Wednesday, February 10, 2016

Here they are... The KadriJimmo



Press - Release
The KadriJimmo
Tanah Sang Pemberani

Musik pop, sebut saja menjadi satu tujuan tertentu. Dan, untuk mencapainya, bisa lewat berbagai arah. Dan juga, jangan lupa, bisa menggunakan apapun sebagai kendaraannya. Ini sebuah perjalanan panjang sejatinya. Mau ambil yang terhitung shot-cut, jalur potong agar lekas tiba? Atau sedikit berputar dengan dapat menikmati pemandangan di kiri-kanan jalan?

Analogi bahwa pop adalah tujuan. Tapi pop yang bagaimana sebenarnya? Pop yang, seperti dikemukakan di atas, tergantung dari jalurnya, kendaraannya. Bagaimana soal selera, soal keinginan? Masuk juga ga, soal jam terbang misalnya? Emang boleh pakai pesawat terbang segala?
The KadriJimmo, sesungguhnya adalah sebuah perjalanan yang berbeda. Maksudnya, telah melalui proses. Kesana-kemari juga. Tapi ditegaskan oleh duo yang menjadi garda depan grup ini, Kadri dan Jimmo, kesepakatan grup adalah menuju pada musik pop. Powerpop, begitu mereka menyebut jenis musiknya. Mulai dari 2008 dengan KadriJimmo – The Prinzes of Rhythm (KJP), Melepas album Indonesia Hebat.
Kemasan mereka adalah album pop bernuansa kental progressive rock. Sebuah bentuk sajian rock yang berbeda, tentu saja. Rock tapi tebal kok unsur melodicnya. Dan dengan mengandalkan pula, pilihan tema lagu bernuansa kebangsaan dan cinta tanah air. Boleh dong disebut sebagai, sebuah tawaran alternatif musik yang suasananya beda. Mungkin lebih menyehatkan dan menyegarkan.
Tema dasar musik pop yang powerful, maksudnya tuh penuh semangat, dan seolah kencang bertenaga, lantas diteruskan menjadi pijakan dasar mereka. Dan di 2012, Kadri dan Jimmo telah bersepakat untuk, meneruskan perjalanan bermusik bareng mereka. Dengan melakukan semacam revitalisasi anggota pada kelompok musiknya. Jadinya, The KadriJimmo.
The KadriJimmo pun lantas merilis “pre-album”, Tanah Sang Pemberani, di Oktober 2015 ini. Dengan formasi selengkapnya saat ini. Noldy Benyamin (gitar), Soebroto Harry (drums), Popo Fauza (kibor dan music producer) dan dengan Iyoen Hayunaji, drummer.

Waktunya lumayan panjang juga, untuk bisa menerbitkan album rekaman baru lagi ya? Lalu, ada yang berbedakah, dari sajian Indonesia Hebat di 2008 lalu?
Karena kesibukan mereka saja tentunya, itu alasan kenapa setelah 7 tahun, baru bisa merilis album. Maklumlah, Jimmo sibuk dengan setumpuk proyek musik lainnya, dalam berbagai warna. Sementara Kadri, dikenal lumayan luas sebagai singing-lawyer selain aktivis dalam berbagai pergerakan politik, sosial dan kemanusiaan. Tetap bermusik juga kok.


Ada perbedaan memang. Kali ini, mereka mengedepankan tema cinta. Tapi lihat ya, ini tema yang rada jarang disentuh musik pop Indonesia. Jarang rasanya deh, tema lagu tentang istri, dijadikan langsung sebagai judul lagu. Lantas coba lihat sebersit lirik lagu andalan mereka, ‘Istriku’, “jika kau menjadi istriku, aku kan jadi imammu, tak terbatas dalam ruang waktu, sampai nanti akhir hayatku. Kini kau telah menjadi istriku, aku terus membimbing kamu. Terima kasih untuk cinta kita, sampai nanti akhir hayatnya....
Apa ada yang lebih indah dari perhatian suami terhadap istrinya? Lebih dari “sekedar”, aku panggil kamu kasih, kamu panggil aku cinta, kasih dan cinta selalu bersama, membuat orang lain iri... Nikmatilah “sengatan” musiknya yang lebar, anthemic, megah. Agak symphonic.
Tema sederhana yang bernas. Pilihan kata, sangat cair, mudah dicerna kok. Jadinya, lagu dengan tema yang merakyat, tapi dengan diberi bungkusan “kostum khusus”. Khusus gimana sih? Kayak orang mau ke kondangan, tapi kondangannya di ballroom hotel. Walau, cukup hotel bintang tiga. Kira-kira begitulah....

Jadi, sekarang temanya cinta kasih sepasang manusia. Berubah dari pilihan tema cinta tanah air dan kebangsaan, seperti album di 2008 lalu?
Kalau menilik dari lirik begini, kamu teramat bersinar, tanahmu diambil dari mana... aku jatuh hati tak bisa kupungkiri, rasanya manis sekali, seperti hidupmu. Maka sah dong, cinta kasih antar pria-wanita, jadi tema sentral di album ini? Ya dan tidak, begitu jawabannya. Karena tema lirik sepasang kekasih yang saling tertarik satu sama lain itu, memang mereka juga pilih menjadi tema. Gombal juga ya, isi ‘Manies’ ini? Sekali lagi, simak baik-baik pada penataan musiknya. Contoh konkrit apa yang mereka sebut sebagai powerpop itu. Melodiusnya dapat, tapi tak lantas merintih. Atau tidak mendukung nuansa mendayu-dayu. Karena melodic yang anthemic, tetap jadi pijakan dasar.
Nikmati saja suasana lebar dan megah dari bunyian electric piano dan synthesizernya, demikian pula isian melody-guitar nya. Syair memang ringan, terasa mudah dicernalah. Sebuah upaya memperlebar cakupan pendengar, atau penikmatnya. Sah-sah saja rasanya. Karena di sisi lain, tema lagu dan musik yang disodorkan berpotensi memberi nuansa pilihan alternatif berbeda, bagi penikmat musik. Syair nan sederhana, ga harus pula ditemani musik yang juga sederhana dan “secukupnya” saja kan? Kalau dibilang, terasa porsinya berimbang, syair yang cair dan gampang masuk kuping publik dengan musik yang “lumayan kaya”. Ya, tidaklah terlalu meleset sih...
Belum lagi ya, mereka juga banyak mengedepankan unsur choir, yang mempertegas suasana enerjik pada lagu mereka. Menebalkan suasana megah, pada musiknya, so pasti!

Sejatinya, mereka tetap memberikan tema kebangsaan dan kebanggaan atas tanah air, sebagai model tema musik dan lagu mereka. Pada lagu, ‘Tanah Sang Pemberani’, yang jadi judul album ini, misalnya. Selain tema cinta, dengan lirik melodius juga, tapi tak terlalu sederhana, misal pada, ‘ Energi Cinta’ yang karya bersama Adi “KLa” Adrian dan Bembi Noor. Atau simak juga suasana Paris, dengan pilihan bunyian akordeon dan voice berbahasa Perancis, ‘Bertiga’. Dimana melibatkan Windy Setiadi, Chicko, dengan instrumentasi akustik.



 Menurut Kadri dan Jimmo, pre-album atau mini album ini kelak akan disusul segera dengan full album mereka. Di awal 2016 mendatang, album penuh akan diedarkan. Sementara mini album, yang diproduksi sangat terbatas, hanya 2000 CD, ternyata sudah terjual lebih dari 90% dalam waktu hanya seminggu-an saja! Dengan pola pemasaran jual langsung serta “mengharuskan” pembeli membeli sekaligus 2 cd! Eits, bukan beli 1 dapat 2! Oho, ini lain lagi. Memang harus beli 2! Dan eh efektif lho!
Musik Indonesia kita memang kian kaya, dengan kreatifitas para pelakunya. Dalam olahan musik, menulis lagu sampai pada strategi menjualnya. Kalau dipikir-pikir sih, tidak bisa disebut industrinya lagi “lesu darah”. Industri berkapital besar, boleh jadi begitu. Tapi dari sisi “industri kreatif”nya, suasananya kayaknya malah justru menjadi tantangan mengasyikkan. Setuju kan?

Semoga album ini memang akan mendapat atensi positif publik penikmat musik. Ini memang karya musik yang lumayan bergizi, penuh vitamin penambah darah dan tenaga. Sekaligus...obat stres! Maklumlah, para musisi yang terlibat, adalah deretan musisi yang telah mempunyai jam terbang lumayan tinggi lho!
Tampilan sampul muka, dan juga dalam, dengan fotografi oleh Hardibudi dan dengan desain digarap Ipey Amir, sudah langsung memperlihatkan gelagat, ini bukan album...”seadanya”. Sementara pada hasil akhir olahan musik dibungkus oleh Kelana Proehoeman di sisi tracking,loading sampai mixing. Kemudian dituntaskan lewat  mastering oleh Stephan Santoso.
Sebuah karya album dari The KadriJimmo, yang meneruskan produktifitas mereka, selepas single powerpop mereka, ‘Srikandi’. Yang menjadi salah satu lagu andalan dalam album kompilasi kebangsaan, Indonesia Maharddhika, yang dirilis di tahun 2014 silam. Dimana lagu tersebut, syair ditulis oleh Sri Mulyani Indrawati, mantan menteri keuangan itu.

Terima kasih atas atensi dan kerjasama teman-teman Music Director dari stasiun radio, yang memberi tempat pada karya lagu TKJ untuk dapat menjadi bagian playlist harian pada stasiun radio masing-masing. *

/dM 


The KadriJimmo
0811975306
twitter : @kadrijimmo
facebook : the KadriJimmo (fanpage)


No comments: