Thursday, May 29, 2008

Doa

Aku telah BerDOA begitu banyak
Yang aku sendiri telah menjadi DOA
Siapa saja yang melihatku
Menginginkan sebuah DOA dariku.....
(Jalaluddin Rumi)

Berhentilah berbicara,
karena kata-kata sulitmu.
Setiap orang,
akan curiga kepadamu
(Jalaluddin Rumi)

Wednesday, May 28, 2008

INDONESIA My Lovely Country, INDONESIA is My Love (kata Panbers)

Ini ada sih?
Beberapa malam ini, liat siaran2 berita TV...semua kekerasan! Kekerasan dimana-mana. Semua marah, semua gampang meledak! Apa karena BBM?
Tapi kenapa BBM naik? Seluruh dunia juga ngerasain, semua juga ngalamin. Ini kata Rheinald Kasali di acaranya Tukul, 4 Mata, tadi malam.
Well...rasanya semuanya kita pastilah merasakan dampak "pahit"nya naiknya Harga BBM, dengan alasan apapun. Semuanya, tanpa terkecuali.
Maksudnya, kalau kita pikir tentu saja polisi2 itu juga merasakan kepahitan yang sama kan? Istri2 mereka toh juga datangi pasar2 yang sama, untuk belanja, tentu saja pastinya terkaget-kaget atawa kepusingan karena harga2 pada naik semua. Semua mengacu karena BBM naik...cabe, tomat, bawang, sayur mayur kan pakai truk atau mobil lah bawanya.... Jadi, begitulah, polisi dan keluarganya ya sama juga dengan kita-kita semua kan?
Maka gimana ya, ngeliat polisi-polisi akhirnya berang "kelewatan" di beberapa kampus, merangsek masuk, menyerbu dan "ngamuk"... Tapi sempat juga melihat tayangan, ada satu polisi "berumur" lewat pakai motor, dikeroyok, bahkan ketangkap kamera ditendang mukanya oleh "mahasiswa". Padahal dia sudah terjatuh dan dia hanya bisa "merintih","Eh eh eh jangan dong, saya kan orang tua....". Salah apa si polisi?
Dan polisi diserang habis2an sekarang karena mereka "menyerang" kampus. Tapi kenapa mereka menyerang kampus?
Yang bikin terkaget-kaget, betapa mahasiswa-mahasiswa sekarang memang "ruaaaar biasaaaa",menendang, memukul, lempar batu, maju dengan tangan pegang batu atau bawa tongkat kayu atau tongkat bambu. Muka penuh amarah. Bengis dan liar!
Tak cuma sekali-dua kita lihat polisi2 berlindung dibalik tameng2nya dan para mahasiswa melempar sumpah serapah, mencaci maki lalu gak puas, lempar batu, kayu lantas masih kurang maka beberapa "jago kungfu" pun meloncat dan menghajar tameng2 polisi itu.
Rasanya polisi itu manusia juga... Lalu kenapa mereka yang harus menerima caci maki, sumpah serapah, ejek2an. Mereka manusia biasa.... Bisa nggak ya, kalau saja posisi dibalik? Para mahasiswa "menjadi" polisi dan polisi "menjadi" mahasiswa?
Maka apakah para mahasiswa "bermental setebal baja" kalau dicaci maki dihujani sumpah serapah, ejekan-ejekan terus menerus. Apalagi dilempar batu, kayu bahkan sampai....molotov!
Lantas memblokir jalan. Menimbulkan kemacetan dimana-mana. Rasanya bukanlah simpati dan "dukungan" yang akan didapat dari masyarakat. Lalu kalau begitu, mahasiswa itu mengatasnamakan siapa, mewakili siapa?
Orangtua, karena ia berbaju polisi maka "berhak" untuk dikeroyok habis, ditendang (walau di koran, sang "ketua demonstran" mengatakan, polisi malang itu tidak dikeroyok dan dipukul para "anggota" demonstrannya kok....). Gimana ya, kalau yang ditendang itu orang tua para mahasiswa itu?
Lagipula, pendidikan makin mahal. Bisa sampai terus kuliah, hareee geneeee....nggak banyak yang mampu lho. Tapi dari yang "mampu" ternyata kenapa malah menjadi makin beringas, kurang beradab, liar?
Berdemo boleh2 saja (apalagi demo masak bareng Rudy Choiruddin... Hehehehe) apalagi dengan mengangkat isu-isu aktual yang "dirasakan" masyarakat luas. Tapi jangan tinggalkan hati nurani. Kenapa tidak demonstrasi dengan "kepala dingin", pandai mengontrol emosi, sabar dan...."tenang". Apa yang ingin disampaikan sebenarnya?
Turunkan BBM, Turunkan Presiden, Perkarakan terus Soeharto... atau "Ini nih gw, berani ngelempar batu, mukul2in polisi pake bambu, kayu, besi, molotov dan...jago Kungfu"?!
Apa iya, polisi2 itu yang harus jadi sasaran kemarahan. Apakah mereka tepat untuk mendapatkan semua itu? Sementara keluarga2 mereka juga pastinya, punya kepusingan yang sama soal harga2 pada melambung tinggi, persoalan udah ikat pinggang lalu harus ikat pinggang lagi, waduh, gak nafas dong!
Ngerasa gak ya mahasiswa2 kita itu, kok makin brutal aja? Brutal dan kemarahan2 mereka itu untuk siapa sih?
Tadi malam juga ada kejadian unik, lagi2 dari siaran berita di televisi. "Temen2nya" lagi pada seru2nya demonstrasi malah di Salemba ada mahasiswa2 dari dua Universitas yang malah tawuran, sama juga...lempar2an batu. Batu kayaknya lagi murah nih, jadi gampang dilempar-lemparin dimana-mana. Dan ada masyrakat yang diwawancara, bilang,"Tawuran itu emangnya mata kuliah tambahan ya..." Seru juga, tapi bikin kita meringis. Halah, mahasiswa lagi!
Tapi gimana ya, ternyata bahkan sudah sejak SMP, bibit2 "tukang keroyokan", "doyan lempar2in batu", "gemar angkat kayu, bambu dan sejenisnya". Lagi2 tadi malam, ada berita anak2 SMP tawuran! Bahkan di 2 tempat! Astaga!
Kayaknya baru pada seneng2 abis lulusan, soalnya baju2nya dicorat-coret. Tapi kok ya malah menyerbu....sekolah lain. Memenuhi jalan, mengejar terus musuhnya di tengah jalan..... Mobil2 pada kalang kabut. Edan, anak SMP?
Belum lagi demonstrasi2 lain dimana-mana, yang menyangkut masyarakat luas....menyerbu masuk dan merusak kantor, rumah para muspida daerah. Gila2an, negeri ini menjadi begitu panasnya. Serasa semua orang sangat mudah tersinggung! Bahkan sampai lupa diri, Islam tapi dengan penuh kebencian merusak dan membakar masjid karena masjid itu milik "aliran sesat"....
Mau kemana nih negeri ini?
Nonton musik saja, bukannya untuk bersenang-senang, menghibur diri. Malah niatnya untuk tawuran, bikin keributan, gak mau bayar tiket.
Jadi beneran kan, mau kemana negeri tercinta ini?
Oh Indonesia, Oh Indonesia.....

Sunday, May 25, 2008

Kenapa JAZZ ada di Pekanbaru....

Ini akan berpanjang-panjang pada segala "permainan" alasan, menyelaraskan "visi dan misi", dan aneka "tetek-bengek" yang lain. Tapi kalau saja memiliki waktu sejenak, sebenarnya kenapa tidak jazz berbunyi di Pekanbaru? Boleh saja jazz berbunyi dimanapun, pkapanpun, oleh siapapun. Tinggallah kita boleh memiliki sikap, setuju atau tidak?
Semuanya pada akhirnya adalah tinggal pada pelaksanaan. Ketika konsep, visi dan misi sudah tertuliskan dan disepakati, lalu bagaimana? Walau kesepakatan, baik itu tertulis maupun tidak, tentu saja rentan untuk di"goyang-gaying" di tengah jalan. Tapi "goyang-goyangan" sangatlah manusiawi, standar saja adanya. Karena yang terpenting, apakah bisa untuk kembali menjalankan visi, misi dan kesepakatan di awal.
Akhirnya begitulah, dengan segala "persoalan" yang melingkari rapat, sayapun dalam hal ini hanya bisa berucap, "JAZZ as Always".... But, Always HAPPY! Karena sedari dulu, sepanjang sejarahnya, JAZZ memang adalah "perjuangan".... Jadi kalau saja menggelar Jazz di Pekanbaru butuh "perjuangan", so...let it flow. It's JAZZ, right?
Ketiadaan sponsor2 ataupun pihak2 yang sebetulnya berpotensi sebagai sponsor2 yang dapat "lebih menggiatkan festival ini", tentu saja adalah semacam "kerikil-kerikil".... Jalan tetap harus dilalui. Ketiadaan sponsor harusnya tidaklah mematikan festival ini. Ataupun "menghancurkan" visi dan misi yang dasarnya baik, pada festival ini.
Tapi kenapa juga Pekanbaru menggelar Jazz? Kenapa tidak mengeksplorasi dan menggiatkan musik-musik Melayu, sebagai "memberdayakan" eksotisme tradisi budaya setempat? Mungkin, sekali lagi, mendiskusikan hal ini butuh waktu tidak seminggu-dua minggu.
Intinya, kenapa tidak, kalau JAZZ juga dibunyikan di luar Jakarta, di luar Jawa? Kenapa tidak kalau saja Jazz bisa dibunyikan dimana-mana?
Maka begitulah yang terjadi, perjuangan tetap berupaya diteruskan dengan semaksimal mungkin. Jadinya tetap di 5 hingga 7 Juni. Tetap akan digelar di kawasan Bandarserai, Pekanbaru, RIAU. Tetap akan digelar tontonan jazz, seminar dan workshop mengenai Jazz.
Dewa Budjana, Rieka Roslan & Troubadors, simakDialog, Tompi, Zarro n the Vega, Hendri Lamiri & Kawan-Kawan, Tao Kombo Collective Messkeepers, Donny Suhendra, Netta KD. Tentu saja beserta "ikon" utama festival, GELIGA. Bersama penyanyi Andien. Lalu grup-grup luar negeri, Steve Hunter Trio dari Australia dan Bazz Groove dari Malaisya. Beserta grup-grup lain dari beberapa daerah.
Saya hanyalah berkeinginan...The JAZZ Must Go On. Tentu saja, itupun keinginan teman-teman penyelenggara, sebut juga sebagai pemilik acara ini, Yayasan RIAU JAZZ Turbulence.
Nama acara tetap saja MALACCA STRAIT JAZZ - GREEN EARTH, The Festival 2008. Sampai jumpa di Pekanbaru? Terima kasih atas dukungan, perhatian dan....doa-doanya.