Monday, February 8, 2016

Selamat Ulang Tahun, ROCK CAMPUS!

Sebuah kampus. Berkaca-kaca dindingnya. Terletak di daerah kawasan perumahan premium.
Dan kampus itu, tak disangka-sangka, sudah sanggup mencapai usia 1 tahun! Hebat juga!

Ya, karena gw sendiri tak mengira. Bisa sampai setahun jalan, dapat dilakukan 44 episode. Sebenarnya, bahkan sampai bisa mencapai episode ke 30 aja, gw ga nyangka. Begitu celoteh sang "Rektor". Rambutnya panjang ikal. Bertato dan jago gitar! Secara usil dan iseng, saking pinternya bergitar, si rektor bilang gw mau main gitar, semua yang ada di sini pasti kalah cepet mainnya sama gw.... Mahasiswa-mahasiswi di depannya pun terbahak-bahak. Si rektor tak sombong dan busungkan dada kok. Ia hanya bercanda aja. Untuk lebih memanaskan malam.

Emang begitu, udah bukan lagi hangat tapi malam sudah bertambah panas. Sebelum si rektor beraksi, kampus sudah penuh dengan kebisingan, pada tingkatan maksimal.
Grafik membuka acara malam itu. Anak-anak muda, umur belum 20-an. Bermusik bareng sudah beberapa tahun. Ini kayak lihat generasi muda harapan bangsa dan negara saja.


Grafik yang muda-muda dan enerjik, tapirada "old-school" pada pilihan musiknya itu. Eh old school tapi ok lho. Disambung langsung sama Daddy's Day Out. Generasi deket-deket ya seputaran 90-an, jelang akhir, mungkin inget sama SoG.
Nah komandan SoG lah yang memimpin langsung pasukan DDO ini. Emil Abeng, namanya. Bergitar dan bernyanyi dia. Heavy metal dengan aroma kuat pada funk. Lumayan menggoyang dan kayak menyetrum penonton.
Beres DDO yang tambah mateng itu, ganti Speak Up naik panggung. Tau ga, ruangan sebetulnya terbatas. Eala, penonton tega-teganya untuk moshing segala! Walah!

So sampai situ deh, sudah terbayang bukan, gimana panasnya malam di situ? Speak Up selesai. Buronan Mertua dapat giliran. Ade-ade aje tu nama. Kira-kira ini pengalaman pribadikah? Tapi siapa yang dikejar-kejar mertuanya? Kenapa sampai dikejar-kejar? Bawa lari garpu sama sendoknya? Tega nian sang mertua!
Speak Up tak kalah seru. Oho, itu so pasti. Dan yah gitu deh,di ujung tampillah sang rektor dan grup nya. Zi Factor! Rektor itu bernama, Ezra Simanjuntak!



Ini kampus rock memang. Rock Campus. Program seminggu sekali di Rolling Stone Cafe. Ezra menjadi eksekutor, ide-ide juga dihasilkan otak dan hatinya. Dan Ezra mengaku, Rock Campus bisa sampai segitu, karena dukungan penuh para teman-teman musisi saja adanya. Mau membantu meramaikan kampus itu. Duitnya kecil, penuh perjuangan, bahkan ga ada duitnya, tetap di support. Keren bro!
Menjadikan Rock Campus bak sebuah terminal rock baru, karena kan baru setahun umurnya, yang membuka diri menjadi pangkalannya para rock band generasi kapanpun. Yoih, emang gitu, generasi macam-macam. Asal mau main, siap main, ngerock, Ezra membuka pintunya lebar-lebar banget.

Pada akhirnya, Rock Campus menjadi semacam kantong-kantong pergerakan musik cadas tanah air, terutama di ibukota. Untuk yang relatif senior, tentu menjadi panggung untuk menegaskan eksisteni. Bahwa masih terus hidup, berteriak, meraung-raungkan musik dan lagunya.
Buat yang kelihatannya baru setengah atau seperempat jalan, bisa memanfaatkannya untuk lebih memperluas penggemar. Bisa nambah-nambahin fansnya. Sekaligus tentunya, nambah pengalaman.
Nah yang baru-baru, cocoklah buat arena memperkenalkan diri, menguji keberanian, dan membuktikan kemampuan musikalitas rocknya.

Kntong-kantong pergerakan itu, tentunya akan lebih memberi tambahan semangat bagi kelancaran pergerakan musik rock. Ezra sendiri mengakui, belumlah sempurna. Biasa dong, kan juga baru setahun. Kekurangan sana-sini itu ah manusiawilah. Yang penting, mau terus menjalankan proses saja. Buang yang kurang begitu perlu, coret yang ga bagus, lupain yang ga penting.
Proses harus terus dijalankan, demi memperbaiki diri. Agar terus mejadi sedikit demi sedikit ya, lebih sempurna, lebih mulus, lebih apa lagi? Lebih keren, boleh dong?
Kan kalau keren, semua penonton, apalagi yang doyan rock,bakal terus datang menyerbu. Menggilai keriuhan dan kebisingan yang ada. Dengan suasana atawa atmosfir yang mendukung.


Dimana-mana, bahkan juga di Amrik, Rock menjadi salah satu musik yang termasuk "mainstream" tapi sekaligus juga "non-mainstream". Bisa masuk charts, dimana label-label rekaman berpengaruh juga mau menjajal jualan rock. Tapi aktifitas di luar mainstream-nya, ya sebut saja indie atau apa kali ya, "bawah tanah"nya gitu, aktif dan penuh semangat.
Karena rock itu, mau dimanapun digelarnya. Di clubs kecil, di basement. Clubs kecil di pojokkan. Ataupun misal di clubs-clubs di dalam sebuah hotel. Di dalam hall. Sampai di tengah arena stadion dan areal lapangan luas. Tingkat kebisingannya sama. Sama-sama memanaskan. Berisiknya sama!
Sama-sama meledak-ledak, berteriak, melengking dan,menderu-deru.

Rock itu salah satu jenis musik yang sangat populer, pendengar atau penontonnya itu relatif ga akan beda jauh sama fans musik pop. Pop dengan suasana rock kan juga banyak, bukan?
So, outside mainstream ataupun yang mainstream, punya wilayah masing-masing. Tapi di titik berikutnya, akan saling mendukung. Grup-grup rock yang lantas menjadi besar, sukses merangkul banyak fans, pastinya memulainya dengan perjuangan tak kenal menyerah, di lingkungan outside-mainstream itu. Setuju?
Ah sudahlah, kalau ga setuju, jangan tambahin lagi minumnya. Tutup bill-nya segera. Dan suruh pindah aja nonton yang lain! Hahahahaha.....



Ok Ezra my blood. Keep up the good rockin' rock! Dirgahayu. Sehats selalu bro! Jaga terus dengan baik n benar, tingkat kebisingan yang ada di kampusmu! Bro,kalau boleh sih gw minta, tambahin dong lampu di panggungnya yaaa.....
/*

No comments: