Yang satu adalah, kelahiran Semarang, pada 9 April
1966. Kemudian satunya lagi, kelahiran Jakarta pada 3 Agustus 1982. Kenapa sih
saya undang mereka? Tapi ah terima kasih, puji syukur, mereka berdua pas ada
waktu luang, bisa mampir di iCanStudioLive. Bisa jaditamu saya. Seneng bangets jack!
Ok, pertimbangan utama saya undang mereka. Ya,
tentunya, pas dong! Di lihat dari perjalanan karir musik mereka. Dan feeling saya, kayaknya asyik aja deh,
kalau mereka barengan. Padahal, saya juga ga yakin betul, mereka pernah main
bareng ga sih? Model kolaborasi-kolaborasian misalnya....
Ternyata, ya belum pernah! Kenal udah lama, tapi
ketemuan begini, bisa ngobrol dengan dekat, dan di depan elo, baru kali ini.
Begitu ucap mereka bareng! Oho. Lucu jugak!
Kenapa bisa belum pernah main bareng?
Mereka cuma bilang, makanya bikinin dong acara, yang kita bisa main bareng. Eits....! Jubing Kristianto, yang kelahiran
Semarang itu. Dia memulainya memang dari kota kelahirannya, lalu hijrah ke
ibukota. Saya mengenalnya, lumayan lama. Sejak dia lagi sibuk-sibuknya jadi
wartawan. Tentu saja, ketemu di lapangan, lagi liputan acara apa gitu. Detilnya
mah lupa. Udah lama soalnya.
Kemudian Andre
yang Dinuth.Dia biasa dipanggil
Dinuth, bukan Andre. Kalau Dinuth, saya ketemu di kafe, lagi main tentunya. Ya
main musik. Masak lagi ngelawak? Doi bukan standup
comedian. Dia gabung di grup musik tertentu gitulah.
Dan saya merasa, sepakterjang mereka itu, gimana
ya, penuh semangat dan...jelas! Maksudnya ada komitmen tersendiri, pada musik,
dari mereka berdua masing-masing. Alhasil, mereka tetap eksis. Makin dikenal
malah namanya. Walau, ini menariknya, pilihan pijakan musik mereka berdua itu
satu sama lain, relatif berbeda.
Dinuth pilih performance
dengan band. Base on trio, lalu
biasanya mengajak perkusi, termasuk memainkan alat musik tifa. Dinuth punya
grup sendiri juga saat ini. Antara lain dia kerap didukung, Adhitya Pratama, bass. Perkusi
dimainkan George Tanasale, ini putra
mendiang bassis funk en fusion kawakan
70-80an, Wempy Tanasale.
Untuk musiknya, Jubing pilih warna folk. Pokoknya
sekitar itulah. Semacam ballad, boleh
disebut begitu. Dia banyak performance
sendiri.Yes, solo guitar, akustik, sendokir
gitu. Dan minimalisnya itu, seger
banget untuk dikonsumsi telinga... Cepat akrab buat kuping lebih banyak orang.
Penguasaan gitarnya tentunya sangat baik, sehingga bebunyian yang dihasilkan
petikanjari jemarinya, serta kocokan tangannya pada gitarnya itu, sedap banget!
Musik kan bunyiannya bisa datang dari mana saja.
Kesederhanaan seorang Jubing, ternyata dapat melenakan kuping, hati, otak
sampai sekujur tubuh, orang-orang yang mendengar dan menontonnya! Eh ini beneran. Dalam kesederhanaan musiknya
Jubing, ada ketenangan dan....apa lagi? Kenyamananlah. Obat stres. Melenturkan
otot-otot yang kaku juga.
Dinuth beda. Ia trampil memainkan nada-nada yang
lebih ramai. Kan format band. Jadi lebih meriah. Tapi tetap nyaman juga didengerin. Ia pilih model fusion gitulah, gitarnya tentu menonjol
di depan. Meracik banyak bunyian musik, lewat piranti guitar-effectnya. Dengan gitarnya yang cem-macemlah. Doi masih muda gitu, kolektor gitar juga. Yang
koleksinya, kerap dibawanya main, bergantian.
Dinuth di tahun kemarin, baru merilis debut
albumnya, berjudul namanya sendiri, selftitled
album. Sebuah karya musik yang lantas didokumentasikan di digital dan juga
CD. Ia tentunya terinspirasi Dewa
Budjana dan Tohpati, yang mana
adalah sahabat se-bandnya. Iya, Dinuth juga gabung dengan Six Strings.
Dalam kelompok itu ada juga Baim tdc, Aria Baron dan
Eros Chandra-nya Sheila on 7. Six
Strings di tahun kemarin, juga merilis album perdana. Judulnya, I Got Your Back. Dalam grup para
ksatria bergitar itu, Dinuth adalah yang termuda.
Selama ini, Dinuth juga dikenal sebagai gitaris
session untuk banyak proyek solo, baik rekaman maupun panggung, penyanyi
ternama. Dari Glenn Fredly, Afgan, Rossa, Rio Febrian, Marcell dan lainnya.
Sampaiorkestra, antara lain adalah, Erwin Gutawa Orchestra.
Jubing, banyak kali melakukan kolaborasi. Bahkan
dengan seniman dari bidang budaya lain, misalnya dengan WS. Rendra dan pelukis, Susilowati
Natakusumah. Ataupun dengan gitaris lain, dengan grup ataupun penyanyi. Ia
juga terbilang rajin, ikut tampil dalam acara para gitaris, selain mengadakan workshop atau klinik gitar.
Becak Fantasy adalah
judul debut albumnya, dirilis 2007. Ini sebuah album fenomenal. Yang bahkan
masih dicari sampai hari ini. Bukan album langsung laris terjual, tapi masa
edarnya kayak...tak terhingga! Disusul album kedua, setahun kemudian, Hujan Fantasy. Berikutnya adalah,
albumnya bertitle Delman Fantasy,
diedarkan pada 2009.
Ia memainkan kembali, tentu dengan aransemen untuk
solo gitarnya, banyak lagu-lagu populer. Terutama lagu anak-anak seperti ‘Becak’
nya Bu Kasur, yang masuk di album pertama. atau ‘Hujan’ yang dari Bu Sud. Lalu
‘Delman, karya Bu Kasur. Selain lagu-lagu populer luar dan dalam negeri
lainnya, termasuk lagu-lagu daerah.
Album Kaki
Langit, dirilisnya di 2011, yang mengedepankan, ‘Rek Ayo Rek’ yang
dipopulerkan Favourites Group, karya Is Haryanto.Atau, ‘Blackbird’-nya The
Beatles, yang ditulis John Lennon dan Paul Mc Cartney. Selain itu, pada semua
albumnya, Jubing juga menyelipkan karya-karya lagunya sendiri.
Album yang dihasilkan Jubing Kristianto akhirnya
terkesan padat dan benr-benar untuk semua umur. Tak heran, penonton konsernya
juga banyak yang keluarga. Karena seluruh anggota keluarga, dapat mengecap dan
menikmati sajian lagu instrumental yang dimainkan Jubing. Ga banyak lho, album seperti itu di sini.
So, kalau melihat catatan perjalanan mereka, kan
jelas ya, kenapa saya menginginkan mereka menjadi tamu saya. Akan ada banyak
informasi, pengalaman yang dibagi, yang berguna untuk publik kebanyakan. Malah
tak sebatas bagi para gitaris atau yang tengah mencoba menjadi gitaris. Dapat
wawasan tentang gitar, tentang bagaimana memperlakukan gitar dan melihat musik,
dari kedua instrumentalis atau gitaris yang beda generasi ini.
Maka tontonlah, nikmati sajaobrolan saya dengan
mereka dan semoga saja memang bermanfaat.....
*/DM
Check out the video on Youtube
No comments:
Post a Comment