Tuesday, February 9, 2016

Suatu malam dengan Phylosophy ABG Trio, di Bandung, di Hotel...

Seolah ada revitalisasi. Tanpa berubah format. Termasuk tak ada pula perubahan pada formasi.
Trio. Dan itu tetap degan selengkapnya adalah Arief Setiadi, Bintang Indrianto Full dan Gerry Herb.

Phylosophy-ABG, pada sebelumnya. Ketika format trio dengan landasan musiknya "free-jazz", sort of free-as-a-bird, terbang bebas kemanapun. Terbang boleh bebas, lantas bakalan balik lagi ke kandang koq.

Pada prinsipnya, Phylosophy ABG, adalah diambil dari debut album mereka. Dirilis beberapa tahun silam. Sebuah album eksplorasilumayan dalam, memadukan unsur musik "tak biasa", electric bass (diselipin electric fretless bass) dengan drums beserta, baritone saxophone!
Kalau lantas menjadi Trio : ABG? Ga berubah banyak banget. Tidak lantas menjadi ekstrim.
Apa yang diharapkan perubahan secara ekstrim? Tak berpikir menjadi radikal. Atawa tepatnya, lebih radikal dari warna meyengat betul, "jazz-bebas-lepas" yang seringkali menyelipkan kejutan-kejutan yang bakalan sanggup membuat penonton mereka menarik nafas sejenak. Sampai begitu? Progressive banget sih?

Tatanan melody dan rhythmnya bisa keras, bener-bener mencubit kuping. Sakit? Mengejutkan sih. Lalu seolah sedikit membuai, seperti mencoba mendekat kepada pendengar, atau penontonnya.
Kemudian bisa saja, tetiba mengajak bergoyang. Boleh leher dan kepala, sedikit saja. Kenapa sedikit, mengapa harus malu-malu? Bagaimana kalau lantas, kaki dan tangan saja sedikit digoyang. Melemaskan otot? Bikin rileks sedikit, kalau mau lemas betul, ya kudu olahraga!

Yang jelas,ini adalah kandang ketiga musisinya. Ini adalah rumah dimana mereka bisa bebas, bersukacita, menghibur hati, mepaskan kepenatan.
Mereka berkumpul bertiga, ngobrol, diskusi seru, saling melempar ide dan gagasan, saling menimpali. Dengan bebas.

Bebas untuk sedikit menyanggah. Tak selalu harus setuju. Yang penting, hindari konflik. Cari titik temu bersama. Karena kegembiraan dan kesukacitaan mereka, diyakini dapat  menjadi enerji berlipat  nan positif .
Mereka sih bertiga bilang, pengennya panjang. Jalan terus. Kalau hanya sesaat, sekadar sebuah eforia. Sekedar menyenang-nyenangkan satu sama lain,nantinya bisa jadi buang-buang waktu belaka.
Akan percumalah, bagi kehidupan mereka masing-masing.

Mereka pengen betul untuk berarti. Menjadi bagian dari bunyian alternatif, yang  bisa menghibur penonton atau penggemar musik.
Jazz? Terserah kata Bintang Indrianto. Monggo... Ga melulu hanya untuk penggemar jazz kok, kata Gerry Herb. Kalau dasarnya senang rock misalnya, mau menyimak dan suka dengan musik kami, silahkan,begitu ucap Arief.

Musik untuk kebebasan. Mungkin seperti itu. Bebas tapi bertanggung jawab. Maksudnya, ketika bebas jangan lantas jadi asyik sendiri. Jangan lupa bahwa mereka main bertiga.

Ok, kapan main lagi? Tunggu saja, kata mereka kompak. Kita sedang senang dan bersemangat, untuk bisa tampil dimana-mana...

Sebentar, bisa kasih gambaran, musik bebasnya mereka, yang seperti burung-terbang-bebas-melayang-kemanapun?
Maksudnya, menyamakan musik mereka dengan namalain siapagitu?
Gw pikir, sudahlah. Mereka bisa mengingatkan kita akan siapa, bebas saja. Tapi biarkan mereka bunyiin musik mereka, sekali lagi dengan bebas.
Tak perlu kayak siapa, terinspirasi dengan siapa, mirip anu atawa mengingatkan kita dengan inu.
Siap-siap menikmati kebebasan merekalah. Itu lebih baik.


Jazz as Always.

No comments: