin Candra Darusman, sambil bermain piano juga bernyanyi!
Kehebatannya jualan tiket dengan semangat ekstra, itu juga gokil punya! Nah tapi liat cuuuy, tiket ludes, penonton penuh, kalau tontonan konsernya kerennya itu maksimal kan pasti akan memuaskan semua pihak! Setuju bro en sis?

Well, terkhususnya untuk “kakak” atawa mo Candra Darusman, saya terhibur betul dengan lagu dan musiknya, yang ditangani music director muda, bassist, Rishanda Singgih. Pakai "horn-section" segala! Enerji atau suasana 80-an sekaleee, original-atmospherenya dapeeeet! It’s so cool, mo-brother!.
Bikin lega tenggorokan, pulang senang dan bisa langsung tertidur pulas! Pakai mimpi ikut-ikutan menyanyi Kekagumanku segala, di atas panggung lho. Eh pakai difotoin istriku pula.  Masya Allah! /*






Apa sih yang diingat dari 1970an sampai 1980an....


Remembering Those Old Days, 70’s to 80’s, folks....!


Di 1970-an, sudah sekolahkah? Kelas berapa? Kalau belum, bagaimana di 1980-an? Mari kita mengenang masa-masa 70-an sampai 80-an yiuuuuks.  Saya ada sedikit catatan, catatan penting zaman masih belia, masih kinyis-kinyis doeloe....
Zaman “rekiplik”? Zaman manis-manisnya, atau saat lagi badung-badungnya? Saya iseng melengkapi catatan status saya di Facebook. Jadi deeeeh tulisan ini. Selamat membaca, teman-teman semua....
Kita mulai dengan....Tipi yang bisa ditonton cuma TVRI.  Dan, hitam putih pun warnanya. Televisinya berbentuk kabinet, yang “canggih” di zaman itu. Pesawat televisi yang “modern” itu, ada penutup layarnya, mirip-mirip gordijn lah.
Nungguin film seri Mannix, Rin Tin Tin, Bonanza, Hawaii Five-O, The Avengers. Baretta, Six Million Dollar Man.... Ingat? Kalo yang cewek ikut nangis nonton Little House on The Prairie.
Minggu siang, sesudah Si Unyil lalu Ria Jenaka. Kalau ini inget ga, Album Minggu? Kamera Ria apalagi Aneka Ria Safari yaaaa. Dulu itu, ini 70-an ada Nada & Improvisasi, acara jazz. Di 1980-an ada Musik Malam Minggu yang live lho. Orkes Telerama, disusul berikutnya Chandra Kirana.

Acara Desa ke Desa, Dunia Dalam Berita sampai Kelompencapir!Tau nama-nama Harmoko, Sudomo, Sumitro Djojohadikusumo, M.Yusuf, Ir. Sutami sampai juga Ali Sadikin atau Tjokropranolo kan ya sebagian besar dari TVRI.
Mengenal Wakil Presiden Adam Malik lalu Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Umar Wirahadikusuma dan Try Sutrisno misalnya. Selain TVRI juga Koran KOMPAS. Dulu itu, bacaan keluarga koran apaan? Majalah Tempo, Intisari?
Pasti ingetlah Pemilu, Soeharto, Bapak Pembangunan. Hanya 3 partai peserta Pemilu. Partai Persatuan Pembangunan, Golongan Karya dan Partai Demokrasi Indonesia. Dan Golongan Karya terus menerus menang!
Lantas pernah ada kerusuhan anti Jepang di Jakarta, menyambut kedatangan perdana menteri Jepang waktu itu. Ingatkah, tahun berapa itu? Itu 1975. Kalau soal kerusuhan, ada kerusuhan di 1977, di Lapangan Banteng, saat kampanye Pemilu tuh.


Bergeser lagi ya... Mungkin ingat dengan Porkas, SDSB? Eh yang tinggal di Jakarta, suka nonton balap anjing, greyhound di Senayan atau Hailai di Ancol. Dan balap kuda di Pacuan Kuda Pulomas? Itu jaman dimana judi masih diperbolehkan.
Hapal siaran iklan TVRI Mana Suka Siaran Niaga ga? Misalnya apa ya, obat batuk Formula 44 yang bintang iklannya orang gendut mukul pager. Ember Pioneer yang dilepas, eh apa dibanting ya, dari helikopter 
Suka nonton drama keluarga Marlia Hardi yang ada Kak Didunya.
Indonesia punya film detektif sendiri judulnya Metro 77 lho waktu itu. Superhero, Rama Superman Indonesia?
Tahu pasangan TjunTjun - Johan Wahyudi atau Christian - Ade Chandra, tahu Svend Pri dan Flemming Delfs musuhnya Rudy Hartono. Eh lalu Liem Swie King. Icuk Soegiarto......aaah, ragu ragu Icuk .... Kata Sambas atau Sazli Rais, siaran langsung di TVRI.



Jangan lupain juga, Iie Sumirat! Hastomo Arby, Ardy BW, Lius Pongoh. Minarni, Verawaty Fajrin. Siapa dulu yang paling membangkitkan semangatmu nonton bulutangkis? Nonton turnamen All England atau Thomas dan Uber Cup?
Sempet maen gambaran sama adu biji asem kranji. Waktu itu pernah sekolah setengah hari, gara-gara nonton tinju Muhammad Ali. Yang lawannya Joe Frazier lah, George Foreman lah, dan lainnya. Eh iya, kayaknya pasti lupa namapetinju, Wongsosuseno? Ingetnya pastilah, Ellyas Pical!
Sempet kenal Mariam Blok M. Koleksi kertas surat yang kosong atau tukeran stiker label nama. Juga Isi buku harian lengkap pake kata-kata mutiara!

Naik bis kota pakai karcis pelajar yang belinya sebuku. Karcis langganan bulanan tuh.
Top-topnya lagu anak-anak yang dilantunkan Adi Bing Slamet, Chicha Koeswoyo dan sempet ngefans sama Dina Mariana. Ada siapa lagi hayo, adiknya Chicha, Helen Koeswoyo atau, Diana Papilaya?
Sempet punya sepatu Bigboss warna hitam tipis, Scorpion atau sepatu hak tinggi, celana cutbray sampai yang lebih lebar lagi, braybray. Dan rambut gondrong (cowoknya). Baju gombrong, ukuran 2x size sbnrnya. Kalau perlu sampai 3 kali deh...Nah kalau cewek, setelah jongenskop, kemudian rambutnya pake talangnya di poni depan. Kayak siapa sih ya dulu itu? Iis Sugianto ya?
Ikut-ikutan baca majalah musik Aktuil yang selalu kasih bonus poster penyanyi, poster bolak-baliknya atau gambar tempel setrika. Dan puisi mbeling-nya Remy Silado. Ada majalah musik lainnya, Top. Atau .... Varianada dgn cover cewek-cewek Bintang pilem pake bikini.



Kalau suka pakai jam tangan, entah Timex, Omega misalnya. Atau merknya apaan ya, ingat ga? Seiko ya? Lalu jam itu, diganti rantainya dengan rantai kulit dan ada penutupnya. Pernah pakai yang begituan ga?
Majalah cewek yang top majalah Gadis, berikutnya Mode sering ngadain pemilihan gadis sampul. Pemenangnya jadi kayak “gadis pujaan deh. Banyak yang lantas main film, atau jadi top-model. Kalau cewek lebih dewasa, bacanya Femina. Bisa juga Kartini.
Sempet lihat-lihat para fotomodel, yang sekaligus peragawati di waktu itu. Siapa ya, Titi Qadarsih, Enny Soekamto, Sumi Hakim, Ratna Dhumilah, Nani Sakrie. Siapa lagi ya, Rahadian Yamin? Berikutnya ada Ratih Sanggarwati, Ratih Soe, Chitra, Ati Sinuko, dan lain-lainnya.
Kalau yang dari luar siapa sih ya? Seinget saya, di tahun 80-an deh, ada Yasmin Le Bon, Elle Macpherson. Bahkan bintang film tenar Brooke Shield, juga disebut model top, karena mukanya itu dipakai oleh produk-produk beauty and fashion ternama dunia.
Kalau majalahnya cowok? Dulu pernah ada Lelaki. Selain Varianada, ada Flamboyan dan Variasi. Suka ada foto-foto cewek-cewek berbikini atau kostum “minimalis” soalnya. Tabloid Monitor dengan, Lheeerrr-nya? Majalah remaja Hai ya, untuk era 1980-an? Sementara Aktuil sempat diterusin majalah Vista, untuk beberapa tahun di sekitar pertengahan 1980-an.

Dulu pernah ga, sampai Ikut-ikutan masang poster David Cassidy dari Aktuil atau Suzy Quatro dari Gadis? Atau posternya Jimmy Page dan Robert Plant mungkin? Gimana dengan posternya Kim Wilde atau siapa lagi ya.... Sekamar dinding dipenuhi poster. Sampai pintu juga, pakai super-poster, yang asli bisa nutup sepintu kamar.
Lagu ‘Nona Anna’ dari Ade Manuhutu ikut masuk kuping. Seperti juga, ‘Widuri’ nya Bob Tutupoli, ‘Gubahanku’ nya Broery Marantika? Di rumah punya dong, kaset Koes Plus album Nusantara I – X. Eh iya, sampai jadi “kenal” dangdut gegara Pop Melayu-nya Koes Plus? Sampai ada, Pop Keroncong-nya kan? Atau, ada juga sih yg suka Favourite's Group atau Panbers atau The Mercy's.
Ingat lagu, ‘Mama’-nya Heince? Hehehe.

 
Atau setelah itu, pernah ikut-ikutan suka dengan ‘Suzanna’ nya The Art Company? Gimana dengan ‘Disco Fever’-nya VST & Co, Tagalog Disco? Lagu apa lagi, hmmmm, ‘Fred Astaire’ dan ‘Cheese’nya The Mo?
Eh iya, kalau lokal, pasti ga lupa dengan ... madu di tangan kananmu, racun di tangan kirimu? Lagu itu karya Arie Wibowo, dipopulerkan oleh grupnya Arie sendiri, Bill & Brod. Judul lagunya, ‘Madu dan Racun’.
1970-an, pasti dong ngalamin perpanjangan tahun ajaran nasional. Sempet ngalamin Disko rumahan, perpisahan kelas dan pesta ulang tahun dirayain di rumah aja.  Setelah makan, bangku-bangku disingkirin, biar lantainya bisa dipakai jojing. Lampu diskonya ada, rotating-light, yang biasa dipakai untuk lampu mobil Ambulance atau mobil Polisi.
Yang paling diperhatiin...awas dateng rombongan “dayak”. Cowok-cowok segerombolan, masuk ke pesta padahal ga diundang. Kenal juga ga, sama yang bikin pesta. Cuma pengen “numpang” pesta aja. Slonong boy lah ya... Sering jadi berantem deh, sama undangan resmi yang ada.
Dekade sebelumnya, “kakak-kakak” kita pesta rumahannya malah pakai band. Yoih band lengkap. Ngerock! Terutama di Jakarta, lalu beberapa kota besar. Band-band yang kemudian jadi besar di tahun 70-an, para musisinya awalnya biasa main di pesta-pesta rumahan. Ngerock bawain lagu-lagu barat yang lagi top.



Tina Charles
Disko rumahan paling top saat itu Madlod, Merindink Disco. Juga ada nama Baden Powell Disco. Album Saturday Night Fever, ngetop gara-gara John Travolta... Grease juga! Lupa ga dengan, Donna Summer, Tina Charles dan Chic? Eh iya, ‘Dance the Body Music-nya, Osibisa....
Baru disusul discotheque macemnya Tanamur, Oriental, Stardust, LeMirage, Musro yg nyusul di era 1970-an itu ada  Guwa Rama, di Hotel Indonesia....
Yg kurang suka jojing, mungkin pilih Jaya Pub, Green Pub atau Captain's Bar ya? Nontonin Christ Kayhatu, Yance Manusama, Embong Rahardjo, Jackie Bahasoean...


Kalau di zaman 80-an, buat anak-anak muda yang rada susah dapat permit untuk klayapan sampai lewat tengah malam, ada “jalan keluar”nya. Yaitu diskotik yang buka siang hari di weekend! Itu ada di Jakarta, kayak My Place, Superstar. Gimana di kota-kota lain?
Tahu film Private Teacher. Atau...Akibat Pergaulan Bebas! Sebelumnya yang heboh itu ada...Beranak Dalam KuburEva Arnas, Yati Octavia, Yenni Rachman, Robby Sugara, Roy Marten! Atau si Inem Pelayan Sexy, Doris Calleboaut.
Pastinya juga, Warung Kopi Prambors. Yang terdiri dari Dono, Kasino, Indro dan Nanu.yang nongolnya mulai dari Terminal Musik Anak Muda, acara perayaan Tahun Baru TVRI dulu tuh. Penghujung 1977 ke 1978. Ada Warkop, ada juga Orkes Moral Pancaran Sinar Petromaks kan?
Film barat itu dengan Charles Bronson, Alain Delon atau yang sexy banget, Raquel Welch! Jacqueline Bisset nan ayu. Kalau Gina Lolobrigida? Aduh itu udah era sebelumnya lagi kayaknya. Sejaman ya dengan Elizabeth Taylor? Kalau disebut...Edwige Fenech? Nah! Bo Derek, apa kabarnya ya? Hihihihi....

Indro, Dono, Kasino dan Nanu


Edwige Fenech

Bo Derek

Jacqueline Bisset
Kalau mau omongin film, mungkin ga lupa dengan Si Doel Anak Betawi, yang diterusin dengan si Doel Anak Modern. Ratapan Ibu Tiri eh maksudnya Ratapan Anak Tiri! Pernah ada film musikal bagus, Ambisi, yang peran utamanya Bing Slamet.... Undur-Undur Broadcasting Service....
Film komedi jaman 1970-1980an laris manis juga. Mulai dari era Bing Slamet dengan Bing Slamet Koboi Cengeng. Lanjut ke Ateng dan Iskak, filmnya misalnya Ateng Minta Kawin.
Baru dilanjut dengan Warung Kopi (Prambors), yang awalnya mereka adalah para pemeran program komedi di radio Prambors, lantas main film. Yang khasnya dulu, Warung Kopi itu, mereka berempat mengisi suara bermacam-macam “peran”. Jadi satu orang, bisa berperan jadi 2 atau 3 orang. Mereka ditambah Rudy Badil, di acara radionya. Badil ga ikut ke atas panggung, lebih sibuk jadi pencinta alam kayaknya.
Suka main Ice Skating di Pintu IX Senayan ga? Itu kabarnya, tempat lahirnya Merindink Disco lhoooo. Oh ya ada berita ditusuknya Ari Suzana sama kasus daging bayi GM menghebohkan Jakarta. Oh ya sempet heboh juga “gerakan ACD”, Anti Celana Dalam, anak-anak cewek juga cowok, pelajar SMA. Di Bandung duluan... Astaga!
Tahu Mario Kempes, hero juara dunia bola tahun '78, Argentina. Carlos Valderrama, Rene Higuita, Emerson Leao, Zico en Rivelino.... Siapa lagi ya, oh iya, Johan Neeskens, Johan Cruyff!


Kan kalau PSSI di sini itu dengan Iswadi Idris, Ronny Paslah, Suaeb Rizal, Junaidi Abdillah. Sampai Nobon, Timo Kapissa, Yohanes Auri dan kawan-kawannya... Persija Jakarta, PSMS Medan, PSM Makasar, Persipura Jayapura, Persebaya Surabaya.
Sampai grup band The Black Brothers bikinin lagu tuh untuk tim Mutiara Hitam dari Persipura Jayapura. Abis lagu itu ngetop, eh lalu The Black Brothers “kabur” ke negeri Belanda.... Gosipnya kan, mereka minta suaka politik di sana. Setelah era perserikatan, mulailah dikenal sepakbola semi-profesional. Dimulai dengan Galatama. dengan Jayakarta, Warna Agung, Niac Mitra, Arseto.....
Sekilas tau NBA, Kareem Abdul Jabaar, Earvin “Magic” Johnson dan Larry Bird misalnya. Atau... Harlem Globe Trotters! Formula-1 juga mulai dikenal luas, inget dong? Paling ga dengan Niki Lauda, James Hunt
Masih seputar olahraga, pasti ga lupa Indonesia ikutan SEA Games. Pertama kali di Kuala Lumpur, 1977 langsung jadi Juara Umum. Dan beberapa kali SEA Games, terus jadi juara umum kan? Yang paling sensasional ya yang Sea Games 1979 di Jakarta tuh, Medali emas yang didapat sampai 92 keping!



Tahu Ali Topan, Anak Jalanan jadi idola dan novel Eddy D. ISkandarNgapalin bahasa prokem kaya Bokap, Gara Dae, Spokat, Bo'il dan bokin! Gara dae dokat, ogut suping.....Eh iya, ngegele atau mokin ga dulu, apa sampai ngebo’at? Ya ampuuuun!
Lantas tahu siapa Galih dan Ratna, Rano Karno dan Yessy Gusman. Puspa Indah Taman Hati ....Balik deh ke film ya. Itu film-film remaja kan. Ada juga Roman Picisan, Gejolak Kawula Muda. Ya apa lagi deeeeh yang sejenis itu.
Judul film-film itu romantis deh, misal Seputih Hatinya Semerah Bibirnya. Ada juga, Di sini Cinta Pertama Kali Bersemi. Kembang Padang Kelabu. Atau, Beningnya Hati Seorang Gadis. Kalau Titian Serambut di Belah Tujuh? Itu film seriuslah....
Ok, lanjuuuuut! Hmmm, inget atau pernah kena digeledah guru gara-gara razia komik stensilan dan buku porno?.. Idrus, Valentino....novel semi porno Nick Carter. Aduh, ngeri ya? Hehehehe. Yang lelaki, suka nanya atau bahkan beli stensilan, juga buku porno, di Senen atau Blok M ya? Ssssstt....
Ngerasa top banget kalau pake sepatu Kickers yang dibawah sol nya ada bulatan warna hijau dan merah, Puma juga. Atawa Adidas 3-stripnya! Converse All Stars, sepatu kets beneran, kayaknya belum terlalu ngehits ya waktu itu...?



Kagum sama Walkman Sony keluaran pertama, warnyanya biru, Tergila-gila nonton video betamax... Berikutnya,kenal dengan radio compo, tape double-deck,maksudnya ada 2 pemutar kasetnya. Masak dilupain sih...Laserdisc!
Sebenarnya ada alat pemutar paling canggih di 70-an. Merk Akai, bisa reel, cassette dan cartridge. Pemutar pita reel dan cartridge ga begitu dikenal luas, ya karena harus punya player Akai itu.
Ikutan olahraga Skateboard yang mulai ngetop dan mewabah kemana-mana, ngalahin sepatu roda lho. Dan kemudian, Breakdance! ‘Rock It’ nya Herbie Hancock or ‘Tour De France’ nya Kraftwerk...
Dulu tuh, sempet ga Ikutan ngebreak pakai CB, sebelas meteran,, atau dua meteran, roger2 cherio, 73, 51, 88...? Ikut Slalom Test atau.... Metropolitan Rally, keliling Jakarta. Pake Datsun SSS atau Corolla (73, 77, 78 atau DX?), Jimny Jankrik, Honda Civic setrikaan, Toyota Kijang openkap. Eh sampai Suzuki Carry ya?




Kalau pake motor, mungkin motornya V60, itu bebek pada jamannya kan? Ya tapi jaman itu, motor bebek kan asli dibilang motor buat perempuan? Atau pakenya Suzuki A 100, Honda CB 100 atau yang CG? Atau yang lelaki ya, BSA, BMW deh sekalian....
Sambil ngokar atau ngerokok ya? Kokar eh rokoknya apa Ardath, atau Kansas? Mungkin Bentoel biru? Apa Djarum Filtra? Marlboro juga udah ada sih. Tapi juga ada Commodore kan? Kayak nama band disko ya?
Balik soal musik deh... Lagu ‘Camelia’-nya Ebiet G Ade, sempet juga masuk kuping. Sempet ngalamin gitulah. Eh iya, Farid Hardja & Bani Adam doooongGod Bless lah pastinya, selain AKA. The Rollies, Giant Step sampai SAS
Apalagi, Fariz RM ya? Chaseiro dengan Candra Darusman mungkin? Iwan Fals laaaaah, hehehe! ‘Umar Bakrie’...!



Mungkin juga ada yang suka ‘Begadang’ dan ‘Penasaran’nya Rhoma Irama? Soneta Group! Elvie Sukaesih? ‘Boneka dari India’ dengan Ellya Khadam, lupa ga? Di 1980-an ada JK Records, dengan Dian Piesesha, Ria Angelina, Hedi Diana eh sampai Meriem Bellina.
Inget album Dasa Tembang Tercantik Prambors dari Lomba Cipta Lagu Remaja? Dan tentu saja, Badai Pasti Berlalu! Baik filmnya, garapan Teguh Karya. Ataupun albumnya dengan Eros Djarot dan Yockie Suryoprayogo, yang mengetengahkan penyanyinya, Chrisye dan Berlian Hutauruk.




Ok, berarti kudu disebut juga dong Guruh Soekarnoputra dengan Swara Mahardhika-nya. Gencar Semarak Perkasa? Serta pergelaran mereka yang selalu sold-out di Balai Sidang Senayan, macam Untukmu Indonesiaku, Gilang Indonesia Gemilang.
Kalau “kawula muda” Jakarta tuh harusnya pastinya tune-in di Prambors atau Elshinta...Elshinta 13 atau Prambors Indolapan atau Catatan Si Boy. Termasuk yang sudah ditulis di atas tadi, acara Warung Kopi.  Jangan lupa juga dengan Sys NS, dengan Bursa Orang Muda-nya. Salah satu tokoh penting 70-80an, mantan DJ, lantas jadi penyiar radio. Sys jebolan Prambors yang ngetop di era itu kan?
Misal di Bandung, ada radio Oz ya? Menyusul radio KLCBS. Gimana dengan kota-kota lainnya? Atau mungkin dengerin RRI, Siaran Berita dengan Sazly Rais, Hasan Asahi Oramahi dan lainnya, dengan harga sayur mayur di pasar-pasar?
Kalau grup-grup dunia ada Led Zeppelin, Deep Purple, Yes, Genesis, Queen ke Van Halen, The Police, Metallica? Sex Pistols oh ya Duran Duran. Joan Jett, Kim Wilde dan NenaThe Beatles and The Rolling Stones....! Pilih mana? Ada ya yang pilih Joe Tex, James Brown atau Sly and The Family Stone dan Rare Earth?





Gino Vanelli, 1980-an
Jimi Hendrix atau Rod Stewart, sama David Bowie harus disebut juga ya? Inget ga dengan penyanyi keren dari Kanada, Gino Vanelli? Kalau nyenggol sampai Gino Vanelli, berarti ada juga Al Jarreau, Michael Franks dong.
Nambahin deh, biar afdol. 80-an banget itu, ya mau ga mau harus menyebut Michael “Jacko” Jackson kan? Termasuk juga siapa lagi sih, Whitney Houston lah. Cindy Lauper juga dong. Dan, satu yang penting, Madonna!

Eh iya mundur dikit ke 70-an lagi. Sempet nonton Osibisa, El Chicano sampai Suzy Quatro di Balai Sidang Senayan Jakarta ga ya? Atau nonton konser Deep Purple di Stadion Utama Senayan, sebelumnya juga konser Heince lho. Lupa ga ya dengan Rock Opera Ken Arok-nya Harry Roesli, juga di Balai Sidang Senayan? 
Denger lagu-lagu bagus di radio, catet judulnya dan rekam album lagu-lagu paporit di Wimar Audio atau Aquarius di Aldiron Plaza. Hasil rekamannya lantas dikasih ke doi, atau cewek yang lagi diincer ya? Ga koq, didengerin sendiri aja.....



Abis dari Aldiron ke Lintas Melawai dong. Itu gaya 80-an be’eng, terutama buat yang tinggal di Jakarta.  Sambil makan permen sugus atau miami? Permen susu yang capnya kuda ya? Minumnya apa? Green Sands Shandy, Green Spot, atau RC Cola  ? Apa Sarsaparila?
Kalau diinget-inget kan,  dulu itu di ibukota belum banyak mall. Palingan juga Sarinah, Ratu Plaza. Sebelumnya itu ada Departement Store gede, Ataka, di kawasan Harmoni. Pasar Blok M, Pasar Mayestik, lho itu kan pasar aja,bukan mall laaaah. Pasar Ular? Oh iya, itu pasar khusus juga walau jauh di sebelah utara.
Malem minggu, malam yang panjang....ke Rindu Alam Puncakpass? Ini emang tongkrongan kawula muda Jakartalah ya, Taman Kodok Menteng atau....lebih "old-school", kuburan Belanda di Ancol, pinggir Sirkuit. Dulunya dikenalnya, pantai Binaria! Selain nonton film di Drive-In Theatre, Ancol, dari dalam mobil euy.
Nongkrong dan jajan, cuci mata juga di Roti Bakar Edi, Pasar Kaget Blok M, Ayam Berkah, Nasi goreng Taman Menteng, Sate jalan Sabang? Mana lagi siiiih....
Balapan di Sirkuit Ancol

Balai Sidang Senaynn


Restoran Rindu Alam, Puncak
Untuk anak-anak muda Jakarta, kalau sekarang dikenalnya kan, cabe-cabean. Dulu ada kan? Apa namanya, hayooooo. Dimana mereka banyak mangkalnya? Taman Kodok Menteng, Jalan Sabang, Wahid Hasyim, atau dimana? Perek a.k.a Reksipe?
Kalau aja punya duit sedikit lebih ya, makan-makannya di Gandhy steakhouse? Ragusa, di jalan Veteran.... Ayo, dulu lebih suka nongkrong dimana? Bukan makan? Apa dong? Bowling di Monas atau Ancol? Atau, eh iya Billiard!
Ahaaaa..... What a good old days. Never forget, never ending storieslah.... Ah indahnya berbagi kenangan. Itu sih yang kebetulan masih saya ingat. Pastinyalah, banyak yang tercecer, terlupa atau memang mungkin ga tau juga. Maksudnya, dulu ga ngalamin.
Pasti teman-teman punya memori-memori atawa kenangan tersendiri kan? Eh iya, kalau mau nambahin tulisan ini, berdasarkan atas pengalaman sendiri, monggo lhoooo, sobatsku semua. Monggo Dansa Reggae, seperti nyanyiannya Nola Tilaar? /*