Nenek,
ibu dan tantenya, penyanyi. Kakeknya pemain trumpet, seperti juga yang menurun
pada salah satu anaknya, yang berarti adalah oomnya. Adik dan kakaknya juga
bermain trumpet. Hasil akhir dari persilangan tersebut, dengan titisan bakat
yang mengaliri darah mereka sekeluarga, tak heranlah ada seorang Rio Sidik.
Ia
penyanyi, namun lebih dikenal sebagai trumpetist. One of the best trumpetist nowadays. Humble and friendly musician. Sebagai pemain trumpet saja sudah
unik. Apalagi trumpetist yang bisa menyanyi! Nilai tambah menjadi double. Macam
wartawan foto, tetapi bisa menulis dengan baik saja.
Saya
pibadi sedari dulu,mungkin sekitar awal 2000-an mengenal dirinya. Tentu diawali
dengan mengenal dulu permainan trumpetnya. Siapa dia sih, tanya saya pada suatu
acara musik. Jawab seorang teman musisi yang berdiri sebelah saya, oh dia dari
Bali. Dia memang bagus nih, tambah teman saya.
Satu
dua lagu menonton, lantas saya setuju dengan penilaian teman itu. Tergerak
dong, untuk bisa mengenalnya lebih dekat. Well, saat itu teman musisi lain
lantas memperkenalkan saya kepadanya. Senyum lebar dan jabat hangat. And, that’s it.
Beberapa
tahun kemudian baru berjumpa dia lagi, pada sebuah festival jazz. Dari jarak
agak jauh, dia melihat saya, pas saya juga melihat ke arahnya. Dia melambaikan
tangan, mendekati saya. Mas, apa kabar? Kami berjabat tangan dan berangkulan.
Sedikit
kaget, eh masih inget rupanya. Tapi tunggu dulu, dia pasti lupa nama saya.
Begini ya, waktu beberapa tahun lalu berkenalan itu kan, kayaknya dia tak
mendengar nama saya dengan baik. Lagipula saat itu, kita tak sempat ngobrol
panjang. Hanyalah sekadar basa-basi singkat.
Eh
mas Dion sendirian? Wah, dia ingat nama saya. Itu sangat berarti buat saya.
Beberapa tahun lewat, tak pernah bertemu lho. Di antara itu, saya sempat
melihat penampilannya yang well stealing
moment yang sukses. Muncul menjadi solis di satu lagu, dalam pergelarannya
Chrisye. Penonton dibuatnya terkagum-kagum, tentunya sambil bertanya-tanya,
siapa sih dia?
Cuma
melihat, tak bertemu. Dan baru bertemu kemudian, and he still remember my name. Sesuatu deh. Saya terus terang, dari
pertama melihat permainan trumpetnya lantas bilang dalam hati, ini anak bahaya
banget.
Lama
ga melihat pemain-pemain trumpet, apalagi yang muda. Generasi penerusnya Didit
Maruto. Era sebelumnya ada siapa lagi, Karim Tess? Saya mengenal juga Rio,
trumpetist lain dari grup Black Fantasy. Saya juga tak akan lupa dengan kakak
beradik, Idham dan Iromy Noorsaid dari The Kids yang kemudian menjadi The Big
Kids itu.
Untuk
menyebut sedikit saja di antaranya ya. Lantas tampil Rio Sidik ini, trumpetist
muda, plontos, kelahiran Surabaya. Memang berdarah Jawa Timur-an, tapi menetap
di Bali dan menjalani karir musiknya secara profesional di pulau dewata
tersebut.
Kemudian
ia memilih memelihara rambutnya. Itu salah satu yang bikin saya rada pangling
lho! Hahaha. Tapi ia tetap bersahaja, ceria. Dan saat tampil, pede luar biasa.
Sahaja, kayak grup bandnya tuh, Saharadja.
Nah
menyoal grup bandnya itu, datang dari Bali, Rio dan Saharadja adalah salah satu
band yang juga saya nikmati betul penampilan mereka. Enerjinya itu positif,
meledak-ledak musiknya, ceria dan optimistik. Menyenangkan melihat penampilan
mereka.
Tak
pelak lagi, Saharadja menjadi salah satu dari world music band yang terbaik, buat saya. Musik mereka sangat entertaining audience, make everybody dancing and happy. Pas
lah, menjadi semacam obat penawar duka lara dan himpitan masalah hidup. Eaaaalaaaaah....
Perjalanan
seorang Rio menjelajahi luar negeri, main musik sampai jauh dimulai dengan
Saharadja nya itu. Grupnya tersebut sudah merilis dua-tiga album rekaman, dan
dijual hanya di saat mereka tampil saja. Kabarnya, album mereka diburu para
penonton, begitu mereka usai berpentas.
Memang
karena bakat turunan sih, itu yang diakuinya. Makanya dia lantas jadi pemain
trumpet. Ia adalah putra dari pasangan Marsidik dan Endang Prihastuti. Ia
adalah anak kedua dari 4 putra dan putri orang tuanya tersebut.
Mulai
melihat-lihat, pegang-pegang saja. Asli pegang-pegang dan mulai tertarik, sekitar
usia 5 tahun. Karena melihat trumpet kakeknya. Mulai bisa main trumpet, pelan
tapi pasti, sejak usia 8 tahun. Sekitar usia masih di sekolah dasar waktu itu.
Ia
belajar trumpet, dibimbing sang kakek selain pamannya. Langsung juga, mulai
belajar musik secara keseluruhan. Karir pertamanya, harus disebut salah satunya
saat Bubi Chen, mengajaknya ikut main di sebuah kafe di Surabaya.
Kakeknya,
Daryono memang dulunya itu, bermain dengan almarhum Bubi Chen. Usia 13 tahun,
ia diajak ikut bermain dalam sebuah bigband
di Surabaya. Kakeknya, ia mengingat betul, disiplin mengajari dan
membimbingnya. Kakeknya ga suka kalau ia telat datang, saat jam latihan.
Ia
ingat, di usia 10 tahun, pernah dimarahin oleh sang kakek. Ya itu tadi, karena
telat untuk mengikuti “kelas” belajar trumpet. Ia telat hanya sekitar 15
menit-an saja. Tapi ya begitulah, kakeknya tak mentolerir hal itu.
Di
usia belasan itu, ia memang mulai sering bermain trumpet. Salah satunya,
akhirnya jadi keterusan banyak bermain dengan almarhum Bubi Chen, dan juga ada
almarhum Maryono, di clubs di Surabaya. So ia lantas
menyebut, oom Bubi juga adalah salah satu gurunya, yang mengarahkan menjadi
musisi seperti sekarang.
Gimana
dengan karir solo Rio, kelahiran 13 Juli ini, sendiri? Ia telah merilis solo
album Sound of Mystical Vibe di
tahun 2014 lalu. Album dimana ia menyanyi, tak hanya memperlihatkan permainan
trumpetnya. Yak, ia menyanyi lho! To tell the truth, at the first time hear that
he also sing. OMG!
Saya
agak-agak gimana ya, well terima atau tidak gitu. “Kesalahan” terbesar saya
mungkin, terlalu ngefans dengan tiupan trumpetnya. So ketika ia lantas menyanyi
juga di album rekamannya, ah come on!
Tapi
saat melihatnya di launching
albumnya, apalagi mendengarkan rekaman albumnya tersebut, saya lantas jadi bisa
menerimanya. Gini ya, Rio itu enerjik. Penuh semangat. Dan pede luar biasa.
Soal trumpet, itu so pasti. Dan juga soal menyanyi!
Suara
terbilang bagus, walau tak pernah belajar vokal secara formal. Bagus dalam
konteks, ya pas untuk lagu-lagu yang adalah karya-karyanya sendiri juga. Walau
urusan menyanyi, bukan barusan ini dia menyanyi sih. Kalau di saat ia reguler
di kafe, ia biasa juga menyanyi sebenarnya.
Ia
pede dan yakin, well that’s enough!
Dan penontonpun suka. Go ahead bro.
Ia toh akan lebih menjiwai lagu-lagunya sendiri. Seperti lagu, ‘Cinta Semalam’.
Ini adalah lagu terbarunya, lagu dia bikin dan dia produced sendiri.
Cinta
Semalam, ia bercerita, adalah tentang perjumpaannya dengan sang kekasih hati. Sumber
inspirasi utama adalah seorang perempuan manis, Elizaveta Rozanova. Eliza itu
memang lantas menjadi kekasihnya. Bahkan sekarang telah menjadi istrinya.
Musiknya
menghentak, enerjik. Upbeat and danceable.
Rada bernuansa EDM, Electronic Dance
Music, walau proses perekamannya dilakukan secara tracking full band.
Low soundnya
tebal, tegas kesannya. Menjadi pengiring beat yang pas. Ada suasana latar strings. Melibatkan backing vocal, dalam hal ini adalah Ade Fabiola, yang kerapkali membantu Rio di pentas maupun rekaman.
Ada voice berbahasa Rusia, yang diisi
langsung oleh sang istri, Elizaveta.
Cerita
cinta sih, terangnya. Tapi memang ingin disampaikan dalam irama yang upbeat.
Apa karena memang, belakangan ini sebagian job-nya, banyak menjadi featuring
dalam pentas model EDM. Seperti kolaborasi dengan aneka disc-jockey? Ia tak
menampik.
Ia
memang banyak melakukan kolaborasi dengan DJ, baik DJ-DJ di sini maupun di luar
negeri. Jadwalnya, untuk ber-“solo karir”, melanglang buana tetap padat. Setiap
tahun, ia mengakui, selalu ada kesempatan touring
ke Eropa dan negara-negara lain.
Ia
memang aktif kesana kemari, sebagian besar saat ini, menjadi tamu untuk
berbagai grup band dan artis penyanyi, selain berduet dengan para DJ.
Kesempatan tour ke mancanegara juga seperti itu, sesekali ia tampil jammin’ dengan
grup band setempat.
Cinta
Semalam, kemarin ini baru dirilis secara resmi ke publik. Baik video klipnya,
maupun rekaman digitalnya yang kini sudah bisa didapatkan di situs-situs
penjualan digital dunia. Termasuk masih ke situs streaming.
Rio
tetap menyatakan ia bukan trumpetist jazz. Artinya, ia tak ingin mengkalim diri
sebagai pemain trumpet jazz. Soalnya,ia buru-buru menjelaskan, kan ia juga
memainkan semua musik. Ga ada pilih-pilih. Sejauh memang ia bisa masuk dan
mendukung, dengan trumpetnya, ia akan masuk dan dilakukannya dengan sukacita.
Kuncinya,
tambahnya, kesukacitaan. My music, my
genre itu lebih tepat sebut saja, good
music. Begitu ia menjelaskan lagi. Good
music for everybody. Ya bisa ada jazznya, rocknya, reggaenya dan
macam-macam musik lain.
Pesannya
sebagai trumpetist, jalani hari dengan sukacita. Enjoy akan hidup, terutama nikmatilah musik. Sebagai pemain
trumpet, ia sudah terbiasa selalu pegang trumpetnya setiap hari. Itu penting,
karena seperti olahragawan saja, need
everyday stretching, gerak badan, biar ga kaku kan. Pemain trumpet juga
begitu. Harus pegang trumpet.
Jangan
malas saja. Toh itu tidak menjadi hal yang memberatkan, karena kan itu adalah
dunianya? Ia secara sadar telah memilih musik sebagai profesinya, bahkan
sebagai dunia kesehariannya. Ia menikmati betul bermain trumpet dan bernyanyi.
Saya
dimintanya untuk menjadi host pada
acara launching singlenya yang
terbaru tersebut, pada 26 Juli kemarin. Ia tampil dengan sebuah grup band, yang
dikoordinir oleh gitaris Chiko “guitarkid”. Ada peran si cantik, Irsa Destiwi pula sebagai pianisnya.
Ade Fabiola sebagai backing vocal
juga turut tampil.
Mereka
membawakan empat buah lagu. Tentu saja ‘Cinta Semalam’, yang dibawakan dalam
versi ballad dengan berdua saja Rio dan Irsa. Lalu versi full band. Kemudian
dua lagu dari albumnya terdahulu, ‘On My Scooter’ dan ‘Oh Sayang’. Lalu ia
mengundang kakaknya, penyanyi Marina
Sidik, untuk ikut bernyanyi. Mereka berdua menyanyikan,’I’ll Be There’-nya
The Jackson Five..
Versi
asli rekamannya, single tersebut didukung Ito
Kurdhi (bass), Erik Sondhy
(piano), Eddy Siswanto (drums), Alvin
Witarsa (strings) dan Affan Latanete
(perkusi). Produksi rekaman dilakukan di Bali.
Ia
berencana, full albumnya bisa dirilis dalam beberapa bulan mendatang. Kalau
bisa sih, di tahun ini juga. Materi lagu sudah siap. Sebagian, terangnya lagi,
malah sudah masuk proses rekaman.
Menyoal
rekaman, terkait dengan industri musik teristimewa penjualan album, ia
mengetahui adanya penurunan angka penjualan. Industrinya sedang drop. Tapi ia menyatakan, ia tetap akan
berkarya, karena itulah hidupnya.
Do what
I wanna do, just keep it that way. Dia selalu meyakini, kalau dilakukan dengan
tulus ikhlas, pada akhirnya tetap akan memperoleh kebaikan. Hasil akhir memang
misteri, tapi dia memilih tak mau ambil pusing. Yang penting toh ia positif
saja, pasti hasilnya nanti akan baik untuknya.
Rio
Sidik memang bak “kutu loncat”. Seusai launching, esok paginya ia harus terbang
menuju Manado, akan tampil di sana. Lalu masuk ke minggu kedua Agustus, ia
terbang untuk tour ke Eropa. Ia memulainya dari Portugal.
Well my brother, what
a days! Enjoy it. And, take care! Sukses selalu
ya..../*