Monday, October 22, 2018

Konspirasi dalam Melawan Rotasi sejak 10 Tahun lalu



Well, ini macam superband. 4 orang isinya, dengan jam terbang lumayan tinggi. Dan masing-masing telah memiliki grup band sendiri, yang rata-rata eksis, dan dikenal luas, punya penggemarnya sendiri-sendiri.
Kalau superband, so hasilnya sound yang super-duper? Saya suka. Subyektif ya ga sih.? Ah tapi ga juga. Mereka menyenangkan kalau disimak, dinikmati  Termasuk ditonton, kalau lagi beraksi di atas panggung. Enerjik.
Alias, enerjinya meletup-letup. Sedap. Mantap. Itulah saya bilang menyenangkan. Saya terimbas dengan enerjji mereka. Hati senangdong jadinya. Otot-otot muka jadi kencang. Mudah-mudahan mengencangkan otot-otot perut juga....
Rock, so pasti. Grunge? Begitulah memang maunya mereka. Jadi ceritanya memang denger-denger sih begitu. Bagaimana gitaris, Edwin Marshal Syarif berinisiatif mendirikan band ini. Dasarnya memang sengaja dipilih grunge.
Edwin mengajak Marcell, yang adalah teman lamanya di Bandung, saat baru melangkahkan kakinya di dunia musik, di era 1990-an.  Vokalis diajaklah Che alias Chandra Johan. Dan bassis adalah Romy Sophiaan.



Edwin sudah nyaman rasanya di Cokelat nya. Romy Sophiaan dengan beberapa band kumpul-kumpulnya, satu yang terkesan lebih serius ada OMNI. Che, oho makin buanyaaak penggemarnya lewat keterlibatannya sebagai vokalis Cupumanik Band. Nah, Cupumanik tuh grunge juga.
Sementara Marcell, eh di sini ia drummer. Masa dulunya memang drummer. Walau belakangan ia lebih eksis sebagai penyanyi, dengan perjalanan karir yang terbilang sudah “nyaman tentram”.
Mungkin saja analoginya, mereka sudah punya rumah masing-masing, tapi sehat juga kalau main-main di luar, mungkin nongkrong,kongkow-kongkow di satu tempat. Tempatnya tetap. Lebih untuk brain storming lah, diskusi aneka masalah yang terjadi di masyarakat, di negerinya, di dunia ini.
Membahas grup-grup musik kesukaan. Jadi menemukan suasana lain, yang pastinya diharapkan memberi motivasi sekaligus ide-ide yang nyegerin mereka, dan sangat beraedah untuk mereka bila kembali ke rumahnya masing-masing.
Grunge memang mempersatukan mereka, itu aktor terpenting juga. Yang akhirnya, di 200 pun mereka bersepakat ngeband bareng. Namanya Konspirasi. Dan eh eh sudah 10 tahun aja usianya.






Kemarin ini mereka menggelar sebuah showcase seru, di sebuah clubs di kawasan Kemang. Penonton, notabene rata-rata adalah fans mereka, ada juga sahabat-sahabat baik mereka, lumayan padat.
Oh ya, mereka juga didukung Marco Kaunang, "darah muda". Putra bassis legendaris, Arthur Kaunang. Membuat musik Konspirasi menjadi terasa lebih tebal dan menyengat. Lebih "nendang" gitu kali?  Boleh juga disebut begitu.
Diawali 2 grup band, yang adalah teman-teman baik Konspirasi juga, sebagai opening act. Ada Captain Jack. Disambung oleh Alien Sick. Yang pas sebagai warming up, menyipakan hati dan telinga untuk menyambut Konspirasi.
Captain Jack dan Alien Sick asyik membuka acara. Ada selinga semacam talkshow”, yang so sorry, sayang rada kelamaan. Agak jadi “kurang penting” karena mungkin aktor moderatornya yang kurang begitu lincah sebagai moderator? Mungkin saja. Tapi ya sudahlah.... Yang penting, sabar saja untuk kedatangan menu utamanya.
Konspirasi, 10 Tahun Melawan Rotasi Itu judul acaranya, dengan mencantumkan single mereka. Yang mana ‘Melawan Rotasi’ itu, lumayan nyaring bunyinya sebagai single pertama mereka. Membuat Konspirasi langsung merampas perhatian.
Saya senang penampilan mereka. Makanya, saya merasa perlu menulis tentang mereka sedikit. Karena juga di acara itu, saya ya senang juga memotret mereka. Kebawa suasana. Terasa mood jadi terbentuk dengan perfectly. Enak aja memotret. Silahkan saja dilihat-lihat, karya jepret-jepret iseng saya.




Catatan saya adalah, saya rasa kita kekurangan grup-grup band rock sejatinya. Rock yang bukan heavy metal ya. Rock , ya seperti grunge gitu, yang memberi alternatif bunyian “keras” yang menyenangkan.
Yang baik dan perlu untuk ditonton. Bisa jadi, juga memberi motivasi bagi grup-grup rock lain, untuk bisa bersemangat berkarya, tampil ke depan,dan menghibur. Saya pribadi menganggap gup-grup dengan pilihan rock “berbeda” seperti Konspirasi, ga banyak. Padahal penting. Penting karena sehat. Sehat, berarti umur panjang. Korelasinya kok kemana-mana?
Percayalah, musik yang baik, bila terus menerus ditonton, didengar, dinikmati, berpotensi serius untuk melegakan pembuluh darah. Mencegah penyempitan di sana-sini. Ujung-ujungnya, bikin awet muda sih.




Bagus dong, Edwin, Marcell, Che dan Romy jadi awet muda, punya “playground” yang menyegarkan hati dan pikiran mereka. Begitupun halnya dengan penonton mereka. Itulah kenapa saya sebut di atas, bahwa Konspirasi tak hanya bagus, tapi juga penting. Kalau bagus sudah “berkawan karib” dengan penting, itu jadi alasan paling masuk akal sih, untuk jangan sampai ga dengerin mereka.
Setujukah? Saya percaya banyak yang setuju. Eh bukan hanya sebatas ans mereka belaka lho.... Sementara yang namanya penggemar mereka itu, pastinya jumlahnya lumayan. Lha, mereka masing-masing kan punya “rumah” yang fansnya banyak.
Saya hanya berpikir, maksudnya sih berpesan, ada baiknya lebih banyak tampil. Dimana-mana. Supayan enerji positif yang mereka hasilkan dan semburkan ke khalayak, bisa dirasakan dan diterima lebih banyak lagi orang.
Sound rock seperti Stone Temple Pilot, Pearl Jam, Soundgarden sampai Nirvana, pada perjalanannya kan pernah mewarnai dengan lebih jelas, dunia musik. Menginspirasi begitu banyak orang dimana-mana. Di seluruh dunia. Termasuk Indonesia.
Kalau lantas timbul dengan lebih bersemangat, dengan pola reinterpretasi yang “berbeda”,kayaknya ga ada salahnya. Ya pasti ga salahlah. Malah lebih bagus dong. Saya lihat sisi positifnya adalah, so pasti musik-musik alternatif bertumbuhan, bermunculan dan memperkaya khasanah musik.





Fans musik jadi memperoleh lebih banyak pilihan. Yang pasti, tantangan terberat buat keempatnya adalah, perkara menyiasati waktu, perhatian, konsentrasi mereka kepada Konspirasi dan grup ataupun karir musik mereka yang lain. Itu sih kasarnya ya, “problem lo”. Problem?
Saya ragu dong, kalau lantas Konspirasi menjadi problem untuk mereka masing-masing? Kalau jadi problem, maksudnya malah menambah persoalan, mereka kayaknya ga mungkin bisa menapai umur sampai 10 tahun. Bener ga?
Saya pengen bisa menulis mereka dengan lebih daleeem lagi. Tapi nantilah. Akan ada waktunya. Tapi eh itu seru juga ya, bisa menulis atau bercerita lebih panjang tentang mereka. Tentang single-singlenya. Tentang album-albumnya. Tentang rencana-rencana mereka 10 tahun kemudian. Bahkan 15 tahun nanti. Atau, bahkan sampai 20-an tahun lagi.
Good Luck Konspirasi! Keep rockin, dude.... /*








Thursday, October 18, 2018

Gala Dana 18-an Milyar untuk Sulawesi Tengah




Inilah INDONESIA yang sebenarnya!
Itu teriak MC, yang saya lupa nanyain namanya. Maksudnya, Indonesia sejati yang peduli dengan sesama. Mencintai dan memerdulikan akan apa yang dialami saudara-saudara sebangsa setanah airnya.
Indonesia adalah satu. Satu adalah Indonesia. Dan begitulah seharusnya. Peduli dan menghargai sesama. Bergotong royong dengan sukacita, menyumbang sebisa mungkin untuk saudara-saudara. Karena, kita memang Indonesia.
Begitulah yang terjadi pada perhelatan bertajuk Gala Dana 100 Biduan-100 Hits. Beberapa waktu lalu di Lippomall Kemang. Memang ada 100an biduan, bahkan lebih. Biduan-biduan top ibukotalah, pastinya. Membawakan beragam hits, alias lagu-lagu yang pasti dikenal luas oleh publik.

Mereka, para biduan, juga sangat penting “saham”nya, sehingga terjadilah peristiwa kepedulian sosial yang terbilang fantastis itu. antastis dan membuat takjub, karena dana terkumpul sampai menembus angka 18 Milyar rupiah! Masya Allah.
Tentu saja,acara tersebut bertolak dari ide dan gagasan. Sepengetahuan saya, ada lontaran ide dari Donny Hardono, yang adalah pemilik DSS Sound System itu. Salah satu vendor sound, beserta backlines, terkemuka Indonesia. Dan Donny Hardono juga memimpin sebuah grup band, Audiensi Band.
Perihal Audiensi, ini band ternama dan mungkin teratas saat ini, dalam urusan mengiringi penyanyi. Penyanyi dari segala genre, dari bermacam-macam warna musik. Band lengkap dan solid, yang buat banyak penyanyi itu, kalau diiringi Audiensi mah jaminan...nyantai, pasti pas. Macam yakin golagokin pak musikin tukang mesin lah”.



Jadi bagaimana kalau Audiensi mengiringi 100-an penyanyi dengan 100-an hits? Itu bakal menjadi catatan rekor dunia. Sehari penuh! Itu ide dasar. Yang secara kebetulan dan pas, namanya semesta memang merestui kelihatannya, ada seorang Kadri Mohamad juga mempunyai ide. Bagaimana kalau kita kembali menunjukkan kepedulian atas musibah gempa bumi di Donggala, Palu, Sigi dan kawasan Sulawesi Tengah.
Kadri, dikenal sebagai rocker cum lawyer. Dan sekaligus koordinator dari komunitas biduan Indonesia. Donny Hardono punya band, Kadri punya pasukan biduan! Dipertemukan oleh musibah gempa bumi, yang menyebabkan porak porandanya Sulawesi Tengah. Begitu banyak masyarakat di sana yang terdampak bencana gempa bumi, yang sangat memerlukan pertolongan.



Saat musibah Lombok, Kadri juga ikut menjadi inisiator malam dana, antara lain bersama Glenn redly beserta jurnalis, Adib Hidayat. Tentunya, Kadri juga mengajak serta kaum biduan tersebut.
Dua sosok itupun lantas dibantu kanan-kiri, bahkan atas bawah. Macam-macamlah, ada dari Iluni-UI. Ada juga dari badan sosial baru, yang bergerak untuk kepedulian atas masyarakat terdampak musibah bencana alam, awalnya di Lombok pada beberapa waktu lalu. Belum lagi juga ada tokopedia, kitabisacom. Sampai Badan Ekonomi Kreatif. Ditambah dengan NetTV. Mereka semua bersekutu. Jadi deh!
Bentuk kepedulian sosial kaum musik Indonesia itu wujudnya adalah sebuah pergelaran panjang, dari jam 13.00 teng. Dan berakhir menembus pukul 23.00 WIB. Memang ratusan penyanyinya, dengan ratusan hitsnya. Panjang, lama, dan hasilnya ya itu tadi, dana terkumpul hingga 18 Milyar lebih!



Memang inilah harusnya Indonesia kita. Gotong royong, mempunyai jiwa kepedulian sosial tinggi. Kaum musik Indonesia sudah pernah membuktikan gerakan serupa. Misalnya dulu saat Aceh ditimpa musibah gempa dan tsunami, sekitar tahun 2005, dibuat pergelaran Konser Dana begitu. Tempatnya di Panggung Bende, Taman Impian Jaya Ancol. Ratusan musisi dan penyanyi yang terlibat.
Saat itu, seingat saya, ide dan gagasan datang dari asosiasi menejer artis Indonesia. Bekerjasama juga dengan para show dan stage management Indonesia. Didukung pula oleh para event organizer dan promotor showbiz.
Saya juga di sekitar tahun itu, konteksnya sama kepedulian atas musibah gempa dan tsunami di Aceh, pernah ikut terlibat dalam acara serupa. Salah satunya acara yang menghimpun para musisi dan penyanyi jazz, terlaksana atas ide Dwiki Dharmawan. Diadakan di Graha Bhakti Budaya.
Waktu itu saya bersama Donny Hardono juga, menjadi koordinator pelaksana acara tersebut. Yang lantas bersambung, setelah juga Padang berlanjut ke Jogjakarta dan Jawa Tengah, mengalami musibah gempa bumi juga. Jadi ada serangkaian konser pengumpulan dana, yang melibatkan para musisi dan penyanyi jazz saat itu.




Satu lainnya, bersama sahabat baik saya, alm. Wawan Djuanda, membuat pergelaran serupa di Hard Rock Cae mengundang beberapa grup band juga. Seingat saya ada Kotak dan Kapten, dari ajang kompetisi Dream Band di TV-7. Discus, Jaque Mate, Melanie Subono. Satunya lagi, Kahitna.
Musibah tsunami Aceh, seperti memicu akan gerakan sosial begitu, ramai-ramai berempati dan bergerak mengumpulkan dana dari seluruh masyarakat. Demi membantu meringankan beban saudara-saudara yang menjadi korban bencana itu.
Ada beberapa acara serupa, paska musibah dahsyat tersebut, yang ternyata memakan koran meninggal hingga ratusan ribu orang itu. Dan peristiwa budaya berdasarkan jia sosial tersebut, lantas berulang di hari-hari ini.





Menarik bahwasanya, kalau mengumpulkan dana, memang kudu dipikirin potensi dana yang bisa terkumpul. Karena mungkin akan terlihat, “rada sia-sia” kalau lantas sudah melibatkan banyak musisi, penyanyi bahkan juga tenaga show dan stage management, ternyata hasil dana terkumpulnya relati “kecil”.
Walaupun memang, kecil ataupun besar, tentu saja terpenting adalah kesepakatan bersama untuk beramai-ramai ikut menunjukkan kepeduliannya. Momentum kumpul-kumpul, bersepakat berbuat sesuatu untuk saudara-saudara kita sendiri itu, adalah jelas menjadi nilai tambah tersendiri.
Makanya, pada setiap malam amal begitu, biasanya dipikirkan untuk mengundang tokoh-tokoh ataupun figur-figur penting, yang memang dermawan. Sudi untuk berbagi akan kelebihannya, membantu berdonasi degan sukarela  Tidak berhenti hanya dengan mengumpulkan banyak orang saja, yang sebagian besar malah para penyanyi dan musisi yang terlibat saja.




Dari perjalanan dunia musik Indonesia, konser pengumpulan dana yang telah digelar selama ini, memang “rekor” adalah pencapaian milyaran rupiah di Gala Dana 100 Biduan tersebut. Apalagi memang lantas tercatat pula rekor, bahwa Audiensi menjadi grup band yang mengiringi begitu banyak penyanyi. Rekor dunia lho!
Seluruh pihak yang terlibat, dalam semua peristiwa sosial tersebut, rata-rata terjun langsung secara sukarela. Probono, istilahnya. Jiwa sosial begitu tinggi,membuat paling tidak para musisi dan penyanyi semangat untuk ikut terlibat. Tapi dengan tanpa pamrih, sukarela dengan penuh sukacita.
Acungan jempol dong pastinya, untuk gerakan seperti itu. Mereka semua menunjukkan jiwa sosialnya dengan antusias. Peristiwa kumpulnya sampai lebih dari 100 penyanyi seperti itu, sebagian ada juga grup band atau grup vokal, itu aja peristiwa langka lho!
Well, karena kerjasama, karena sinergi atas nama kepedulian sosiallah, peristiwa tersebut bisa tercapai. Semua pihak yang terlibat, semuanya mempunyai saham untuk kesuksesan acara itu.






Acara berlangsung lancar, dari awal hingga akhir. Dan dengan kemampuan mengumpulkan dana yang lumayan besar begitu.
Kalau di sekitara 2005an itu, saya memang terlibat penuh. Tapi untuk acara kemarin, saya hanya datang untuk menonton saja. Demikian pula saat acara konser dana untuk Lombok di Citos sebelumnya. Datang, menonton dan ..... iseng memotretlah.
Memotret ratusan penyanyi gitu, itu juga terbilang langka. Pentinglah untuk menambah koleksi foto-foto kan? Kapan lagi? Jarang-jarang ada lho. Makanya saya terpanggil untuk datang.
Dan buat saya, acara kemarin aduh...memang memancing dedikasi ekstra, cuy! Yaeyalaaaah....mengatur seratusan penyanyi itu,sejatinya ga gampanglah. Bermacam-macam “romantika” yang terjadi. Artis penyanyi datang terlambat, artis penyanyi ada yang datangnya kecepatan jadi mulai gusar karena menanti lama. Atau, penyanyi yang minta buru-buru tampil, karena ditunggu show lain di tempat lain.






Penyanyi yang rada malas kalau harus tampil kelewat malam. Belum lagi, yang lucu-lucu misal mencari-cari penyanyi-penyanyi tertentu yang belum begitu populer. Mukanya ga atau ya belumlah dikenal, jadi cari-cari, tanya sana-sini. Telephone aja kan bisa? Iya, kalau telephonenya pas ga akti? Seru dong!
Seru dan melelahkan. Melelahkan tapi mengasyikkanlah. Paling tidak, menjadi sebuah catatan “manis” pernah terlibat dalam sebuah peristiwa musik penting. Masuk dalam bagian sejarah lho!
Aduh banyak banget yang tampil kemarin itu. Coba ya, saya ingat-ingat ada pembukaannya ya Akhman dari Audiensi. Lalu Budi Cilok, Harvey Malaiholo, Debsky Lango, Deddy Dhukun, Ariyo Wahab, Ervin Edane, Prass Audiensi  bersama komunitas IKi, Renny Djayusman, Sylvia Saartje, Amiroez, Trison, Boym Seurieus, Irang, Lady Avisha, Yevie Nabella, Bangkit Sanjaya, Amank Syamsu. Lantas Rio Febrian, Bondan Prakoso, Oppie Danzo.






Siapa lagi ya? Ermy Kullit, Dina Mariana, Dany JavaJive, Sandhy Sondoro, dr. Tompi, Bertha, Sarwana-Nina Tamam-Dea Mirella (ex Warna), band Ungu, duet Susie Legit dan Iis Dahlia. Belum lagi ada Ariel Noah, Rian dMasiv, HiVi Band, Bonita, Kadri-Jimmo, Inul Daratista sampai ada juga 3Diva yaitu Titi DJ, Ruth Sahanaya dan Kris Dayanti. Belum lagi ada Purnomo Sikas, Restu Fortuna, Mus Mujiono, JMono.
Kemudian juga Hedi Yunus, Mario Kahitna, Lea Simanjuntak, Astrid, Yura Yuniar, Once Mekel & Ian Antono, Maudy Ayunda, JFlow, Dira Sugandi, Raisa, Reza Hernanza-Rieka Roslan, Bams, Ikang Fawzy, Jelly Tobing. Dan lain-lainnya.
Dan kembali lagi tampil, Elek Yo Band. Band yang isinya para menteri kabinet pemerintahan sekarang, yang tetap jadi andalan untuk dapat menggelembungkan pencapaian dana. Elek Yo Band kembali diperkuat oleh Yuni Shara.
Tapi dengan formasi lebih lengkap lagi karena kembali didukung Teten Masduki, selain ada menteri Puan Maharani. Ditambah, dubes Republik Indonesia untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya.








Karena lagi-lagi menjadi penampilan sangat istimewa, tak heranlah Elek Yo Band itu, memperoleh porsi waktu tampil yang lebih “lapang”. Kalau setiap penyanyi hanya memperoleh jatah 1 lagu saja, Elek Yo Band memperoleh kesempatan hingga sekitar 5 lagu.
Acaranya memang dimulai pas, on schedule, jam 13.00 teng. Dan bener-bener melelahkan. Paling ga, buat saya ya. Tapi saya aja capek dan...sampai merasa “jenuh”. Lha gimana para personil Audiensi Band yang harus main nyaris non-stop, hanya ada jeda pas Sholat Maghrib?
Iya saya kecapekan sendiri. Makanya, sekitar jam 21.00an gitu, saya putuskan balik ah. Asli, udah kecapekan. Habis enerji, padahal udah minum macam-macam. Hehehehe. Saking lelahnya, sampai udah ga ada niat untuk memotret lagi!











Sayapun segera mengajak pulang istri saya, yang syukurlah setuju. Acara masih berlangsung, kamipun sudah meninggalkan Kemang Village, nama lain dari Lippomall Kemang.
Alhamdulillah acara bisa berlangsung ya. Dan lebih bersyukur atas pencapaian dana yang lumayan besar itu, yang memang sebelum acara saja sudah terkumpul lebih dari 5 milyar lewat kitabisacom dan tokopediacom.
Semoga saja, semua dana terkumpul akan dapat sepenuhnya membantu saudara-saudara kita melewati masa-masa sulit, paska gempa bumi yang harus mereka alami itu. Pada akhirnya memang, dana sebesar itu tentunya harus bisa diorganisir sebaik mungkin, agar sampai pada tangan yang berhak menerimanya.






Pengelolaan dana kemanusiaan itu, memang kudu hati-hati. Itu juga menjadi sebuah pekerjaan berikutnya, yang tak kalah pentingnya.
Semoga penderitaan akan segera berlalu. Kirim doa selalu, agar saudara-saudara di sana bisa melewati “badai” yang mereka alami. Semoga saja, tak ada lagi musibah-musibah lain dimanapun di bumi Nusantara tercinta ini.
Segeralah Sulawesi Tengah pulih seperti sediakala dan bangkit kembali! /*

Dan foto-foto lainnya....



















Inilah Elek Yo Band....









Dan terakhir, inilah grup band yang akhirnya mencatatkan rekor dunia, sebagai band pengiring yang mengiringi penyanyi terbanyak dan..."terlama", Audiensi Band!