Press
- Release
The
KadriJimmo
Tanah
Sang Pemberani
Musik
pop, sebut saja menjadi satu tujuan tertentu. Dan, untuk mencapainya, bisa
lewat berbagai arah. Dan juga, jangan lupa, bisa menggunakan apapun sebagai
kendaraannya. Ini sebuah perjalanan panjang sejatinya. Mau ambil yang terhitung
shot-cut, jalur potong agar lekas
tiba? Atau sedikit berputar dengan dapat menikmati pemandangan di kiri-kanan
jalan?
Analogi
bahwa pop adalah tujuan. Tapi pop yang bagaimana sebenarnya? Pop yang, seperti
dikemukakan di atas, tergantung dari jalurnya, kendaraannya. Bagaimana soal
selera, soal keinginan? Masuk juga ga,
soal jam terbang misalnya? Emang
boleh pakai pesawat terbang segala?
The KadriJimmo,
sesungguhnya adalah sebuah perjalanan yang berbeda. Maksudnya, telah melalui
proses. Kesana-kemari juga. Tapi ditegaskan oleh duo yang menjadi garda depan
grup ini, Kadri dan Jimmo, kesepakatan grup adalah menuju pada musik pop. Powerpop, begitu mereka menyebut jenis
musiknya. Mulai dari 2008 dengan KadriJimmo
– The Prinzes of Rhythm (KJP), Melepas album Indonesia Hebat.
Kemasan
mereka adalah album pop bernuansa kental progressive
rock. Sebuah bentuk sajian rock yang berbeda, tentu saja. Rock tapi tebal
kok unsur melodicnya. Dan dengan
mengandalkan pula, pilihan tema lagu bernuansa kebangsaan dan cinta tanah air.
Boleh dong disebut sebagai, sebuah tawaran alternatif musik yang suasananya
beda. Mungkin lebih menyehatkan dan menyegarkan.
Tema
dasar musik pop yang powerful,
maksudnya tuh penuh semangat, dan seolah kencang bertenaga, lantas diteruskan
menjadi pijakan dasar mereka. Dan di 2012, Kadri dan Jimmo telah bersepakat
untuk, meneruskan perjalanan bermusik bareng mereka. Dengan melakukan semacam
revitalisasi anggota pada kelompok musiknya. Jadinya, The KadriJimmo.
The
KadriJimmo pun lantas merilis “pre-album”,
Tanah Sang Pemberani, di Oktober
2015 ini. Dengan formasi selengkapnya saat ini. Noldy Benyamin (gitar), Soebroto
Harry (drums), Popo Fauza (kibor dan music producer) dan dengan Iyoen
Hayunaji, drummer.
Waktunya
lumayan panjang juga, untuk bisa menerbitkan album rekaman baru lagi ya? Lalu,
ada yang berbedakah, dari sajian Indonesia Hebat di 2008 lalu?
Karena
kesibukan mereka saja tentunya, itu alasan kenapa setelah 7 tahun, baru bisa
merilis album. Maklumlah, Jimmo sibuk dengan setumpuk proyek musik lainnya,
dalam berbagai warna. Sementara Kadri, dikenal lumayan luas sebagai singing-lawyer selain aktivis dalam
berbagai pergerakan politik, sosial dan kemanusiaan. Tetap bermusik juga kok.
Ada
perbedaan memang. Kali ini, mereka mengedepankan tema cinta. Tapi lihat ya, ini
tema yang rada jarang disentuh musik pop Indonesia. Jarang rasanya deh, tema
lagu tentang istri, dijadikan langsung sebagai judul lagu. Lantas coba lihat
sebersit lirik lagu andalan mereka, ‘Istriku’, “jika kau menjadi istriku, aku kan jadi imammu, tak terbatas dalam ruang
waktu, sampai nanti akhir hayatku. Kini kau telah menjadi istriku, aku terus
membimbing kamu. Terima kasih untuk cinta kita, sampai nanti akhir hayatnya....
Apa
ada yang lebih indah dari perhatian suami terhadap istrinya? Lebih dari
“sekedar”, aku panggil kamu kasih, kamu
panggil aku cinta, kasih dan cinta selalu bersama, membuat orang lain iri...
Nikmatilah “sengatan” musiknya yang lebar, anthemic,
megah. Agak symphonic.
Tema
sederhana yang bernas. Pilihan kata, sangat cair, mudah dicerna kok. Jadinya, lagu
dengan tema yang merakyat, tapi dengan diberi bungkusan “kostum khusus”. Khusus
gimana sih? Kayak orang mau ke kondangan,
tapi kondangannya di ballroom hotel.
Walau, cukup hotel bintang tiga. Kira-kira begitulah....
Jadi,
sekarang temanya cinta kasih sepasang manusia. Berubah dari pilihan tema cinta
tanah air dan kebangsaan, seperti album di 2008 lalu?
Kalau
menilik dari lirik begini, kamu teramat
bersinar, tanahmu diambil dari mana... aku
jatuh hati tak bisa kupungkiri, rasanya manis sekali, seperti hidupmu. Maka
sah dong, cinta kasih antar pria-wanita, jadi tema sentral di album ini? Ya dan
tidak, begitu jawabannya. Karena tema lirik sepasang kekasih yang saling
tertarik satu sama lain itu, memang mereka juga pilih menjadi tema. Gombal juga
ya, isi ‘Manies’ ini? Sekali lagi, simak baik-baik pada penataan musiknya. Contoh
konkrit apa yang mereka sebut sebagai powerpop itu. Melodiusnya dapat, tapi tak
lantas merintih. Atau tidak mendukung nuansa mendayu-dayu. Karena melodic yang
anthemic, tetap jadi pijakan dasar.
Nikmati
saja suasana lebar dan megah dari bunyian electric
piano dan synthesizernya,
demikian pula isian melody-guitar
nya. Syair memang ringan, terasa mudah dicernalah. Sebuah upaya memperlebar
cakupan pendengar, atau penikmatnya. Sah-sah saja rasanya. Karena di sisi lain,
tema lagu dan musik yang disodorkan berpotensi memberi nuansa pilihan
alternatif berbeda, bagi penikmat musik. Syair nan sederhana, ga harus pula ditemani musik yang juga sederhana dan
“secukupnya” saja kan? Kalau dibilang, terasa porsinya berimbang, syair yang
cair dan gampang masuk kuping publik dengan musik yang “lumayan kaya”. Ya,
tidaklah terlalu meleset sih...
Belum
lagi ya, mereka juga banyak mengedepankan unsur choir, yang mempertegas suasana
enerjik pada lagu mereka. Menebalkan suasana megah, pada musiknya, so pasti!
Sejatinya,
mereka tetap memberikan tema kebangsaan dan kebanggaan atas tanah air, sebagai
model tema musik dan lagu mereka. Pada lagu, ‘Tanah Sang Pemberani’, yang jadi
judul album ini, misalnya. Selain tema cinta, dengan lirik melodius juga, tapi
tak terlalu sederhana, misal pada, ‘ Energi Cinta’ yang karya bersama Adi “KLa” Adrian dan Bembi Noor. Atau simak juga suasana
Paris, dengan pilihan bunyian akordeon dan voice
berbahasa Perancis, ‘Bertiga’. Dimana melibatkan Windy Setiadi, Chicko, dengan
instrumentasi akustik.
Menurut
Kadri dan Jimmo, pre-album atau mini album ini kelak akan disusul segera dengan
full album mereka. Di awal 2016 mendatang, album penuh akan diedarkan.
Sementara mini album, yang diproduksi sangat terbatas, hanya 2000 CD, ternyata
sudah terjual lebih dari 90% dalam waktu hanya seminggu-an saja! Dengan pola
pemasaran jual langsung serta “mengharuskan” pembeli membeli sekaligus 2 cd!
Eits, bukan beli 1 dapat 2! Oho, ini lain lagi. Memang harus beli 2! Dan eh
efektif lho!
Musik
Indonesia kita memang kian kaya, dengan kreatifitas para pelakunya. Dalam olahan
musik, menulis lagu sampai pada strategi menjualnya. Kalau dipikir-pikir sih,
tidak bisa disebut industrinya lagi “lesu darah”. Industri berkapital besar,
boleh jadi begitu. Tapi dari sisi “industri kreatif”nya, suasananya kayaknya
malah justru menjadi tantangan mengasyikkan. Setuju kan?
Semoga
album ini memang akan mendapat atensi positif publik penikmat musik. Ini memang
karya musik yang lumayan bergizi, penuh vitamin penambah darah dan tenaga.
Sekaligus...obat stres! Maklumlah, para musisi yang terlibat, adalah deretan
musisi yang telah mempunyai jam terbang lumayan tinggi lho!
Tampilan
sampul muka, dan juga dalam, dengan fotografi oleh Hardibudi dan dengan desain
digarap Ipey Amir, sudah langsung memperlihatkan gelagat, ini bukan
album...”seadanya”. Sementara pada hasil akhir olahan musik dibungkus oleh Kelana Proehoeman di sisi tracking,loading sampai mixing. Kemudian dituntaskan lewat mastering
oleh Stephan Santoso.
Sebuah
karya album dari The KadriJimmo, yang meneruskan produktifitas mereka, selepas
single powerpop mereka, ‘Srikandi’. Yang menjadi salah satu lagu andalan dalam
album kompilasi kebangsaan, Indonesia
Maharddhika, yang dirilis di tahun 2014 silam. Dimana lagu tersebut, syair
ditulis oleh Sri Mulyani Indrawati, mantan menteri keuangan itu.
Terima
kasih atas atensi dan kerjasama teman-teman Music Director dari
stasiun radio, yang memberi tempat pada karya lagu TKJ untuk dapat menjadi
bagian playlist harian pada stasiun
radio masing-masing. *
/dM
The KadriJimmo
0811975306
twitter : @kadrijimmo
facebook : the KadriJimmo (fanpage)
No comments:
Post a Comment