Jadi kalau pemain harpa, harus perempuan? Dan,
harus cantik? Karena memang begitulah yang dilihat publik selama ini kan? Ussy
Pieters misalnya, berlanjut dengan Maya Hasan. Cantik, anggun. Bak apa ya, sophisticated appearance. Macam
begitulah.
Tak selalu perempuan. Ada kok harpis pria. Tak
hanya di luar negeri. Juga di Indonesia sini. Tapi memang yang lebih menonjol
adalah yang perempuan. Memang terlihat, harpa itu saja sudah tampak jelas
instrumen eksklusif. Dengan perempuan nan cantik, yang memainkannya. yang terasa anggun....
Donna Angelina Soegianto, adalah bisa disebut generasi kemudian dari harpist wanita di
Indonesia. Iapun lantas pada beberapa tahun belakangan, rajin muncul di banyak
acara usik. Pada konser besar, di sebuah venue megah misalnya. Antara lain
bermain dengan sebuah orkestra.
Atau berikutnya, malah ini yang lebih sering,
muncul di banyak program tayangan live
music di televisi. Ia mendukung aneka penyanyi sampai grup band ternama. Menjadi
bintang tamu. Membuka ruang untuk eksplorasi kolaborasi. Ia seperti menjadi pilihan prioritas.
Kesannya sih begitu. Mungkin karena memang tak banyak harpist di negeri ini?
Karena tak banyak, itu salah satu pertimbangan.
Tapi, kelihatannya yang utama adalah, harpist muda yang open mnd. Untuk mau
mencoba kolaborasi dengan musisi lain itu, nah itu mungkin tak ada. Donna
Angelina saja yang “nekad”!
Ibu muda dengan putranya yang belum setahun usianya
itu, memang mengakui ia sedikit nekad. Terakhir misalnya, ia berkolaborasi
dengan Noah untuk sebuah acara live di televisi. Dan ya, soal kenekadannya dan
bagaimana persiapannya menghadapi aneka kolaborasi itu, bisa disimak dan
dinikmati saja lewat tayangan video interview dengannya....
Saya mengenalnya sejak cukup lama. Saxophonist
senior, Arief Setiadi yang
memperkenalkan Donna kepada saya. Sebelum event Malacca Strait Jazz Festival di
kota Pekanbaru. Lalu sempat mengobrol, sehingga makin tahu siapa dia, selama di
Pekanbaru itu. Yang saya ingat betul,
ini ada harpist muda, cantik banget, orang Manado lagi. Elo harus kenal, man! Begitu kang Arief bilang soal
Donna, sebelum saya ketemu dengan Donna.
Arief membawa Donna untuk tampil dalam festival
tersebut. Setelah itu, ia terbang ke Korea Selatan. Memperdalam studinya
tentang perhiasan dan berlian. Bukan musik! Nah ini sisi menariknya soerang
Donna yang kelahiran Manado, 15 Maret 1982 ini. Ia tak hanya bermain musik
saja, tapi juga menjadi disainer perhiasan.
Dunianya pada saat ini memang perhiasan dan musik.
Eh iya, dengan keluarganya tentunya, di sisi lain. So, selain keluarganya tentu
saja, Donna pilih yang mana? Aha, sudahlah. Dengarkan dan tonton sajalah video
interviewnya dengan saya.
Ada satu hal yang saya tunggu dari seorang musisi
yang open-mind seperti Donna. Apa lagi kalau bukan, semacam kelanjutan dari
perjalanan bermusiknya. Album rekaman misalnya. Itu penting. Sebuah catatan
penting, dokumentasi pribadi yang bisa dinikmati publik. Artinya, bisa didengar
dan dinikmati lebih banyak orang.
Ya memang cantik saja mungkin tak cukup. Apalagi
memang punya bakat. Bakat yang dilatih dengan baik. Antara lain dengan
pergaulan yang tepat dan terarah. Donna punya kemauan relatif kuat, dalam hal
ini menyangkut akan dunia musiknya. Harusnya, karirnya terus dan terus. Seperti
juga karirnya sebagai desainer perhiasan.
Betul kan? Gimana Donna? Sementara itu, iapun juga
memang tetap meneruskan karirnya di dunia disain perhiasan. Dimana namanya juga
terus menaik. Ia makin dikenal. Perhiasan buatannya dipakai lebih banyak orang
lagi dan makin banyak orang lainnya lagi.
Karena musisi yang piawai menjadi desainer
perhiasan itu, coba sebutkan. Ada yang lainkah, sampai sejauh ini?
Sukses ya Donna! Salam untuk suamimu....
*DM
Check out the video on Youtube
1 comment:
The beauty of the space and food get 5 juicy stars. The place was built with class! I'm no critic, but this venue Houston TX makes you appreciate design and aesthetics. I went to two events here. Both times, I had a great experience.
Post a Comment