Kali
ini, saya hanya bermaksud memperlihatkan foto-foto dari acara Konser Badai Pasti Berlalu plus. Yang diadakan
pada hari Minggu, 6 November silam. Mengambil tempat di Grand Pasific Hall.
Dimulai pada jam 20.15 wib.
Sebagian
besar adalah foto-foto panggung. Tak dapat memotret dengan leluasa seluruh
penyanyi yang tampil. Dikarenakan untuk acara di Yogyakarta ini, saya memang
diminta untuk menjadi “pelayan” atawa “pengasuh”, eh ga tahu ya ini tepat ga
istilah itu. Tapi kira-kiranya memang seperti itulah. Tepatnya posisi saya
adalah Talent Coordinator kali ini.
Jadi, posisi harus lebih banyak di backstage.
Ga mungkin dong, bisa leluasa jeprat-jepret?
Saya
sudah menuliskan, lantas tulisan itu di upload
pula di website saya ini, mengenai
gambaran konser tersebut. Jadi memang ditulis sebelum acara Yogyakarta itu
diadakan. Maka ga kerenlah kiranya, kalau saya banyak menuliskan lagi soal
konser tersebut.
Ah
ya sudah, saya pilih berbagi saja beberapa karya jepretan saya, di waktu yang
sangat terbatas itu. Harus ada sedikit “capek”, lari ke depan stage sesaat, jepret beberapa kali, lalu
kudu balik lagi ke balik panggung.
Yang
perlu diketahui, para pendukung acara tersebut, dan dengan catatan lagu yang
dibawakannya masing-masing adalah sebagai berikut : Opening adalah duet Andy /rif dengan Kadri Mohamad, membawakan, ‘Jurang Pemisah’. Disambung Fryda Lucyana, yang berduet dengan
Yockie Suryoprayogo membawakan, ‘Dalam Kelembutan Pagi’.
Fryda
masih memperoleh kesempatan lagi, satu lagu lain, ‘Rindu’.Saat Fryda silam,
muncullah Bonita Adi, membawakan, ‘Semusim’.
Tambahan
catatan, untuk mengingatkan, ini kali pertama Bonita ikut dalam rombongan Badai
Pasti Berlalu plus. Seperti yang telah diketahui, konser ini sebelumnya bernama
LCLR plus. Tetap mengetengahkan
karya-karya emas seorang Yockie
Suryoprayogo, yang juga menjadi leader
dari band pengiring.
Oh
ya sebelum melanjutkan penyanyi lain, dengan lagunya, kayaknya tak salahlah
kalau diketahui juga siapa musisi pendukung acara di Yogya ini. Pada bass, juga
co-leader dan arranger adalah Indro Hardjodikoro. Kembali ikut Sigit “Didiet” Arditya, violinist. Kibor tetap dipegang oleh Vegri “Eggy” Harindah Husain.
Gitar tetap dimainkan oleh Yankjay Naki
Nugraha.
Ada
musisi yang baru pertama kali bermain untuk BPBplus ini yaitu, Raynald Prasetya, drummer muda yang
baru berusia 19 tahun. Pendukung lain, 2 orang backing vocal, yaitu 2 penyanyi cantik, Mery Lastrianta dan Dewi
Sartika Fadillah.
Ok deeeeh
temans semua. Lanjut lagi ke para penyanyi, sekaligus songlist yang dibawakan. Kadri Mohamad naik panggung lagi. Kembali
berduet, kali ini dengan musisi kawakan, yang juga penyanyi, Benny Soebardja. Duet itu membawakan, ‘Apatis’.
Selanjutnya
Yockie Suryoprayogo sendiri, tetap bermain keyboard set, sambil menyanyikan, ‘Citra
Hitam’. Berikutnya giliran, Keenan
Nasution dengan, ‘Nuansa Bening’. Setelah Keenan Nasution, lantas Louise
Theresia Hutauruk, membawakan lagu, ‘Khayal’.
Sehabis
itu, tampil Dian Pramana Poetra,
yang muncul dari antara penonton. Dian membawakan 2 lagu, ‘Selamat Jalan
Kekasih’ dan ‘Kau Seputih Melati’. Giliran selanjutnya adalah, Sarah Andjani membawakan,’Hasrat dan
Cita’. Sarah adalah putri dari Yockie Suryoprayogo, yang mempunyai warna vokal
unik.
Kemudian
ada Gilang “Idol” Samsoe. Gilang juga membawakan
berturut-turut 2 buah lagu, ‘Resesi’ dan ‘Angin Malam’. Pada lagu ‘Angin Malam’,
tampil juga kibordis, yang juga penulis lagu tersebut, Debby Nasution.
Siapa
lagi? Masih ada yang lain. Bonita, kembali muncul, kali ini menyanyikan,’Merpati
Putih’. Kemudian ada lagu, ‘Kala Sang Surya Tenggelam’, yang dinyanyikan Pongki Barata. Ini penyanyi yang antara
lain, mulai dikenal di dunia musik dari kota Yogyakarta.
Pngki
yang kini berdomisili di Bali itu, lalu bernyanyi trio. Ia ditemani Bonita dan
Andy rif, untuk bersama-sama menyanyikan, ‘Percayalah Kasih’.
Seelah
itu, Andy /rif menyanyikan secara solo, ‘Anak Jalanan’. Setelah Andy turun
panggung menuntaskan pentasnya, giliran berikut adalah, Ariyo Wahab. Ariyo Wahab, vokalis dari The Dance Company dan SOG
(State of Groovy) itu, membawakan, ‘Serasa.
Nah
lagu ‘Serasa’, bisa disebut lagu disko pertama Indonesia yang masuk dalam album
fenomenal Badai Pasti Berlalu keluaran 1977 itu. Dan perlu diketahui, lagu
tersebut, seperti juga, ‘Percayalah Kasih’, baru pertama kali ini dibawakan.
Jadi kota Yogyakarta memang cukup “diistimewakan” pula.
Sebelum
masuk Yogyakarta kan, konser ini sudah digelar di Jakarta, Bandung, Surabaya
dan Malang. Kedua lagu tersebut, belum pernah dibawakan. Dan eh catet juga yeeee, bahkan juga Ariyo Wahab
dan Pongki Barata, memang baru pertama kali pula terlibat dalam konser “serial”
tersebut. Yesss, yoih sama kayak
Bonita.
Balik
deui ke lagu. Ariyo masih punya
kewajiban berikut, membawakan, ‘Juwita’. Tugas Ariyo kayaknya memang itu, “bangunkan”
semua penonton dan ajak mereka lebih sukacita, nyanyi bareng dan bergoyanglah!
Sukseskah? Tanyain deh kepara penonton konser itu sendirilah....
Acara
belum berakhir lho. Masih ada Berlian Hutauruk! Berlian langsung mengharu biru penonton
dengan dua lagu yang menggetarkan, ‘Matahari’ disambung langsung dengan, ‘Badai
Pasti Berlalu’.
Selesai
deh. Eits, belumlah. Masih ada nih, satu nama lain lagi. Nama ini menjadi tokoh
utama lain konser tersebut, selain Yockie Suryoprayogo. Ia adalah sahabat dekat
Yockie, kawan terdekat dalam menghasilkan banyak lagu bersama-sama. Terutama
bekerjasama dalam menghasilkan album Badai Pasti Berlalu. Siapa lagi kalau
bukan, Erros Djarot.
Erros
membawakan lagu penutup, ‘Pelangi’. Dimana di penghujung lagu, seluruh penyanyi
yang telah tampil sebelumnya, kembali naik ke pentas. Baru deh konser akhirnya
selesai. Berapa lama tuh? Lupa mencatat benar-benar, tapi kira-kira sih hampir
3 jam. Maklumlah total 21 lagu, bray!
Eits,
lali saya! Ada juga pendukung acara
ini lho, yaitu pembawa acara, Bambang
Gundul. Yang nyatanya tidaklah gundul seperti saya perkirakan sebelumnya.
Bisa jadi, sebagian penonton juga mengira begitu kan? Ga ya? Eh masak sih, ga
mikir begitu? Oh udah kenal sebelumnya, paling ga ya sudah tahu beliau
sebelumnya? Hehehehe, pantas!
Acara
konser ini digelar bareng oleh KafispolGAMA serta Mahana-Live interact. Dan
tetap didukung DSS untuk keperluan sound
system nan dahsyat, serta backlines
nya.
Kalau soal jumlah penonton, terbilang lumayan juga. Cuma boleh ya, nuwun sewu, saya perlu kasih tahu juga. Gini nih, penonton
Yogyakarta bisa dibilang penonton terkalem selama konser serial ini diputar ke
beberapa kota.
Well,
nyanyi bareng sih mau. Tapi memilih tetap duduk manis saja, tak terlalu
kepengen berdiri. Apalagi untuk bergoyang. Bisa dibilang, penonton goyang
memang hanya pas Ariyo Wahab saja... Masih malu-malu?
Itulah
catatan tentang konser Badai Pasti Berlalu plus yang menyinggahi kota gudeg,
Yogyakarta pada awal November silam. Kemudian kota mana lagi yang akan
disinggahi? Menurut Yockie Suryoprayogo, Yogyakarta adalah kota terakhir untuk
Badai Pasti Berlalu plus. Pada tahun mendatang, besar kemungkinan nama konser
akan berubah. Ikut berubah pula sajian lagu-lagunya.
Akan
seperti apa sih? Sabar dululah. Sabar saja, sampai di tahun 2017 mendatang.
Cukup dulu ya. Sudah malam nih, pos ronda depan gang rumah saya, masih
kosong..... /*