Nama lengkapnya, Audy Riri Mestika Rachman. Ia baru saja merilis album kompilasi, The Best Of Riri Mestica. Sebuah kumpulan 13 tracks karya lagunya sendiri, yang telah dirilis sejak 2004 hingga 2014 ini. Dengan ada bonus track lagu baru juga. Album ini adalah pioneer dari scene electronic dance music di Indonesia ini. Seperti yang diketahui, debut albumnya, Keluar Malam, yang dirilis 2004 juga bisa dicatat sebagai album pionir musik itu di sini.
DJ Riri, begitu namanya lebih dikenal. Ia adalah putra
kedua dari dua anak dari pasangan Ide dan Eileen Rachman. Saat ini ia telah
berputri satu, Salma Khaaliqa Rachman. Dan ia saat ini beristrikan, Olaharika
Rachman. Dan ia memang telah tumbuh menjadi semacam ikon dari pergerakan dance music di Indonesia, atau apa yang
saat ini dikenal luas sebagai electronic dance music.
Ia tetap mengukuhkan diri di aliran progressive-house.
Tapi kemasan musiknya memang seperti berevolusi, sesuai perkembangan jaman.
Sesuai dengan apa juga yang terjadi di pergerakan music tersebut di dunia
internasional. Tak lupa, terkait erat dengan tehnis peralatan juga.
Pengalamannya selama ini, memang telah membentuknya menjadi DJ dengan pilihan
alirannya tersebut.
Beberapa catatan prestasi telah makin mengukuhkan
posisinya sebagai salah satu the Best
Indonesian DJ. Antara lain, ia mendapat AMI Awards di tahun 2006 lewat
kategori, The Best Dance Track,
melalui karyanya, ‘Fadeaway’. Ia terpilih sebagai DJ #1 oleh Paranoia Awards
oleh Hardrock FM Jakarta. Kemudian albumnya, Unspoken, yang dirilis tahun 2010
memenangkan penghargaan The Best Dance
Track oleh Indonesia Cutting Edge
Music Awards (ICEMA).
Ia juga memperoleh gelar The Best Progressive DJ dari REDMA,
di tahun 2008. Setahun kemudian, pada 2009 ia mendapat penghargaan dari Ravelexx Dance Music Awards. Kemudian
ia juga diundang untuk memeriahkan F1 Fuel Party di Singapura, dalam kaitan
acara F1 Championship. Ia adalah satu-satunya DJ Indonesia yang tampil di acara
itu. Ia juga menjadi satu-satunya DJ Indonesia yang di-tanggep main oleh Zouk-Out
Party. Itu adalah sebuah rave party terbesar di Singapura, yang digelar
sejak tahun 2000.
Ia juga pernah sukses mencatatkan diri sebagai DJ yang
melakukan spinnin’ terlama. 29 Jam
nonstop ia terus bermain dengan menyinggahi beberapa clubs, bar, pindah ke
event rave party. Bahkan dalam
perpindahan tersebut, di dalam mobil yang mengantarkannya, ia tidak berhenti
terus bermain. Rekor dj-ing terlama
tersebut, bertahan hingga saat ini. Dan rekor itu dicatat oleh Museum Rekor
Indonesia.
Saya, Gideon Momongan dari NewsMusik, telah mengenal DJ
Riri ini sejak sebelum era 2000. Kami pernah bekerjasama dalam beberapa acara.
Salah satu konsep acara penting yang mempertemukan kami adalah sebuah event Music-Concert dengan bentuk tour, di beberapa kota dan dengan
menyertakan beberapa grup band besar. DJ Riri saat itu, berkolaborasi dengan
grup musik GIGI dan /rif.
Dan saya akhirnya bisa bertemunya lagi setelah beberapa
tahun lamanya tak lagi berkesempatan bertemu. Lalu, Selasa 18 Maret silam, saya
akhirnya bisa mengajaknya ngobrol lumayan panjang dalam acara saya di Lite FM
105,8, #KitaBanget. Kami ngobrol banyak hal, dari awal karirnya, female dj, scene dance music di sini
saat ini hingga terakhir, Indonesia atau Eropa. Jawabannya, Jakarta is the best!
NM : Dari dulu itu, waktu event dengan GIGI dan /rif, gw juga udah kasih gambaran kan soal scene musik elo di dunia?
DJ Riri : Iya bro, gw inget. Makanya, sebelum
kolaborasi singkat dengan GIGI itu, juga setelah itu dengan /rif ya, gw sudah
sempat menjajaki kerjasama music dengan Thomas
Ramdhan. Juga ngobrol dengan Andy
dan Magi. Kejadian kolaborasi
singkat di acara itu, membuka peluang untuk kita melakukan penjajakan tahap
kemudian. Seru hasilnya.
NM : Ok, so saat itu sudah mulai terpikir untuk Live PA (Live Performing Act) kan? Inget
ga, gw sebut soal Chemical Brothers, Groove Armada and so on. Yaaaa, mereka yang ada di scene itu dan mulai jadi
perbincangan kan.
DJR : Jangan lupakan juga Prodigy, mereka juga
salah satu yang terdepan, pada jaman itu.
NM : Crystal Method, The Royskopp. Tapi, elo
memang mengikuti mereka, atau elo emang suka dengan mereka?
DJR : Iya dong. Gw melihat hal yang mereka lakukan
dan memang menginspirasi gw untuk melakukan hal serupa. Apalagi ada Global
Underground, Godskitchen, Ministry of Sound dan sejenisnya yang membuka banyak
kemungkinan. Tersedia party
dimana-mana, rave party di
pelosok-pelosok eksotis.
NM : Artinya, saat itu, memang perkembangan dance
music sedang mulai menanjak ya bro?
DJR : Yup betul. Party mulai banyak. Dan DJ mulai
dilihat dan dilirik orang. Para clubbers
atau partygoers mulai mencari atau
mengikuti jadwal DJ favoritnya. Kan orang-orang mulai ke clubs itu sebenarnya
mulai sejak 1995an ke atas ya?
NM : Oh, itu kan kalau ga salah elo belum lama pulkam dari Eropa?
DJR : Waktu itu, gw mulai sering di Indo atau
Jakarta. Tapi masih bolak balik sebenarnya. Gw resmi akhirnya emang menetap di
Jakarta itu awal 2000.
NM : So, elo mulai DJ-ing tahun berapa sebenarnya? Ceritain dikit dong bro.
DJR : 1992. Itu gw jadi DJ pertama kali, di sebuah
party kecil di Lille. Itu kota kecil di Perancis sebelah utara. Nah gw kan
awalnya sebenarnya gitaris. Cuma gimana ya, kalau mau bikin band, berarti gw
harus bergaul dulu. Gimana mau bergaul, gw kan sendirian lalu masih belajar
bahasa Perancis juga. Ya intinya, gimana caranya gw bisa cepat dapat banyak
teman deh. Akhirnya, gw terpikir, oh kalau gitu gw harus sendirian aja. DJ
kayaknya gw bisa.
NM : Jadi akhirnya elo nekad jadi DJ, tanpa ada
guru? Maksudnya, ga belajar serius gitu?
DJR : Hehehehe, iya modal nekad. Baru setahun
berikutnya gw ketemu seorang DJ ya dan gw mulai belajar memperdalam. Gw juga
setelah itu pindah ke Swiss. Gw mulai bisa jadi DJ beneran. Tapi masih
sampingan ya, belum profesional banget. Gw main di party-party sekolah,
komunitas kampus gitulah.
NM : Setelah itu, sebenarnya kapan elo memastikan
diri elo untuk menjadi seorang professional DJ yang sebenarnya?
DJR : Awal 2000-an gitulah, gw lantas baru
memastikan okay gw jadi DJ saja. Gw
pastikan jalan hidup gw. Walau gw tetap mengerjakan beberapa hal lain ya. Ya
memang bersamaan ketika gw juga menetapkan hati untuk tinggal di Indonesia.
DJ Riri, memang lantas sejak 2000-an kian menjulang
sebagai seorang DJ dengan banyak fans fanatiknya. Saat itu, sebenarnya
hari-harinya juga diisi banyak kegiatan lain. Bisnis banyak hal lain, termasuk
salah satunya membuka clubs sendiri.
Tapi ia juga membangun semacam “kerjaan kecil” sendiri.
Tetap dalam batas wilayah dance music nya. Ia membuka Spinach Records. Yang lantas berkembang menjadi sekolah DJ juga,
sampai pada promotor dan event organizer. Spinach pada awalnya
adalah sebuah record store, di
kawasan sibuk Kemang.
Namanya memang makin melambung tinggi, ketika debut
albumnya, Keluar Malam dirilis. Album itu tercatat mencapai 12.000-an angka
penjualan. Ada format kasetnya lho! Setelah itu dirilis ulang, versi repackaged, di tahun 2008 dan mencapai
angka penjualan hingga 15.000 copies!
Bisa jadi, catatan penjualan tersebut adalah, salah satu angka penjualan
terlaris untuk musik dance.
NM : Ketika itu elo memang melihat scene music elo itu, berkembang dengan maju dan prospeknya bagus?
DJR : Betul, kelihatan bahwa clubs mulai penuh.
Makin banyak orang yang senang ke clubs, liat dan enjoy DJ performance.
Belum begitu banyak DJ saat itu. Dan gw pikir, ini peluang makin terbuka
menjadi DJ secara beneran. Jadi dimulai dengan clubs-clubs dan audiences-nya yang berkembang dengan
pesat.
DJR : Tapi ada masa, mungkin sampai sekarang,
mengenai House Music yang berkonotasi negatif di sini. Dan house music begitu
juga punya pasar kan? Gw sendiri ga jelas, apakah pasarnya berkembang
selanjutnya. Karena dekat banget dengan apa yang disebut dangdut remix atau
dangdut koplo. Gw juga ga terlalu jelas, ada kaitannya atau tidak.
DJR : House music yang begitu memang ga banyak di
luar negeri. Memang berkembang juga di sini. Sementara soal negatif atau posItif,
bukankah semua hal juga pasti ada sisi positif dan negatifnya? Tapi gw
mengamati yang progressive atau yang trance,
electro, dub. Bukan yang house seperti itu ya.
NM : Iya karena musikmu sebenarnya juga masuk
kategori house juga kan? Progressive house, pengembangan kemudian dari house
music. Begitu kan?
DJR : Memang untuk istilah, house music lebih luas
dan lebar pengertiannya. Dan sudah bercabang-cabang, terus berevolusi mengikuti
perkembangan jaman.
NM : Lalu bagaimana dengan Female DJ? Setau gw,
istilah itu rasanya hanya ada di Indonesia aja ya? Di luar ga ada. Browsing
aja, ga ada tuh
DJR : Hahahaha….iya. Mungkin namanya DJ itu kurang
perempuan kali… Iya tapi hanya ada di sini
NM : Harusnya ya perempuan juga kan DJ aja? Elo
melihat gimana perkembangan DJ cewek di sini?
DJR : Wah, berkembang bagus bro. Spinach gw aja
kan sejak awal dulu juga punya DJ cewek, DJ
Patricia itu. Belakangan banyak juga yang muncul. Ya bikin tambah ramai
NM : Membuat kelihatannya DJ itu pekerjaan mudah
ya, banyak seleb lantas jadi DJ juga. Sebagian Female DJ itu ternyata malah
seleb kan bro?
DJR : Gimana ya, menjadi DJ bisa jadi mudah. Tapi
gini bro, buat gw jadi DJ juga harus bisa produce
lagu. Harus mampu bikin lagu. Itu penting. Selain penguasaan akan tehnis
musiknya, beat, tempo, sound. Dan
selanjutnya, harus mampu membaca crowd
NM : Jadi DJ itu kwalifikasinya gimana sebenarnya?
Apa beda DJ 70-an, 80-an, atau yah yang sekarang ini?
DJR : Soal kurun waktu, beda di alat. Dulu juga kan
pakai piringan hitam, LP. Sekarang CD. Peralatannya beda, mulai dari playernya. Karakter PH dan CD juga kan
beda. Sekarang juga memang ada DJ dengan laptop. Iya bisa macam-macam. Iya juga
termasuk ada yang bisa jadi DJ hanya muterin lagu orang, misalnya lewat laptop
aja. Dia ga nge-mix sama sekali. Atau
mungkin hanya menyambung-nyambungkan lagu saja.
NM : Btw, DJ favorite lo siapa ya bro?
DJR : Dari dulu gw suka Sasha. Juga John Digweed.
Underworld. Carl Cox, juga gw suka. Armin
Van Buuren juga. Gw sebenarnya dengarkan banyak DJ kok.
NM : The
hottest party u’ve ever attend or see…? Ok
as audience…
DJR : Tahun lalu gw ke Ibiza. Masuk clubs di sana, ada
beberapa room. Semua enjoy, crowdnya keren. Asyik seru. Semua ada audiencenya. Kemudian liat performance dari Carl Cox. Wah keren
banget! Gw juga sempat liat di Korea, wah crowdnya gila banget!
NM : Nah kalau yang elo jadi performers nya?
DJR : Rave party di Indonesia, seru-seru kok bro.
Crowd-nya juga ga kalah. Tapi Zouk Out di Singapura, mungkin salah satu yang the Best. Inget, gw tuh satu-satunya DJ
Indonesia yang diundang performance di sana ya. Juga party di F1, gw 2 kali
main, dan keren banget crowdnya.
NM : Gimana dengan DJ-DJ muda di sini bro?
DJR : Angger
Dimas, banyak pengikutnya. Talented. Berkembang dengan positif. Gw lewat
Spinach juga melihat perkembangan, mengamati gitu. Ada yang bagus dan punya
visi, misi dan taste yang bagus, kita coba. Dalam album gw the Best itu, ada
nama-nama muda baru yang gw ajak untuk producing. Hasilnya memang bagus. Dalam
waktu ga lama lagi, aka nada nama-nama lain bisa seperti Angger Dimas, menembus
pasar internasional.
NM : Jadi, dunia internasional sudah memandang
DJ-DJ Indonesia gitu bro?
DJR : Dengan adanya internet, ya kita bisa jualan
ke mana-mana, ke seluruh dunia. Sangat terbuka. Tinggal kita explore kemampuan, musik kita.
NM : Oh ya, 29 jam non-stop DJ-ing, waduh seru juga ya bro? Persiapannya gimana dan
gimana tuh ceritanya?
DJR : Persiapan beberapa bulan. Gw kontrol makanan,
stamina diperhatikan. Gw belajar meditasi juga. Sehingga saat itu gw bisa tahan
untuk tetap fit selama 29 jam. Gw muter lho bro, ke beberapa spot. Bukan main
di satu tempat. Semua gw lakukan sambil spinnin’, sambil main. Gw bisa mencuri
istirahat, tidur 3-4 atau 5 menit, di mobil. Saat gw pasang lagu yang kira-kira
durasinya lebih dari 5 menit. Begitu selesai, gw tepar dah! Tapi gw kaget juga,
dan bersyukurlah, bahwa gw bisa melaluinya dengan baik.
NM : Kapan lagi yang begituan, ga ada kemauan
pecahin rekor sendiri?
DJR : Hahahahaha…belum
kepikiran. Itu persiapannya berat bro. Gw harus fokus banget dan konsentrasi
penuh di situ.
NM : NM
: Bro, liburan favoritmu kemana?
Pantai atau gunung?
DJR : Pantai!
NM : Ok, pilih daerah mana bro?
DJR : Nghh, gw pilih Ibiza, Miami dan Sorong, itu
lho…Raja Ampat
NM : Setiap tahunnya ada jadwal tetap elo plesiran
sama keluarga ga?
DJR : Ada dong, diusahakan setahun paling ga 2
kali. Bulan puasa, kan biasanya emang gw libur ga ada acara. Lalu akhir tahun,
biasanya bareng sama tempat gw perform
Dalam scene musik yang dia mainkan, Riri mengakui bahwa
telah terjadi evolusi. Antara lain, percampuran dengan elemen musik lain.
Sangat terbuka. Ini terjadi dimana-mana, di seluruh dunia. Dan yang paling
menarik, bagaimana electronic dance music bisa menembus industri musik.
Contohnya antara lain ada Will.I.Am,
Lady Gaga atau ya Black Eyed Peas. Mereka membuka diri
lebih lebar untuk kolaborasi.
Dalam hal ini peran DJ adalah mengemas musik para artis
penyanyi atau bahkan grup band. “Hal itu jadi template, dan mulai menjamur. Banyak artis kelas dunia
melakukannya, artinya kan menghargai dan mengakui eksistensi para DJ. Di sini
juga mulai begitu, label besar melirik para DJ untuk memproduce lagu tertentu untuk artis-artisnya.”
NM : Kalau melihat Grammy Awards dengan fenomena Daft Punk, gimana menurutmu?
DJR : DJ is
the new Rockstar! Menunjukkan electronic dance music memang makin dihargai,
makin dianggap gitu. Lagu-lagu internasional yang menjadi hits, makin banyak menggunakan pattern
dance music. Daft Punk memang berhasil mengangkat lebih tinggi lagi, electronic
dance music. Bayangin aja music mereka, bagaimana mereka kalau live nya. Mereka
kan ga pernah live, mereka sibuk di
studio dan keluar dengan image robotnya itu.
NM : Oh ya, lalu RRT gimana bro?
DJR : RRT tetap jalan terus. Berkembang. Basicnya memang dari gw dan Thomas
Ramdhan. Awalnya dulu, Thomas seperti mendikte gw apa yang harus gw lakukan di
studio ya. Gw harus menyiapkan perabotan yang banyak outboard, groovebox, termasuk
synthesizers, pre-amps dan macam-macam lagi. Sekarang ini kan, semua sound yang
dihasilkan peralatan itu, bisa sebanding dengan kerja sebuah laptop dengan
pelbagai plug-ins canggih. Nah gw memang terus memperluas wawasan, pengetahuan
akan sound producing itu, antara lain dengan producer-producer muda ya.
NM : Kapan album RRT keluar?
DJR : RRT sekarang kan gw, Thomas dan Rama Moektio (drummer – red) Formasi
ini terus berkembang, kita pernah dengan berbagai musisi lain, termasuk ada Rama Satrya segala. Ya kesuksesan Daft
Punk memang memberi inspirasi buat gw dan Thomas, dalam mengembangkan RRT. Juga
inspirasi untuk Live PA. Rencana sih,
Mei nanti mudah-mudahan sudah bisa dirilis dua single baru RRT. Sekarang ini
sudah mulai tracking di studio. Rama sudah mengisi drums. Oh ya RRT itu lebih
Live ya tampilannya, jadi beneran memakai drums dan bass. Atau kalau RRT
memakai kibordis, kayak kemarin kita ajak kibordis, Estu. Nanti ya target album juga.
NM : Artinya, elo serius juga dengan RRT ya bro?
DJR : Iya dong, ini sudah jalan dari awal 2000 lho.
Sayang kalau ditinggalin.
NM : NM
: By the way, ada ga lagumu yang
disukai anakmu?
DJR : Ada bro. Itu,
‘Last Call’
NM : Nah, kalau istrimu?
DJR : Lagu yang dia sukai? ‘Magic Tonight’ nya RRT
bro
NM : Eh ada film favorit ga? Dan sekalian, bintang
favoritmu…
DJR : Gw suka Alexander
Mc Queen. Film nya, Taken 1 & 2
NM : Sempat olahraga ga? Kapan aja, ada jadwal
tetap?
DJR : Basket. Gw biasa main setiap Senin dan gw
usahain sepeda tiap pagi
NM : Fans terunik yang pernah elo temui langsung?
DJR : Wah ada nih. Anak umur 9 tahun gitu dan dia
sudah hafal semua album gw bro.
Riri Mestika memilih memakai RMX 1000 Pioneer Effector
sebagai gear andalannya saat ini. Dia
memakainya setiap performance-nya dimanapun. Dan oh ya, saat ini dia juga
membuat playlist mingguan untuk
sekitar 8 jam gitu, yang musiknya di luar dance musik. Ia mengaku memang tetap
menyediakan waktu, mendengarkan musik lain. Lewat radio atau televise paling
ga, di setiap harinya.
NM : Ok then
bro. Mc Laren Mercedes or Ferrari?
DJR : Mercedes ah
NM : Humvee Military atau Lamborghini?
DJR : Lamborghini
NM : Ducati atau Yamaha?
DJR : Yamaha SR
400
NM : Jazz Rock atau Rockabilly?
DJR : Rockabilly
NM : Kalau tidak menjadi DJ bro, pilih mana ya, own a hypermarket di Bekasi atau own a resort villa di kota Salatiga?
DJR : Hahahaha….aneh nih. Apa ya… Ok, Hypermarket
di Bekasi boleh juga. Tapi sekaligus punya few
resort hotel di beberapa titik, boleh dong? Hehehe
NM : Private
Party di pulau terpencil atau rave
party di kaki gunung di Sulawesi?
DJR : Wah, rave party ah di kaki gunung….!
NM : Kalau tidak jadi DJ, pilih jadi percussionist
atau trumpetist?
DJR : Percussionis bro!
NM : Punya gitaris favorit all the time?
DJR : Joe Satriani
NM : Bro, sebenarnya sekarang ini ya gimana situasi dan kondisi scene musikmu ini di
seluruh Nusantara?
DJR : Bagus, selalu ada crowd. Dimana-mana. Gw
sudah main di seluruh Indonesia, sampai Jayapura. Yang wah crowdnya gokil bro.
Gw Cuma belum pernah main di Aceh aja, pernah ada rencana tapi batal. Samarinda
bagus, Sulawesi juga. Gw juga sering main di Solo, dan crowd di Solo itu gile
bro, mereka itu setia. Selalu saja penuh setiap gw main di sana. Gw sering juga
main di Solo. Tapi secara keseluruhan, pencinta musik ini terus bertambah, tak
hanya di kota-kota besar di Jawa atau Bali saja.
NM : Elo lebih suka main di clubs atau Rave Party
bro?
DJR : Tantangannya beda. Keduanya gw suka. Clubs
itu sifatnya pasti lebih intimate.
Kalau rave party wah, pecah deh ramai, ribuan orang. Tetap saja intinya, gimana
kita menaklukkan crowd itu, memimpin mereka. DJ harus bisa nge-lead suasana, dan crowd mengikuti kita dengan senang. Paling ga
asyik, sementara kita main, ada orang-orang yang kita lihat pulang, apalagi
kalau lantas kok jadi lebih kosong dari awal waktu kita main. Gw kalau gitu
pasti introspeksi deh, gw tadi emangnya dimananya yang ga asyik, sampai orang
pulang di tengah-tengah performance gw. Nah kalau crowd udah menyatu dengan
musik kita dan artinya kita memang sudah mengendalikan suasana, wah gw tuh suka
lupa diri kalau begitu. Bisa aja, dari harusnya hanya 2 atau 3 jam set, eh gw
keterusan! Suka terjadi begitu.
NM : Lalu, lagu-lagumu itu, dapat inspirasi dari
mana bro? ‘Rusty Guitar’ misalnya? Apa karena elo dulu gitaris gitu?
DJR : Hahaha, bisa darimanapun. Dari lingkungan
clubs juga banyak kok, tentang tingkah temen-temen gw, audience. Suasananya.
Partynya. Luas kok bro. Rusty Guitar, oho bukan tentang gitaris bro. Ada deh,
tapi bukan tentang gitar atau gitaris bro.
NM : Bro, syarat menjadi DJ yang baik dan benar?
DJR : Kalau elo mau menjadi DJ, ya sekolah DJ yang
bener. Tapi setelah bisa lulus, itu baru langkah pertama. Selanjutnya, elo
harus bisa ngembangin diri elo sendiri. Harus mampu membuat lagu. Elo harus
pelajari betul, gimana menjual lagu elo, performance elo. Supaya elo tetap
dilihat orang, publik jadi suka elo. Publik juga bisa ngikutin kemanapun elo
akan main. Kemampuan mengenal peralatan itu penting, sound producing, mixing.
Tapi juga harus bisa memenej diri elo dengan sebaik-baiknya. Makin banyak DJ,
kan banyak saingan. Gimana elo bisa tetap eksis? Yaaa, harus elo sendiri yang
mengarahkan diri dengan baik. Mengenali lebih baik lagi, berhubungan dengan agency, dengan management. Elo butuh manager misalnya. Tapi juga menjalin hubungan
dengan clubs, event organizer, promotor.
NM : Adakah vokalis atau penyanyi yang pengen
banget elo ajak nyanyi di lagumu?
DJR : Chris Martin, Pharrel Williams. Kalau aja
masih ada John Lennon bro… Kalau penyanyi buat featuring di album, gw suka
Andain (inget, ‘Beautiful Things’…?)
NM : Bro, masa tua elo, tinggal dimana bayangan
elo? Eropa, Amerika, Jawa?
DJR : Hahahaha…. Well, dulu gw pernah kebayang,
masa tua gw dihabiskan dengan anak istri gw di sebuah pinggir danau di Swiss
misalnya. Lingkungan yang teduh, nyaman, tinggal di sana. Tapi gimana kalau
ternyata lagu-lagu gw dikenal orang? Tetap dikenal, tetap laku gitu ya? Gw
harus sering muncul jadinya. Ga bisa menghindar kelamaan jadinya kan? Susah
dong. Ya makanya gw pikir-pikir lagi ya bro, ah sudahlah gw tetap di sini saja.
Kan pusat aktifitas gw ya di sini. Tetap deh bro, Jakarta is the best! / *
No comments:
Post a Comment