Monday, February 8, 2016

R U S H.... A Modern Day Warrior....

 Mean, mean stride... Today’s Tom Sawyer’s... Mean, mean pride
Though his mind is not for rent, Don’t put him down as arrogant, He reserves the quiet defense, Riding out the day’s event, the River....
What you say about his company, is what you say about society, Catch the mist catch the myth, Catch the mysteri catch the drift....

Dan, silahkan lanjutkan saja. Bagi generasi yang pada saat mungkin masih “ber-putih abu-abu” atau mulai kuliah, misalnya. Yang waktu itu doyannya mungkin killing time, abis sekolahan dan kuliah di New Garden Hall. Buat kawula muda di Jakarta ya. Atau pulang sekolah dan kuliah, pilih ngabisin waktu belanja kaset di Aquarius Aldiron Plaza, di kawasan Blok M. Bisa juga di Wimar Audio. Lalu sore-sore ngeceng di...Lintas Melawai...
Pasti paham betul lirik lagu di atas. Yup itu memang masterpiece dari trio dahsyat dari Kanada, Rush. Cuma bertiga, tapi memang menggedor-gedor musiknya, panas membara, menggebu-gebu. Seolah-olah, tak membiarkan penonton atau pendengar musik mereka untuk, sekedar “menarik nafas” sesaat.
Gary Lee Weinrib a.k.a Geddy Lee, kelahiran 29 Juli 1953, bassis dan lead vocal belakangan juga kibordis. Neil Peart, kelahiran 12 Desember 1952, drummer. Alex Zivojinovich a.k.a Alex Lifeson, kelahiran 27 Agustus 1953, gitaris. Sebelumnya, saat dibentuk di 1968 di Willowdale, dekat kota besar Toronto, Alex Lifeson bermain dengan John Rutsey (drums) dan Jeff Jones (bass).
Nah formasi trio solid, Lifeson, Lee dan Peart telah bermain bersama sejak 1974. Yang artinya sudah 40 tahun lamanya! Oho, awet neberrrr! Album pertama mereka memang dirilis 1974, sebuah selftitled album. Dan musiknya langsung terkesan padat, kompleks pada komposisinya. Diwarnai lirik yang bernuansa sci-fi, fantasy dan filosofis.
Musik dasarnya sendiri mengalami pergeseran dari awalnya mengandung elemen blues dan heavy metal bertenaga dan galak, lalu ke bentuk lebih terkesan solid pada progressive rock. Belakangan mereka mulai menonjolkan pula sound keyboard dan synthesizer yang lebih tegas menghiasi musik mereka.
Nah didapat kabar terbaru, nama Alex Lifeson dan Geddy Lee, telah diajukan untuk menjadi nama sebuah taman di kota Toronto. Atas pertimbangan bahwa keduanya berprestasi tingkat dunia, tentu saja lewat musik, yang mana ikut mengharumkan nama Kanada di dunia internasional.
Konsep dari taman itu memang adalah arts-theme park. Sehingga kalau memakai nama pelaku seni, klopsudah. Secara prinsip, baik Lifeson dan Lee sudah menyetujui untuk memakai nama mereka sebagai nama taman tersebut.
Rush memang tetap ada dan tak pernah hilang dari dunia musik internasional, walau mereka sempat menghilang dan dikabarkan ketiganya berniat pensiun. Mereka memang ciamik di album maupun panggung. Dan konser-konser mereka juga tematik dan menggunakan konsep “menakjubkan”.
Itu diakui oleh PLSN (Projection, Lights, Staging News) yang lantas akan memberikan Parnelli Visionary Awards di tahun ini kepada, Howard Ungerleider. Orang ini memang menjadi lighting director semua konser Rush selama puluhan tahun. Ia mempunyai banyak ide-ide baru dan inovatif, dan membuatnya dianggap sebagai salah satu pionir konsep panggung, dalam dunia bisnis hiburan.
Award akan diberikan pada November mendatang di MGM Grand, Las Vegas. Sementara itu, sebelumnya ketiga Rush juga mendapatkan gelar honoris causa, Doctor of Music dari Nipsing University, di Ontario, Kanada. Berkenan dengan sepak terjang ketiganya dalam dunia musik, dengan masa karir yang begitu panjang.
Sepanjang perjalanan karir mereka, sejak debut album di tahun 1974 itu, mereka telah mengumpulkan sebanyak 24 piringan emas, 14 platinum dan 3 multi-platinum. Mereka sempat menjadi nominasi pada 7 kesempatan Grammy Awards, walau sejauh ini belum pernah memenangkannya. Tapi mereka mendapat Juno Awards, masuk di Canadian Music Hall of Fame, pada 1994. Dan 9 tahun kemudian, masuk di Rock n Roll Hall of Fame.


Sejauh ini, mereka dikabarkan telah menjual 25 juta copies di Amerika saja, dan 40-an juta untuk seluruh dunia, dari keseluruhan album mereka. Baik album studio maupun live. Album tersukses mereka adalah Moving Pictures, yang dirilis tahun 1981, dan telah terjual di atas 4,4 juta copies.
Album tersebut juga, yang sangat populer di Indonesia. Dengan album itu, Rush lantas merampas perhatian anak-anak muda era 80-an, bersaing keras dengan Genesis dan Yes, 2 nama populer lain digenre progressive rock (art rock). Dari album tersebutlah, keluar hits mereka, ‘Tom Sawyer’, ‘YYZ’ dan ‘Red Barchetta’, ketiga lagu yang tetap akrab hingga hari ini. Bahkan kerapkali, masih diputar oleh radio-radio.
Album mereka yang terakhir, Clockwork Angels, diberi anugerah Album of the Year pada Progressive Rock Awards di tahun sama. Selepas merilis studio album ke 20 tersebut, merekapun melakukan tur lumayan panjang, dari September 2012 hingga Agustus 2013.
Yang menarik, trio ini mempunyai reputasi sangat baik di khasanah musik rock dunia. Banyak grup rock, bahkan yang bukan progressive rock, menjadikan musik mereka sebagai salah satu inspirasi penting musik mereka. Salah satunya misalnya, Trent Reznor. Reznor mengakui, album Signals, album ke 9 dari Rush yang dirilis 1982 adalah album yang dijadikan inspirasi utamanya. Dalam hal, bagaimana memasukkan keyboard dan synthesizer ke dalam musik hard rock.
Reznor juga menjadi salah satu narasumber, yang ikut diinterview dan masuk dalam film Rush : Beyond The Lighted Stage. Sebuah film dokumenter, yang disutradarai oleh Scott Mc Fadyen dan Sam Dunn. Menggambarkan perjalanan panjang grup ini, dan betapa Rush dengan musiknya, ikut mempengaruhi dan mewarnai dunia musik rock.
Selain Reznor, banyak nama-nama tenar menjadi narasumber dalam film yang dirilis tahun 2010 dan berdurasi 107 menit ini, antara lain seperti Sebastian Bach (Skid Row), Jack Black (Tenacious D), Mick Box (Uriah Heep), Jimmy Chamberlain (The Smashing Pumpkins), Kirk Hammet (Metallica), Les Claypool (Primus), Gene Simmons (Kiss) sampai Mike Portnoy dan lainnya.
Kedahsyatan mereka juga tergambar pada aksi ketiga musisinya. Terutama sekali pada 2 pentolan utama grup ini. Neil Peart misalnya, yang disebut-sebut sebagaisalah satu drummer rock terbaikdunia sepanjang masa. Permainannya menginspirasi begitu banyak drummer, tak hanya rock, bahkan jazz dan blues. Ia juga menginspirasi para drummer dengan setting drumsnya yang dilengkapi glockenspiel, turbular bells, dan beberapa percussion toy lain. Membuatnya sebagai drummer cum percussionist lengkap.
Peart dianggap sebagai salah satu drummer, dari sedikit drummer, yang paling menonjol dari sebuah grup. Dan ia juga adalah penulis lirik, pada hampir seluruh lagu Rush selama ini. Lirik lagunya awalnya berkisah seputar sci-fi, fantasy, lalu belakangan menjadi lebar. Ia juga menyentuh soal masalah sosial, emotional dan humanitarian.
Geddy Lee juga adanya. Bayangkan seorang bassis lengkap, dengan segala assesorisnya. Tapi juga bermain keyboard dan synthesizer. Masih ditambah menyanyi! Ia membutuhkan space khusus tersendiri yang harus lumayan lapang, saat di atas panggung. Memudahkannya meng-operate semua peralatannya tersebut, secara live! So, kompleksitas mereka bukan hanya pada musik kan, bahkan juga perabotannya!
Begitupun halnya dengan seorang yang terkesan, paling kalem, Alex Lifeson. Ia juga telah menjadi inspirasi banyak gitaris, dari pelbagai macam genre musik. Porsinya, terutama di panggung adalah, selain memainkan gitar dengan berbagai assesoris soundnya, ia juga harus menghandle bass-pedal untuk synthesizer, selain menjadi backing vocal!
Well, dengan segenap cerita-cerita di atas, yang menggambarkan bagaimana kebesaran nama mereka sepanjang 40-an tahun lebih mereka bersama, Rush memang menjadi salah satu grup rock yang senantiasa ditunggu performance-nya. Oleh para rock fans, di seluruh dunia. Pertanyaan paling sederhana, tentu saja, adakah promotor yang dapat menggiring trio dahsyat ini untuk menggelar konsernya di Indonesia?

The world is, the world is... Love and life are deep, Maybe as his eyes are wide....
*/





No comments: