Terkadang seseorang
malu mengungkapkan apa sesungguhnya yang mau disampaikan pada orang orang yang
dicintainya, seseorang telah merubah hidupnya secara tidak langsung, takut akan
kehilangan, malu akan penolakan dan berbagai alasan yang menyatu dalam pikiran
dan perasaan manusia.
Begitu katanya, pada
satu ketika. Eh maksudnya, itu yang dia katakan pada satu waktu, kepada sebuah
media online. Kebetulan saya sempat baca. Ya ga omong langsung dengan saya sih.
Kami bertemu,
ngobrol kesana kemari sih, pada suatu malam, beberapa waktu lalu. Di pinggiran
kawasan perumahan di sebelah selatan ibukota, yang sebenarnya sudah masuk
wilayah Tangerang Selatan. Kedai kopi itu, pada malam itu tak terlalu padat.
Pilihan tempat
ideallah, karena masih di kawasan yang tak begitu jauh dari kediaman masing-masing.
Adalah sahabat baik, bisa disebut tetangga kami juga, yang berinisiatif
menggalang pertemuan malam tersebut. Saya jadi datang dengan istri tercinta, bertemu
dengan sahabat baik saya yang sangat “Suroboyo”-an itu bersama si....kalem dan
senyam-senyum terus itulah.
Ia bilang, baru
merilis single. Single dululah, untuk
masa sekarang, ucapnya. Dicoba saja dengan single, album insha Allah menyusul,
materi sih sudah siap. Dan ada pergeseran yang cukup signifikan pada pilihan
musiknya, untuk singe terbarunya itu.
Ia mencoba
mengakrabi warna bernuansa kental electronic
dance music. Sesuatu yang sangat berbeda, dari apa yang selama ini ia
terbiasa tampilkan. Imagenya dia kan
gimana ya, pop, santai, ada yang agak ngerock tapi tetap poppish, sebut saja begitu. Bertopi, jeans. Relax and enjoyable. Beraninya....
Tapi ah buat saya
sih masuk akal, kalau sesekali seorang penyanyi mengikuti arus. Toh apa yang
dikonsumsi kuping, mata dan hatinya saat ini, bebunyian seperti itu. Kalau
lantas ia terpengaruh, ga ada dosanya sih. Yang penting, karya lagu itu, bagus
adanya.
Bagus itu juga
relatiflah ya? Tergantung seleralah. Saya lebih melihatnya, ia serius juga. Ia
pahami arah langkah kakinya, tujuannya, maksudnya apa dengan terjadinya
pergeseran musik tersebut. Well, sejauh ia sadari betul, it’s ok bro!
Itulah keterangan
mengenai maksud dan tujuan lagunya, seperti yang saya sengaja dengan “usil”nya
mengutip dari sebuah situs musik. Sebelum ini sesungguhnya, saya cukup mengenal
penampilannya. Tak terlalu akrab, tapi lumayan tahu deh gitu. Ada ciri
tersendiri sebenarnya.
Semoga saja warna
musik yang berbeda, di lagu terbarunya, tak menghilangkan cirinya tersebut.
Hmmm, cara menyanyinya sih tetap sama. Itu yang coba dipertahankannya,
kemungkinan begitu. Sejauh ini, buat saya mah....aman bro.
Menjadi modern dan
lebih kekinian, ah ya bukanlah salah kok. Biasa banget buat dunia musik kita.
Kepengen tetap eksis, dan lebih terkesan bergaul dan menyikapi apa yang terjadi
di pasar saat ini kan?
Ok sebelum terlalu
jauh ya. Pemuda yang suami dari Astrid dan ayah dari Agil Cahaya dan Abdul
Rahman Khairan ini kelahiran Makasar 1 September 1977. Ia adalah putra dari
alm. Ilyas Iskandar dan Nancy Ilyas.
Ia menghabiskan masa
sekolah dulu di Makasar, dengan bersekolah di SDN 01 lalu ke SMP Kartika
Chandra dan lanjut ke SMAN Makasar. Ia
kemudian memilih masuk Universitas Hasanudin, dengan mengambil jurusan sosial
politik. Bertinggi 173 centimeter dan dengan beratnya 60 kilogram.
Mau tau ga, siapa
yang paling menginspirasinya sebagai penyanyi? Ia langsung menjawab, Bono dan
dengan U2 nya! Tapi ia bilang, sebenarnya banyak sih, cuma yang paling menonjol
itu memang U2.
Ia juga menyebut
nama Freddy Mercury dan Queen, yang ikut memberi inspirasi buatnya dalam
bermusik dan bernyanyi. John Lennon juga. Kalau dalam negeri, yang terutama
adalah Iwan Fals.
Kalau lagu yang
paling memberi inspirasi buatnya? Ia menjawab cepat, ‘Bintang Kecil’. Ia
dengerin dan nyanyiin terus waktu kecil soalnya. Ia nambahin lagi, banyak
lagu-lagu U2 juga menginspirasinya, karena lirik lagunya dahsyat.
Mau tahu dong,lagu
pertama yang paling dihafal dan dinyanyiin di depan umum? Ia menjawab, ‘Kalian
Dengarkan Keluhan’, lagunya Ebiet G. Ade. Ia bercerita, ia nyanyikan lagu itu
waktu ada acara pameran pembangunan yang diadakan oleh Departemen Penerangan.
Ayahnya memang berdinas di kementrian itu.
Eh iya, waktu
kecilnya dulu, ia juga mulai suka dengan lagu-lagunya Beatles. Terkesan simple-simple dan langsung mengena di
hatinya.
Apa lagi, yang
pengen diketahui dari dia ya? Masih soal musiklah ya. Eh album pertamayang
dibelinya, inget ga? Ia menjawab, album 1910 nya Iwan Fals, versi kaset. Ia
beli karena ada lagu terfavoritnya, ‘Buku Ini Aku Pinjam’.
Tapi, omong-omong
siapa sih tokoh tertentu, yang jadi idolamu, bro? Ayahku sendiri, jawabnya. Karena
ayah paling sabar dalam mengarahkan anak-anaknya. Dari ayahnya ia belajar
mengenai konsistensi dan loyalitas. Dan tak lupa berpegang pada keyakinan beragama.
Ia mengingatkan, kerjakan segala sesuatu dengan sepenuh hati.
Dulu itu, memang
pengen berkarir di sospol ya, kok pilih jurusan itu waktu kuliah? Ia tergelak!
Ga juga, ya masuk aja. Tak ada kepikiran apapun, masuk karena keterima aja di
fakultas itu. Katanya lagi, dari dulu cita-citanya sih jadi penghibur kok....
Bagaimana dengan
istri dan anak-anakmu, bro? Baik-baik saja semua. Istriku selalu mensupport
penuh kegiatan bernyanyiku. Juga anak-anakku. Yang pertama itu, sudah 10 tahun
usianya, kayaknya punya bakat menyanyi tapi masih belum berani tampil. Yang
kedua, umur 5 tahun. Keduanya suka kok mendengarkan lagu-lagu yang ayahnya
nyanyiin.
Sebenarnya ya bro,
ada ga cita-citamu yang tertinggi dalam bermusik. Ya bisa disebut, target
utamamu untuk masa depanmu gitu. Jawabnya, ia hanya ingin tetap bisa terus
berkarya dam memberikan karya-karya terbaiknya yang berguna bagi banyak orang
dan dikenang oleh jaman. Semoga juga, karya lagunya dapat menjadi bahagian dari
perjalanan hidup banyak orang.
Well,kalau ditanya gini,
orang paling berjasa dalam membentukmu menjadi penyanyi dan penulis lagu
seperti sekarang ini? Dewiq,
jawabnya yakin! Kenapa bro? Karena ia yang banyak memberikan semangat untuk
terus berkarya, teristimewa pada awal dulu ia masuk ke industri rekaman.
Aha, cukup sekian
dan terima jadi? Eh terima kasih. Belumlah. Sekedar mengingatkan saja nih, ia
pernah belajar memperdalam vokal dengan Otti Jamalus dan Doddy Katamsi lho.
Bakat musiknya sendiri sih otodidak.
Diskografinya, ini
bukan disko-disko mana saja yang pernah dia masuki lho! Hehehehe. Ia pernah
merilis album Air Mata Band
bertajuk, Mata Air lewat Universal
Music Indonesia, di tahun 2004. Ia juga merilis single, ‘Salah’ lewat Trinity
Optima di 2007. Lagi itu masuk di soundtrack film, Coklat Stroberi. Lalu album Terus Bersinar, dengan singlenya, ‘Kau
Cantik Hari Ini’, dirilis oleh Aquarius Musikindo di 2008. Lewat label sama ia
melepas single, ‘Muhammad’ di tahun 2009.
Kemudian masih
dengan label yang sama juga, ia merilis single lain,’Siapakah Dirimu’ di tahun
2009. Pindah label ke Lobrecords, merilis single berikutnya, ‘Perjalanan’ di
tahun 2012. Dilanjutkan lagi oleh single, ‘You Are’, masih dengan labelnya
sendiri itu.
Pada perjalanan
bermusiknya itu, ada peran Pay bip
juga yang selalu mendukungnya. Serta juga Fadly
PADI, yang bertindak sebagai produser di singlenya.
Ia lantas
menghasilkan, ‘Aku Ingin Pulang’ di tahun 2016. Dan sampailah pada single, ‘Wajahmu
Tak Bisa Aku Lupakan’ yang bersuasana riang gembira, dengan warna EDM tersebut. Single itu dirilis belum
lama ini di tahun 2017.
Oh ya, catat juga,
karir musik lainnya. Ia juga cukup produktif sebagai penulis lagu. Antara lain,
ada ‘Berakhir Indah’ di tahun 2010. Diikuti, ‘Kisah Kita’ di tahun 2013, yang
dinyanyikan oleh Ari Lasso.
Ia juga menulis
lagu, ‘Bintang di atas Langitku’ yang dinyanyikan oleh Rita Effendi. Lanjut
dengan,’Look at Me’ untuk Titi Kamal. Ada juga, ‘Andai Ku Harus Memilih’, yang
dinyaikan oleh Ady Naff. Dan ada lagu-lagu lain, untuk penyanyi yang lain juga.
Ok, berhubung kopi
dalam cangkir kita masing-masing sudah tandas. Jampun sudah jelang tengah
malam. Kami saat itu menjadi tamu terakhir di kafe kecil yang lumayan cozy itu.
Orang kafenya sudah mulai beberes,jam
kerja sudah berakhir kan?
Ya ga enak aja dong,
kalau terus ngobrol, merokok, bercengkrama. Kamipun dengan sangat terpaksa
menyudahi pertemuan santai itu. Well, trims yo istriku yang mau menemani
suaminya yang seneng ngobrol ini. Hihihihi.
Matur suwun juga
sahabatku, Prasiddha yang arek
suroboyo itu, yang menjadi penggagas pertemuan itu. Sungguhpun bukanlah,
pertemuan khusus yang istimewa gimana sih. Untuk silaturahmi saja, sebagai sesama
anggota Robin alias...Rombongan Bintaro.
Well, terima kasih
banyak untuk waktunya ya, Lobow Ilyas.
Sudah mau berbagi cerita, memperdengarkan singlenya. Lalu lanjut ngobrol via text-messaging di hape. Salam hormat
untuk istri juga anak-anakmu. Sukses selalu bro....
Walau ya, Wajahmu
Tak Bisa Aku Lupakan, ceileeee....
Hahahaha. Kayaknya kan, lebih sah dan afdol, kalau album bisa dirilis juga.
Sudah saatnya, rasanya sih gitu. Lagu-lagumu kan banyak tuh. Sampai ketemu
dengan cangkir-cangkir kopi yang lain....Atau, gimana dengan sebuah showcase?
Ok bro, see you when I see you! /*
Foto-foto koleksi Lobow Ilyas, retouched by Gideon Momongan |