Saturday, February 6, 2016

DJ Riri Mestika: Keluar Malam Sejak 1992










Nama lengkapnya, Audy Riri Mestika Rachman. Ia baru saja merilis album kompilasi, The Best Of Riri Mestica. Sebuah kumpulan 13 tracks karya lagunya sendiri, yang telah dirilis sejak 2004 hingga 2014 ini. Dengan ada bonus track lagu baru juga. Album ini adalah pioneer dari scene electronic dance music di Indonesia ini. Seperti yang diketahui, debut albumnya, Keluar Malam, yang dirilis 2004 juga bisa dicatat sebagai album pionir musik itu di sini.
DJ Riri, begitu namanya lebih dikenal. Ia adalah putra kedua dari dua anak dari pasangan Ide dan Eileen Rachman. Saat ini ia telah berputri satu, Salma Khaaliqa Rachman. Dan ia saat ini beristrikan, Olaharika Rachman. Dan ia memang telah tumbuh menjadi semacam ikon dari pergerakan dance music di Indonesia, atau apa yang saat ini dikenal luas sebagai electronic dance music.
Ia tetap mengukuhkan diri di aliran progressive-house. Tapi kemasan musiknya memang seperti berevolusi, sesuai perkembangan jaman. Sesuai dengan apa juga yang terjadi di pergerakan music tersebut di dunia internasional. Tak lupa, terkait erat dengan tehnis peralatan juga. Pengalamannya selama ini, memang telah membentuknya menjadi DJ dengan pilihan alirannya tersebut.

Beberapa catatan prestasi telah makin mengukuhkan posisinya sebagai salah satu the Best Indonesian DJ. Antara lain, ia mendapat AMI Awards di tahun 2006 lewat kategori, The Best Dance Track, melalui karyanya, ‘Fadeaway’. Ia terpilih sebagai DJ #1 oleh Paranoia Awards oleh Hardrock FM Jakarta. Kemudian albumnya, Unspoken, yang dirilis tahun 2010 memenangkan penghargaan The Best Dance Track oleh Indonesia Cutting Edge Music Awards (ICEMA).
Ia juga memperoleh gelar The Best Progressive DJ dari REDMA, di tahun 2008. Setahun kemudian, pada 2009 ia mendapat penghargaan dari Ravelexx Dance Music Awards. Kemudian ia juga diundang untuk memeriahkan F1 Fuel Party di Singapura, dalam kaitan acara F1 Championship. Ia adalah satu-satunya DJ Indonesia yang tampil di acara itu. Ia juga menjadi satu-satunya DJ Indonesia yang di-tanggep main oleh Zouk-Out Party. Itu adalah sebuah rave party terbesar di Singapura, yang digelar sejak tahun 2000.
Ia juga pernah sukses mencatatkan diri sebagai DJ yang melakukan spinnin’ terlama. 29 Jam nonstop ia terus bermain dengan menyinggahi beberapa clubs, bar, pindah ke event rave party. Bahkan dalam perpindahan tersebut, di dalam mobil yang mengantarkannya, ia tidak berhenti terus bermain. Rekor dj-ing terlama tersebut, bertahan hingga saat ini. Dan rekor itu dicatat oleh Museum Rekor Indonesia.

Saya, Gideon Momongan dari NewsMusik, telah mengenal DJ Riri ini sejak sebelum era 2000. Kami pernah bekerjasama dalam beberapa acara. Salah satu konsep acara penting yang mempertemukan kami adalah sebuah event Music-Concert dengan bentuk tour, di beberapa kota dan dengan menyertakan beberapa grup band besar. DJ Riri saat itu, berkolaborasi dengan grup musik GIGI dan /rif.
Dan saya akhirnya bisa bertemunya lagi setelah beberapa tahun lamanya tak lagi berkesempatan bertemu. Lalu, Selasa 18 Maret silam, saya akhirnya bisa mengajaknya ngobrol lumayan panjang dalam acara saya di Lite FM 105,8, #KitaBanget. Kami ngobrol banyak hal, dari awal karirnya, female dj, scene dance music di sini saat ini hingga terakhir, Indonesia atau Eropa. Jawabannya, Jakarta is the best!
So people, let’s check it out this…. DJ Riri is da house…..!!!



















NM       :  Dari dulu itu, waktu event dengan GIGI dan /rif, gw juga udah kasih gambaran kan soal scene musik elo di dunia?
DJ Riri  :  Iya bro, gw inget. Makanya, sebelum kolaborasi singkat dengan GIGI itu, juga setelah itu dengan /rif ya, gw sudah sempat menjajaki kerjasama music dengan Thomas Ramdhan. Juga ngobrol dengan Andy dan Magi. Kejadian kolaborasi singkat di acara itu, membuka peluang untuk kita melakukan penjajakan tahap kemudian. Seru hasilnya.
NM   :  Ok, so saat itu sudah mulai terpikir untuk Live PA (Live Performing Act) kan? Inget ga, gw sebut soal Chemical Brothers, Groove Armada and so on. Yaaaa, mereka yang ada di scene itu dan mulai jadi perbincangan kan.
DJR  :   Jangan lupakan juga Prodigy, mereka juga salah satu yang terdepan, pada jaman itu.
NM   :  Crystal Method, The Royskopp. Tapi, elo memang mengikuti mereka, atau elo emang suka dengan mereka?
DJR  :  Iya dong. Gw melihat hal yang mereka lakukan dan memang menginspirasi gw untuk melakukan hal serupa. Apalagi ada Global Underground, Godskitchen, Ministry of Sound dan sejenisnya yang membuka banyak kemungkinan. Tersedia party dimana-mana, rave party di pelosok-pelosok eksotis.
NM   :  Artinya, saat itu, memang perkembangan dance music sedang mulai menanjak ya bro?
DJR  :  Yup betul. Party mulai banyak. Dan DJ mulai dilihat dan dilirik orang. Para clubbers atau partygoers mulai mencari atau mengikuti jadwal DJ favoritnya. Kan orang-orang mulai ke clubs itu sebenarnya mulai sejak 1995an ke atas ya?
NM   :  Oh, itu kan kalau ga salah elo belum lama pulkam dari Eropa?
DJR  :  Waktu itu, gw mulai sering di Indo atau Jakarta. Tapi masih bolak balik sebenarnya. Gw resmi akhirnya emang menetap di Jakarta itu awal 2000.
NM   :  So, elo mulai DJ-ing tahun berapa sebenarnya? Ceritain dikit dong bro.
DJR  :  1992. Itu gw jadi DJ pertama kali, di sebuah party kecil di Lille. Itu kota kecil di Perancis sebelah utara. Nah gw kan awalnya sebenarnya gitaris. Cuma gimana ya, kalau mau bikin band, berarti gw harus bergaul dulu. Gimana mau bergaul, gw kan sendirian lalu masih belajar bahasa Perancis juga. Ya intinya, gimana caranya gw bisa cepat dapat banyak teman deh. Akhirnya, gw terpikir, oh kalau gitu gw harus sendirian aja. DJ kayaknya gw bisa.
NM   :  Jadi akhirnya elo nekad jadi DJ, tanpa ada guru? Maksudnya, ga belajar serius gitu?
DJR  :  Hehehehe, iya modal nekad. Baru setahun berikutnya gw ketemu seorang DJ ya dan gw mulai belajar memperdalam. Gw juga setelah itu pindah ke Swiss. Gw mulai bisa jadi DJ beneran. Tapi masih sampingan ya, belum profesional banget. Gw main di party-party sekolah, komunitas kampus gitulah.
NM   :  Setelah itu, sebenarnya kapan elo memastikan diri elo untuk menjadi seorang professional DJ yang sebenarnya?
DJR  :  Awal 2000-an gitulah, gw lantas baru memastikan okay gw jadi DJ saja. Gw pastikan jalan hidup gw. Walau gw tetap mengerjakan beberapa hal lain ya. Ya memang bersamaan ketika gw juga menetapkan hati untuk tinggal di Indonesia.


DJ Riri, memang lantas sejak 2000-an kian menjulang sebagai seorang DJ dengan banyak fans fanatiknya. Saat itu, sebenarnya hari-harinya juga diisi banyak kegiatan lain. Bisnis banyak hal lain, termasuk salah satunya membuka clubs sendiri.
Tapi ia juga membangun semacam “kerjaan kecil” sendiri. Tetap dalam batas wilayah dance music nya. Ia membuka Spinach Records. Yang lantas berkembang menjadi sekolah DJ juga, sampai pada promotor dan event organizer. Spinach pada awalnya adalah sebuah record store, di kawasan sibuk Kemang.
Namanya memang makin melambung tinggi, ketika debut albumnya, Keluar Malam dirilis. Album itu tercatat mencapai 12.000-an angka penjualan. Ada format kasetnya lho! Setelah itu dirilis ulang, versi repackaged, di tahun 2008 dan mencapai angka penjualan hingga 15.000 copies! Bisa jadi, catatan penjualan tersebut adalah, salah satu angka penjualan terlaris untuk musik dance.



















NM   :  Ketika itu elo memang melihat scene music elo itu, berkembang dengan maju dan prospeknya bagus?
DJR  :   Betul, kelihatan bahwa clubs mulai penuh. Makin banyak orang yang senang ke clubs, liat dan enjoy DJ performance. Belum begitu banyak DJ saat itu. Dan gw pikir, ini peluang makin terbuka menjadi DJ secara beneran. Jadi dimulai dengan clubs-clubs dan audiences-nya yang berkembang dengan pesat.
DJR  :  Tapi ada masa, mungkin sampai sekarang, mengenai House Music yang berkonotasi negatif di sini. Dan house music begitu juga punya pasar kan? Gw sendiri ga jelas, apakah pasarnya berkembang selanjutnya. Karena dekat banget dengan apa yang disebut dangdut remix atau dangdut koplo. Gw juga ga terlalu jelas, ada kaitannya atau tidak.
DJR  :  House music yang begitu memang ga banyak di luar negeri. Memang berkembang juga di sini. Sementara soal negatif atau posItif, bukankah semua hal juga pasti ada sisi positif dan negatifnya? Tapi gw mengamati yang progressive atau yang trance, electro, dub. Bukan yang house seperti itu ya.
NM   :  Iya karena musikmu sebenarnya juga masuk kategori house juga kan? Progressive house, pengembangan kemudian dari house music. Begitu kan?
DJR  :  Memang untuk istilah, house music lebih luas dan lebar pengertiannya. Dan sudah bercabang-cabang, terus berevolusi mengikuti perkembangan jaman.
NM   :  Lalu bagaimana dengan Female DJ? Setau gw, istilah itu rasanya hanya ada di Indonesia aja ya? Di luar ga ada. Browsing aja, ga ada tuh
DJR  :  Hahahaha….iya. Mungkin namanya DJ itu kurang perempuan kali… Iya tapi hanya ada di sini
NM   :  Harusnya ya perempuan juga kan DJ aja? Elo melihat gimana perkembangan DJ cewek di sini?
DJR  :   Wah, berkembang bagus bro. Spinach gw aja kan sejak awal dulu juga punya DJ cewek, DJ Patricia itu. Belakangan banyak juga yang muncul. Ya bikin tambah ramai
NM   :  Membuat kelihatannya DJ itu pekerjaan mudah ya, banyak seleb lantas jadi DJ juga. Sebagian Female DJ itu ternyata malah seleb kan bro?
DJR  :  Gimana ya, menjadi DJ bisa jadi mudah. Tapi gini bro, buat gw jadi DJ juga harus bisa produce lagu. Harus mampu bikin lagu. Itu penting. Selain penguasaan akan tehnis musiknya, beat, tempo, sound. Dan selanjutnya, harus mampu membaca crowd
NM   :  Jadi DJ itu kwalifikasinya gimana sebenarnya? Apa beda DJ 70-an, 80-an, atau yah yang sekarang ini?
DJR  :  Soal kurun waktu, beda di alat. Dulu juga kan pakai piringan hitam, LP. Sekarang CD. Peralatannya beda, mulai dari playernya. Karakter PH dan CD juga kan beda. Sekarang juga memang ada DJ dengan laptop. Iya bisa macam-macam. Iya juga termasuk ada yang bisa jadi DJ hanya muterin lagu orang, misalnya lewat laptop aja. Dia ga nge-mix sama sekali. Atau mungkin hanya menyambung-nyambungkan lagu saja.
NM   :  Btw, DJ favorite lo siapa ya bro?
DJR  :  Dari dulu gw suka Sasha. Juga John Digweed. Underworld. Carl Cox, juga gw suka. Armin Van Buuren juga. Gw sebenarnya dengarkan banyak DJ kok.
NM  :  The hottest party u’ve ever attend or see…? Ok as audience…
DJR  :  Tahun lalu gw ke Ibiza. Masuk clubs di sana, ada beberapa room. Semua enjoy, crowdnya keren. Asyik seru. Semua ada audiencenya. Kemudian liat performance dari Carl Cox. Wah keren banget! Gw juga sempat liat di Korea, wah crowdnya gila banget!

NM   :  Nah kalau yang elo jadi performers nya?
DJR  :  Rave party di Indonesia, seru-seru kok bro. Crowd-nya juga ga kalah. Tapi Zouk Out di Singapura, mungkin salah satu yang the Best. Inget, gw tuh satu-satunya DJ Indonesia yang diundang performance di sana ya. Juga party di F1, gw 2 kali main, dan keren banget crowdnya.
NM   :  Gimana dengan DJ-DJ muda di sini bro?
DJR  :  Angger Dimas, banyak pengikutnya. Talented. Berkembang dengan positif. Gw lewat Spinach juga melihat perkembangan, mengamati gitu. Ada yang bagus dan punya visi, misi dan taste yang bagus, kita coba. Dalam album gw the Best itu, ada nama-nama muda baru yang gw ajak untuk producing. Hasilnya memang bagus. Dalam waktu ga lama lagi, aka nada nama-nama lain bisa seperti Angger Dimas, menembus pasar internasional.
NM   :  Jadi, dunia internasional sudah memandang DJ-DJ Indonesia gitu bro?
DJR  :  Dengan adanya internet, ya kita bisa jualan ke mana-mana, ke seluruh dunia. Sangat terbuka. Tinggal kita explore kemampuan, musik kita.
NM   :  Oh ya, 29 jam non-stop DJ-ing, waduh seru juga ya bro? Persiapannya gimana dan gimana tuh ceritanya?
DJR  :  Persiapan beberapa bulan. Gw kontrol makanan, stamina diperhatikan. Gw belajar meditasi juga. Sehingga saat itu gw bisa tahan untuk tetap fit selama 29 jam. Gw muter lho bro, ke beberapa spot. Bukan main di satu tempat. Semua gw lakukan sambil spinnin’, sambil main. Gw bisa mencuri istirahat, tidur 3-4 atau 5 menit, di mobil. Saat gw pasang lagu yang kira-kira durasinya lebih dari 5 menit. Begitu selesai, gw tepar dah! Tapi gw kaget juga, dan bersyukurlah, bahwa gw bisa melaluinya dengan baik.
NM   :  Kapan lagi yang begituan, ga ada kemauan pecahin rekor sendiri?
DJR  :  Hahahahaha…belum kepikiran. Itu persiapannya berat bro. Gw harus fokus banget dan konsentrasi penuh di situ.
NM   :  NM   :  Bro, liburan favoritmu kemana? Pantai atau gunung?
DJR  :  Pantai!
NM   :  Ok, pilih daerah mana bro?
DJR  :  Nghh, gw pilih Ibiza, Miami dan Sorong, itu lho…Raja Ampat
NM   :  Setiap tahunnya ada jadwal tetap elo plesiran sama keluarga ga?
DJR  :  Ada dong, diusahakan setahun paling ga 2 kali. Bulan puasa, kan biasanya emang gw libur ga ada acara. Lalu akhir tahun, biasanya bareng sama tempat gw perform


Dalam scene musik yang dia mainkan, Riri mengakui bahwa telah terjadi evolusi. Antara lain, percampuran dengan elemen musik lain. Sangat terbuka. Ini terjadi dimana-mana, di seluruh dunia. Dan yang paling menarik, bagaimana electronic dance music bisa menembus industri musik. Contohnya antara lain ada Will.I.Am, Lady Gaga atau ya Black Eyed Peas. Mereka membuka diri lebih lebar untuk kolaborasi.
Dalam hal ini peran DJ adalah mengemas musik para artis penyanyi atau bahkan grup band. “Hal itu jadi template, dan mulai menjamur. Banyak artis kelas dunia melakukannya, artinya kan menghargai dan mengakui eksistensi para DJ. Di sini juga mulai begitu, label besar melirik para DJ untuk memproduce lagu tertentu untuk artis-artisnya.”


NM   :  Kalau melihat Grammy Awards dengan fenomena Daft Punk, gimana menurutmu?
DJR  :  DJ is the new Rockstar! Menunjukkan electronic dance music memang makin dihargai, makin dianggap gitu. Lagu-lagu internasional yang menjadi hits, makin banyak menggunakan pattern dance music. Daft Punk memang berhasil mengangkat lebih tinggi lagi, electronic dance music. Bayangin aja music mereka, bagaimana mereka kalau live nya. Mereka kan ga pernah live, mereka sibuk di studio dan keluar dengan image robotnya itu.
NM   :  Oh ya, lalu RRT gimana bro?
DJR  :  RRT tetap jalan terus. Berkembang. Basicnya memang dari gw dan Thomas Ramdhan. Awalnya dulu, Thomas seperti mendikte gw apa yang harus gw lakukan di studio ya. Gw harus menyiapkan perabotan yang banyak outboard, groovebox, termasuk synthesizers, pre-amps dan macam-macam lagi. Sekarang ini kan, semua sound yang dihasilkan peralatan itu, bisa sebanding dengan kerja sebuah laptop dengan pelbagai plug-ins canggih. Nah gw memang terus memperluas wawasan, pengetahuan akan sound producing itu, antara lain dengan producer-producer muda ya.
NM   :  Kapan album RRT keluar?
DJR  :  RRT sekarang kan gw, Thomas dan Rama Moektio (drummer – red) Formasi ini terus berkembang, kita pernah dengan berbagai musisi lain, termasuk ada Rama Satrya segala. Ya kesuksesan Daft Punk memang memberi inspirasi buat gw dan Thomas, dalam mengembangkan RRT. Juga inspirasi untuk Live PA. Rencana sih, Mei nanti mudah-mudahan sudah bisa dirilis dua single baru RRT. Sekarang ini sudah mulai tracking di studio. Rama sudah mengisi drums. Oh ya RRT itu lebih Live ya tampilannya, jadi beneran memakai drums dan bass. Atau kalau RRT memakai kibordis, kayak kemarin kita ajak kibordis, Estu. Nanti ya target album juga.
NM   :  Artinya, elo serius juga dengan RRT ya bro?
DJR  :  Iya dong, ini sudah jalan dari awal 2000 lho. Sayang kalau ditinggalin.
NM   :  NM   :  By the way, ada ga lagumu yang disukai anakmu?
DJR  :  Ada bro. Itu,  ‘Last Call’
NM   :  Nah, kalau istrimu?
DJR  :  Lagu yang dia sukai? ‘Magic Tonight’ nya RRT bro
NM   :  Eh ada film favorit ga? Dan sekalian, bintang favoritmu…
DJR  :  Gw suka Alexander Mc Queen. Film nya, Taken 1 & 2
NM   :  Sempat olahraga ga? Kapan aja, ada jadwal tetap?
DJR  :  Basket. Gw biasa main setiap Senin dan gw usahain sepeda tiap pagi
NM   :  Fans terunik yang pernah elo temui langsung?
DJR  :  Wah ada nih. Anak umur 9 tahun gitu dan dia sudah hafal semua album gw bro.


Riri Mestika memilih memakai RMX 1000 Pioneer Effector sebagai gear andalannya saat ini. Dia memakainya setiap performance-nya dimanapun. Dan oh ya, saat ini dia juga membuat playlist mingguan untuk sekitar 8 jam gitu, yang musiknya di luar dance musik. Ia mengaku memang tetap menyediakan waktu, mendengarkan musik lain. Lewat radio atau televise paling ga, di setiap harinya.


NM   :  Ok then bro. Mc Laren Mercedes or Ferrari?
DJR  :  Mercedes ah
NM   :  Humvee Military atau Lamborghini?
DJR  :  Lamborghini
NM   :  Ducati atau Yamaha?
DJR :   Yamaha SR 400
NM   :  Jazz Rock atau Rockabilly?
DJR  :  Rockabilly
NM   :  Kalau tidak menjadi DJ bro, pilih mana ya, own a hypermarket di Bekasi atau own a resort villa di kota Salatiga?
DJR  :  Hahahaha….aneh nih. Apa ya… Ok, Hypermarket di Bekasi boleh juga. Tapi sekaligus punya few resort hotel di beberapa titik, boleh dong? Hehehe
NM   :  Private Party di pulau terpencil atau rave party di kaki gunung di Sulawesi?
DJR  :  Wah, rave party ah di kaki gunung….!
NM   :  Kalau tidak jadi DJ, pilih jadi percussionist atau trumpetist?
DJR  :  Percussionis bro!
NM   :  Punya gitaris favorit all the time?
DJR  :  Joe Satriani
NM   :  Bro, sebenarnya sekarang ini ya gimana  situasi dan kondisi scene musikmu ini di seluruh Nusantara?
DJR  :  Bagus, selalu ada crowd. Dimana-mana. Gw sudah main di seluruh Indonesia, sampai Jayapura. Yang wah crowdnya gokil bro. Gw Cuma belum pernah main di Aceh aja, pernah ada rencana tapi batal. Samarinda bagus, Sulawesi juga. Gw juga sering main di Solo, dan crowd di Solo itu gile bro, mereka itu setia. Selalu saja penuh setiap gw main di sana. Gw sering juga main di Solo. Tapi secara keseluruhan, pencinta musik ini terus bertambah, tak hanya di kota-kota besar di Jawa atau Bali saja.

NM   :  Elo lebih suka main di clubs atau Rave Party bro?
DJR  :  Tantangannya beda. Keduanya gw suka. Clubs itu sifatnya pasti lebih intimate. Kalau rave party wah, pecah deh ramai, ribuan orang. Tetap saja intinya, gimana kita menaklukkan crowd itu, memimpin mereka. DJ harus bisa nge-lead suasana, dan crowd mengikuti kita dengan senang. Paling ga asyik, sementara kita main, ada orang-orang yang kita lihat pulang, apalagi kalau lantas kok jadi lebih kosong dari awal waktu kita main. Gw kalau gitu pasti introspeksi deh, gw tadi emangnya dimananya yang ga asyik, sampai orang pulang di tengah-tengah performance gw. Nah kalau crowd udah menyatu dengan musik kita dan artinya kita memang sudah mengendalikan suasana, wah gw tuh suka lupa diri kalau begitu. Bisa aja, dari harusnya hanya 2 atau 3 jam set, eh gw keterusan! Suka terjadi begitu.
NM   :  Lalu, lagu-lagumu itu, dapat inspirasi dari mana bro? ‘Rusty Guitar’ misalnya? Apa karena elo dulu gitaris gitu?
DJR  :  Hahaha, bisa darimanapun. Dari lingkungan clubs juga banyak kok, tentang tingkah temen-temen gw, audience. Suasananya. Partynya. Luas kok bro. Rusty Guitar, oho bukan tentang gitaris bro. Ada deh, tapi bukan tentang gitar atau gitaris bro.
NM   :  Bro, syarat menjadi DJ yang baik dan benar?
DJR  :  Kalau elo mau menjadi DJ, ya sekolah DJ yang bener. Tapi setelah bisa lulus, itu baru langkah pertama. Selanjutnya, elo harus bisa ngembangin diri elo sendiri. Harus mampu membuat lagu. Elo harus pelajari betul, gimana menjual lagu elo, performance elo. Supaya elo tetap dilihat orang, publik jadi suka elo. Publik juga bisa ngikutin kemanapun elo akan main. Kemampuan mengenal peralatan itu penting, sound producing, mixing. Tapi juga harus bisa memenej diri elo dengan sebaik-baiknya. Makin banyak DJ, kan banyak saingan. Gimana elo bisa tetap eksis? Yaaa, harus elo sendiri yang mengarahkan diri dengan baik. Mengenali lebih baik lagi, berhubungan dengan agency, dengan management. Elo butuh manager misalnya. Tapi juga menjalin hubungan dengan clubs, event organizer, promotor.
NM   :  Adakah vokalis atau penyanyi yang pengen banget elo ajak nyanyi di lagumu?
DJR  :  Chris Martin, Pharrel Williams. Kalau aja masih ada John Lennon bro… Kalau penyanyi buat featuring di album, gw suka Andain (inget, ‘Beautiful Things’…?)
NM   :  Bro, masa tua elo, tinggal dimana bayangan elo? Eropa, Amerika, Jawa?
DJR  :  Hahahaha…. Well, dulu gw pernah kebayang, masa tua gw dihabiskan dengan anak istri gw di sebuah pinggir danau di Swiss misalnya. Lingkungan yang teduh, nyaman, tinggal di sana. Tapi gimana kalau ternyata lagu-lagu gw dikenal orang? Tetap dikenal, tetap laku gitu ya? Gw harus sering muncul jadinya. Ga bisa menghindar kelamaan jadinya kan? Susah dong. Ya makanya gw pikir-pikir lagi ya bro, ah sudahlah gw tetap di sini saja. Kan pusat aktifitas gw ya di sini. Tetap deh bro, Jakarta is the best! / *









No comments: