repost. Exclusive Interview ini, untuk NewsMusik. Sebelum Budjana lantas jadi rajin wara-wiri dengan aktifnya ke negeri orang, Amerika dan Eropa misalnya. Solo projectnya dengan cukup aktif dijalankannya, di sela-sela kegiatan dengan GIGI-nya. Terakhir ini, seperti yang kita ketahui bersama, ia juga tengah aktif menyiapkan museum gitarnya di Bali. Salah satu kegiatan utamanya, pada beberapa waktu lalu, mengumpulkan gitar-gitar para musisi internasional, dengan cara, mendatangi mereka satu persatu....
Mungkin
ini kesalahan saya, gak
pernah belajar Seni Tradisi ... gamelan atau tari, tapi saya sangat suka Musik
Tradisi...
I Dewa Gede Budjana, kelahiran Waikabubak pada 30 Agustus 1963.
Beristrikan Putu Borrawati, dan berputra 2 orang sekarang. I Dewa Mahavishnu
Devananda (10 tahun) dan I Dewa Shakti Dawainanda (6 tahun). Gitaris, dengan 7
solo albumnya ditambah sekitar 22 album dengan grup pop-rocknya, GIGI.
Masih ditambah album-album
rekaman lain yang pernah dihasilkannya bersama beberapa kelompok musik yang
pernah didukungnya. Antara lain ada Spirit
Band, Indra Lesmana Java Jazz, Trisum. Ia adalah salah satu gitaris
paling aktif saat ini. Dan lihat saja pada koleksi solo albumnya tersebut, yang
bisa disebut musisi dengan solo album terbanyak.
Sibuk, ya begitulah. Saking
sibuknya, memang rada-rada sulit untuk bisa “menyergap” lalu mengajaknya
berbincang-bincang panjang. Tapi Budjana, nama yang sudah akrab dikenal oleh
saya sejak pertengahan 1980-an. Dan catatan-catatan mengenai diri gitaris
berdarah Bali ini, waduh sudah bertumpuk dan berceceran.
Maka saya mencoba pendekatan
lain, untuk bisa “mendorong”nya untuk menjadi bahan tulisan di rubrik Exclusive
Interview ini. Supaya tak saling “mengganggu”, saya mengajaknya ngobrol via
email saja. Gile juga yak, sama-sama di Jakarta, susah ketemuan? Susah banget
ga juga sih. Ah gini deh, saya saja pilih cara ngobrol yang berbeda.
Kirim pertanyaan dan tunggu
jawaban. Memang menunggu lebih dari seminggu. Soalnya, saya kirim email saat ia
akan bersiap-siap menuju ke India untuk bersama grup musiknya tampil di sebuah
acara di sana. “Oh ya, gw besok ke Bali. Gw usahain bisa jawab di sana, malam.
Ingetin gw ya…” Begitu pesannya via whazzapp.
Saya ingatkan lagi pada 2 hari kemudian. “Budj,
gimana?” Tanpa menjawab, hampir masuk tengah malam masuk emailnya. Ia sempat
menulis message dalam emailnya itu, Dion Pertanyaanmu banyak bgt ya. Kayak mau Bikin buku aja. Ha ha ha.
Jawab saya, suwun yo, iya nanti bikin buku lagi aja….
Dan ini
mungkin tulisan saya yang ketiga, eh atau keempat ya, yang rada panjang tentang
sosok gitaris yang dulu pernah juara nyanyi ini. Dan dimuat di beberapa media,
yang memang pernah saya masuki. Well Budj, jangan-jangan musisi yang paling
banyak saya tulis dengan bentuk wawancara panjang begini, baru Budjana yang
kalau dikumpulin...bisa jadi bahan hampir lengkap untuk 1 buku. Hehehe.
Paling
menarik, saya masih sulit mengingat, kapan saya berkenalan pertama dengan dia.
Rasanya bukan di LMC tahun 1984, ketika dia dan Squirrel Band-nya menjuarai
ajang paling bergengsi itu. Bukan deh, saya nonton tapi ga ketemu atau ngobrol
dengannya. Mungkin di sebuah ajang bernama Pentas Prestasi Pemusik Jazz Muda
Indonesia, bulan Mei 1985, di Graha Bhakti Budaya, TIM.
Mungkin
saja di situ. Saat itu, Budjana muncul sebagai pengisi acara utama dengan Indra Lesmana EXIT Band. Budjana main
dengan Odink Nasution, Yuke Sumeru, Gilang Ramadhan, tentu dengan Indra Lesmana juga. Sebagian dari
personil Exit ikut menjadi juri pada kontes band (jazz) muda tersebut.
Dari situ,
mulai sering ketemu. Dan malah lantas langsung akrab, terutama ketika ada Stars Show Band, dibentuk oleh Seno Soegiarto di studionya, ATAKA di
daerah Pejompongan. Ini band disko-diskoan gitu. Dimana ada juga Roedyanto Emerald, Cendi Luntungan (drummer jazz laris), Angkie Bp (Black Fantasy). Lalu Oas Simanjuntak dengan vokalisnya, Grace Violetta, Helmie
Sungkar, Erry Wassal dan Titi DJ.
Saya sempat
ikut dalam menejemen grup total disco tersebut, yang saat itu melakukan show di
beberapa clubs di Jakarta dan
Bandung. Ya dari sejak itu, saya makin dekat. Kami biasa saling mengunjungi.
Saya sih yang lebih sering mampir di kamar kosnya di Pondok Jaya. Sering juga
jalan bareng untuk nonton show. Budjana masih memakai sebuah pick-up carry warna biru.
Kami juga
pernah jalan hingga Bali. Ceritanya, Budjana bersama Hydro Band main di Malang.
Dari Malang, kita berdua iseng sepakat, kita ke Bali aja yiuk, naik bis saja!
Oh ya Hydro Band itu, entertainer band
jazz-pop-rock, dengan Helmie
Indrakesuma, Ade Hamzah
(menggantikan Yuke Sumeru), Rudy Subekti,
Ocon. Vokalis waktu ke Malang ada
juga almh. Nita Tilana.
Dari
Malang, yang saya ingat Hydro pulang dengan honor tertunda lho waktu itu (!)
kita ke Surabaya dulu. Mampir nonton Emerald Band, yang main untuk meramaikan
final penyisihan Surabaya ajang Band Explosion (nama baru dari Light Music
Contest). Dari situ ke Bali. Denpasar, Klungkung lalu menikmati kesunyian
pantai Candidasa. Ada cerita “misteri” pada perjalanan menuju Candidasa...
Nanti sajalah diceritainnya ya.
Saya
sebenarnya, sempat lama tak berteu Budjana saat ia membentuk GIGI. Saya hanya
sempat melihat via televisi dan media-media lain. Agak kaget juga, kok nge-pop
malah. Tapi akhirnya saya sangat memaklumi. Ga papa juga ah, dan ternyata Gigi
jadinya memang bukan grup pop-rock biasa...
Ga heran
juga kalau satu ketika,Budjana di Amerika. Ia menulis surel ke email saya. Rada
curhat. Soal ia kepikiran tinggal sementara di sana, pengen studi musik. Dan ia
merasa jenuh dengan Gigi. Saya pahami betul, di sana juga kan ada sahabatnya,
Arie Ayunir. Pikir saya, ia terus mencari dan mencari nih....
Toh
akhirnya ia kembali ke tanah air dan meneruskan Gigi-nya. Beberapa tahun
kemudian, ia malah menikah! Pesta perkawinannya meriah di rumahnya di
Klungkung. Saya bersyukur, saya bisa datang. Ya sambil jalan-jalan dengan
keluarga dan teman-teman saya. Menginap di Ubud dan seharian kami menghadiri
pesta pernikahan Budjana dan Borrawati.
Saya
terharu juga melihat sahabat saya akhirnya....mau menikah juga! Bukan, akhirnya...laku.
Budjana sih laku terus. Hahahaha. Aneh juga ya, kok saya bisa terharu...ya
diem-diem.
Belakangan
ini, Budjana seringkali ketemu. Tapi ia punya “sifat” baru nih. Heran juga,
setiap kali mau show, terutama di Jakarta, ia selalu bilang...Nonton dong, Dion
nih ga pernah mau nonton gw. Padahal sering banget saya datang, menonton,
memotretnya. Iseng banget kan? Ia sering “mencolek” via socmed, tapi juga lewat whazzapp!
Ia memang
aktif. Kemana-mana. Dan saya memujinya, karena ia berhasil juga mewujudkan satu
demi satu mimpi-mimpinya. Ya bermain dengan para jazzer kelas dunia. Dengan
caranya sendiri, perjuangannya sendiri. Bukan karena ia mampu “mengundang”
mereka main dengannya karena iming-iming uang. Ia berjuang, nyaris sendirian,
terutama soal solo-solo projectnya.
Salah satu
kreatifitas lainnya, membentuk berbagai grup. Dan bermain dengan banyak musisi
muda di sini. Ia membentuk duo, dengan Tohpati,
sahabat sejak lamanya. Duo itu pertama kali main di Blackcat, Arcadia Senayan pada Januari 2011. Saat itu Budjana dan
Tohpati secara khusus minta tolong saya, untuk duo itu bisa tampil. Syukurlah,
saya bisa membantu mewujudkan keinginan mereka.
Budjana
juga membentuk Six Strings dengan
para gitaris teman-teman dekatnya. Aria
Baron, Andre Dinuth, Eross Chandra, Tohpati dan Baim.
Kabarnya Six Strings direncanakan bisa menghasilkan album rekaman juga. Ia juga
punya kelompok lain, “Nyanyian Dharma”
begitu nama proyeknya. Ada konser-konser eksotis di berbagai tempat eksotis,
selain album rekaman.
Ada Trie Utami, ikut mendukung Nyanyian
Dharma, yang menjunjung semangat kepedulian kebersamaan, menghargai perbedaan
dan keselarasan harmoni. Sisi spiritual Budjana yang berbicara kali ini. Oh ya
tentu saja juga sebelumnya, Budjana membentuk Trisum dengan Tohpati dan Wayan
Balawan, dengan menyertakan para musisi lain secara bergantian.
Ia juga membuat
buku. Sebuah buku gitar, berjudul Gitarku : Hidupku, Kekasihku. Lalu sebuah
buku yang berisikan sentuhan lukis dan ukir pada gitar-gitar koleksinya, dari
berbagai perupa dan pelukis kenamaan. Yang
didatangi dan dimintanya langsung sendiri, satu demi satu. Menjadi sebuah
produk seni yang lain daripada yang lain.
Dan ditambah, koleksi gitar unik itu dipotret
oleh para fotografer terkemuka Indonesia. Judul buku ini, Dawai-Dawai Dewa Budjana. Tahun ini, ia juga berencana
membuka sebuah museum gitar di kawasan Ubud, Bali. Museum
tersebut berisikan gitar-gitar koleksinya dan juga sumbangan gitar-gitar dari
para gitaris kenamaan Indonesia.
Rapi juga
ia menyimpan koleksi-koleksi gitarnya. Sebuah koleksi “mahal”, yang pasti tak
ternilai harganya. Bukan semata-mata menyangkut harga gitar atau seni yang
“membungkus”nya, tapi terlebih adalah perjalanan sejarah hidup Budjana
sendiri....
Budjana,
putra ke enam dari 9 bersaudara, putra alm. I Dewa Nyoman Astawa dan Dewa Ayu
Raka. Kakak-kakaknya adalah, I Dewa Gede Sarjana, I Dewa Gede Sujana, alm. I
Dewa Gede Wijana, I Dewa Gede Arjana, I Dewa Ayu Iryani. Dan tiga adiknya, I
Dewa Ayu Dewiyani, I Dewa Gede Sadjana dan I Dewa Gede Wirajana.
Inilah
tanya jawab saya, Gideon Momongan,
dengan Dewa Budjana. Sebagian sebenarnya saya sudah mengetahuinya, tapi iseng
saja saya tanyakan lagi. Soalnya, bagus juga untuk diketahui publik. Foto-foto
Budjana, hasil jepretan saya dari berbagai acara, dan dari tahun ke tahun....
Selamat membaca.
NewsMusik
(NM) :
Cita-citamu waktu kecil apa sebenarnya?
Dewa
Budjana (DB) : Pengennya
jadi Arkeolog, gak kesampaian gara-gara kenal gitar ...males yg lainnya
NM :
Budj, masih ingat waktu SD dulu, nilai pelajaran tertinggi di rapormu,
di pelajaran apa ya?
DB : Waktu SD di Klungkung, lumayan tinggi
...ranking 2 di sekolah, dan aktif segala kegiatan sekolah
NM :
Gimana dengan pelajaran seni musik atau seni suara?
DB : Sempat Juara festival nyanyi se Klungkung, sekitar tahun ‘75
NM :
Sebenarnya kalau ayah dan ibumu dulu itu, ada bakat musiknya juga ga?
DB : Bakat musik, mungkin bisa dibilang
dateng dari Kakek, tapi bukan gitaris ...beliau seorang Komposer tradisional di Klungkung, bahkan bisa dibilang di rumah itu pusat orang-orang belajar Ngidung. Dan setiap akhir pekan Kakek dan Nenek itu selalu Ngidung di RRI
Klungkung, Yang saya denger karya2 kakek saya itu banyak banget, cuman
sayang gak di dokumentasi kan, bahkan banyak yg diakuin jadi
karya-karya generasi selanjutnya
atau murid2 beliau
NM :
Gimana dengan kakak-kakakmu? Ada yang pernah menjadi penyanyi atau
pemusik?
DB : Kakak2 saya lebih banyak mengikutin
jejak Ayah saya sebagai Jaksa, kebanyakan ngambil kuliah di jurusan Hukum, dan
darah Hukum datang dari Kakek juga yang merupakan Hakim pertama di kerajaan
Klungkung
NM :
Waktu kecil dulu, ya semasa SD gitulah, elo gimana dengan seni tradisi Bali? Udah
suka, misal suka menonton tari atau drama Bali misalnya ga? Pernah belajar menari Bali, atau bermain
gamelan Bali?
DB : Mungkin ini kesalahan saya, gak pernah belajar Seni Tradisi ...Gamelan
atau Tari, tapi saya sangat suka Musik tradisi, karena darah saya Bali,
tentunya pasti ada mempengaruhi Musik yang saya buat
NM :
Belajar karena kemauan sendiri atau diarahkan oleh orang tua? Siapa
lebih berperan, bapak atau ibu?
DB : Belajar atas kemauan sendiri, bahkan waktu
SMP di Surabaya saya les klasik guitar pun atas kemauan sendiri,
untungnya Orang tua tidak melarang
NM :
Budj, gimana ayahmu dulu waktu elo masih kecil itu? Mendidik dengan keras, disiplin? Atau
mendidik dengan lembut? Lalu
kalau ibumu, Budj, bagaimana?
Ayah saya (alm) sangat lembut dan cenderung
santai, saya merasa selama hidup sama ayah belum pernah dimarahin, begitu juga
Ibu saya sangat lembut dan cenderung pendiam
NM :
Masih ingat, waktu kecil dulu, paling senang nonton acara televisi apa?
DB : Waktu kecil acara TV kan cuman TVRI, ya dari Hawaian Seniors, Kameria Ria,
Nada dan Improvisasi dan semua acara
Musik, juga semua Film-film yg lagi hits saat itu
NM : Apa
yang paling elo
sukai, saat bersama keluarga dulu, waktu kecil? Misalnya ya kayak, jalan-jalan
untuk makan bersama di luar rumah, atau menonton bioskop, atau mungkin
bertamasya ke pantai?
DB : Waktu masih tinggal di Denpasar (SD) Ayah
saya paling suka mengajak jalan2 dan berenang ke pantai, Kuta masih sepi saat
itu ...gak bisa lupa situasi saat itu
NM :
Budjana, pertama kali mulai menyukai musik dan terutama gitar, karena
apa? Misalnya, dengar rekaman album siapa gitu atau menonton konser siapa gitu?
DB : Kakak saya yg nomer satu kan kuliah di
Bandung, setiap pulang ke Klungkung selalu bawa kaset2 produksi bandung (Giant Step, Shark Move, Dedi Dores, Hari Rusli Dll) trus di kamar di tempel
Poster2 Musisi kita yg diambil dari majalah Aktuil, saya seneng liat poster dari Benny Soebarja dan Arthur Kaunang dan lain2 nya
NM :
Gitaris siapa, yang pertama kali bisa dibilang membuatmu jadi kepengen
jadi gitaris? Itu umur berapa?
DB : Nah itu dia ...Benny Soebarja, umur 11 tahun
NM :
Siapa orang paling berjasa, yang pada pertama kalinya membuatmu bisa
bermain gitar dengan baik?
DB : Kakak2 dan semua lingkungan pada awal kenal
Guitar di Klungkung dulu, dan tentunya juga lingkungan berikutnya waktu SMP
pindah ke Surabaya mulai semakin banyak teman bermusik disana
NM :
Masih ingat, kaset yang pertama kali elo beli itu, kaset apa? Beli dimana? Dan
kenapa beli kaset itu?
DB : Leo Kristi ....suka liat penampilannya, kebetulan saya tinggal di Pakis wetan
(Surabaya) persis di belakang Gelora Pancasila, Jadi saya sering nonton grup2 band yg tampil disana, kadang nonton mereka sound check (SAS, Leo Kristi, Bani Adam)
NM : Coba
ceritain dikit mengenai grupmu pertama, Squirrel.
Kapan terbentuk, latihan dimana dan jadwalnya kapan, dan siapa saja personil
pertamanya?
DB : Squirrel terbentuk saat saya di SMA 2
Surabaya (tahun 1980), Personil pertama
(Saya, Andy Bass, Mahardi Keyboards (sekarang Sound Engineer di Aquarius studio Jakarta), Iwan
Malik Drums (sekarang Produser di RCTI). Formasi berikutnya ...Jacky Mussry Keyboards (skrg di Mark Plus, bareng Hemawan Kartajaya), Arie
Ayunir (sekarang tinggal di USA),
Bass dan Drums masih sama (Andy dan Iwan Malik) formasi ini yg sempat menang di LMC 84
jakarta, dengan karya sendiri, saat itu belum musim band-band membawakan karya sendiri
NM : Adakah, musisi atau grup band yang secara
kebetulan disukai bersama-sama oleh para personil Squirrel dulu?
DB : Kami paling suka Weather Report dari dulu, walaupun gak bisa menirunya, makanya
lebih memilih ngarang lagu sendiri
NM : Ada
ga hal paling lucu, yang terjadi saat Squirrel ke Jakarta, yang lantas
memenangi Light Music Contest itu?
DB : Saat itu kami pasti dianggap band yang gak jelas, persis saran alm. Elfa Secioria di Surabaya, ketika kami
menang mewakili Jawa Timur ...”Kalau kalian ingin menang di Jakarta, sebaiknya ganti aliran musik kalian
menjadi gaya-gaya Jepang gitu (misal, Casiopea), dan musik kalian tidak bisa dipertanggun jawabkan,” nah itu ujar Elfa ha ha ha. Kami
sepakat tetap dgn gaya musik yg sudah kami ciptakan, dan ternyata menang, ini kejadian unik
....belum lagi di backstage, kami
jadi becandaan musisi jakarta, Erwin Gutawa nyeletuk “Guitar lo dibuat dari meja ya” (komen nya tentang Guitar Fretless bintang
yg saya pake, Guitar itu skrg ada di HRC Jakarta).
Yuke Sumeru (saat itu mewakili Envolver Bandung) saya deketin ajak
ngobrol, eh gak dianggep ...kasihan deh, Yuke saat itu kan sudah top di kalangan Band, tapi semua akhirnya jadi temen se Band
NM :
Waktu ikut LMC 1984 itu, Budjana nonton semua finalis LMC itu ga? Siapa
yang buatmu, paling bagus dan menarikmu saat itu?
DB : Yang menarik saat itu Jam
Rock (Cimahi) cikal bakalnya grup Jamrud ...formasi (Azis, Ricky dan Budhy Haryono) ...saya tertarik karena kami sesama yg
bawakan karya sendiri. Group peserta lain rata-rata cover lagu-lagu band luar
NM : Jadi
juara LMC itu, Squirrel dapat apa? Dan apa yang kalian semua lakukan, setelah
jadi juara dan selesai acara itu? Makan bersama mungkin, dimana?
DB : Dapet Piala,
Keyboard Yamaha DX9 ...dan kami semua makan2 di pecenongan saat itu. Dan sangat
seneng banget bisa menang diantara musisi2 yg lebih hebat dari kami saat itu
NM :
Pindah ke Jakarta, apa yang elo sampaikan ke orang tua waktu itu? Dan apa kata bapak dan
ibumu?
DB : Lulus SMA 2 tahun 1982/1983 pindah Jakarta, alasan ke Ortu ...gak mau kuliah dan mau main musik di jakarta. Ortu OK aja.
NM :
Budj, doamu waktu Budjana pertama kali sampai di Jakarta, apa?
DB : Berdoa temen-temen yang ketemu di LMC dulu mau ngajak main
NM : Apa
yang diinginkan dirimu saat itu dari Jakarta? Dan siapa orang pertama yang
Budjana kontak, begitu sampai di Jakarta?
DB : Arie Ayunir kan kuliah di UI, kontak dia dan
juga musisi jakarta yg pertama saya kontak, Ekki Soekarno ....beberapa kali ketemu saat
Festival musik
NM :
Rekaman apa yang pertama kali elo ikuti? Diajak oleh siapa dan dimana? Perasaanmu waktu
itu?
DB : Karena blm ada kegiatan, akhirnya terlunta lunta di
studio Sound City Tanah Abang 5 (kebetulan banyak temen-temen Surabaya yang kerja), akhirnya tidur di studio, dan pas ada jadwal rekaman Fariz RM dan Billy Budiarjo (mereka garap musik Film “Cinta dibalik Noda) akhirnya saya
nimbrung aja biar diajak, kebetulan Squirrel pernah
jadi Band pembuka Fariz RM saat show dgn group Trans di Surabaya, jadi sudah
kenal ...dan akhirnya disuruh ngisi Part
Guitarnya, Penyanyinya Meriem
Bellina ...Wah seneng banget bisa ikutan ngisi
Tapi kalau rekaman yg berbentuk album, yg pertama album “Karina” Indra
Lesmana
NM
:
Kalau show, pertama kali dimana dan acara apa, diajak oleh siapa?
DB : Kalau Show
yang skala besar itu… main di Bandung, diajak Indra Lesmana. Kalau yg di Klub ...pertama kali diajak Om Dicky Prawoto (ayahnya Bintang bass) main di Pendopo Bar Hotel Borobudur. Kalau show yg lain ...pertama kali main dgn El Chicome, diajak Gatot Sunyoto ....ini semua sekitar tahun 1985
NM :
Berapa honorarium mu pertama kali yang diterima dari rekaman dan show?
DB : Rekaman pertama dgn Fariz ...gak dibayar,
diajak aja sudah seneng. Rekaman dgn Indra Lesmana Karina saya gak modal
apapun, Gitar pinjem, Effect langsung dibeliin Indra saat mau rekaman, itu aja
sudah lebih dari Honor! Show pertama di Bandung dibayar Om Jack Rp. 350 ribu (jumlah yg sangat besar saat itu)
karena saya ngutang Kos sampe 4 bulan, langsung lunas deh bahkan bisa deposit
buat bulan kedepannya
NM :
Masih inget, untuk apa honorarium itu?
DB : Termasuk saya bisa beli Tape Compo Sony di Kota, sampe saat ini Tape itu masih hidup dan tersimpan
NM :
Gitar pertama kali yang dibeli di Jakarta, saat Budjana sudah tinggal di
Jakarta, apa dan beli dimana, masih ingat harganya?
DB
: Selama
saya profesional main musik di Jakarta,
gak punya gitar ...saya cuman modal Guitar Aria Pro 2 yang dibawa dari Surabaya,
karena Guitar itu gak sesuai dengan kebutuhan main musik Pop, saya pinjam gitar Fender
Stratocester dari Arie ayunir
NM : Grup
pertamamu dulu di Jakarta, apa? Ceritain sedikit dong Budj...
DB : Awal pertama di Jakarta, tahun 1984 ...coba-coba buat Trio dgn Bintang dan Arie Ayunir, saat
itu belum pernah manggung, tapi akhirnya dari basic Trio itu rekaman di Nusa damai
(album pertama ku)
Solo
album Dewa Budjana yang sudah mencapai 7 album adalah dari Nusa Damai (1997), Gitarku
(2000), Samsara (2003), Home (2005), Dawai in Paradise (2011), Joged
Kahyangan (2013) dan Surya Namaskar
(2014).
Ketiga
album terakhir, ia kerjakan di beberapa studio di beberapa kota di Amerika
Serikat. Dan rekaman album tersebut dirilis worldwide,
yang dilakukan oleh indie label internasional, Moonjune Records. Dimana pemilik Moonjune, Leonardo Pavkovic, banyak membantu Budjana dalam pelaksanaan
rekamannya.
Dawai
in Paradise melibatkan nama-nama terkemuka dunia seperti Peter Erskine (drums), Dave
Carpenter (bass) dan Howard Levy
(multi-instrumentalist), selain juga
menyertakan Indra Lesmana dan pianis
tunanetra berbakat besar, Ade Irawan.
Pada Joged Kahyangan, Budjana berkolaborasi dengan Larry Goldings (hammond
organ, electric piano), Bob Mitzer
(soprano & tenor saxophone, bass
clarinet), Jimmy Johnson (bass)
dan Peter Erskine (drums).
Album
berikutnya, sudah selesai dikerjakannya di New York, pada Januari silam. Dengan
mengajak serta para musisi internasional lain seperti Antonio Sanchez (drums),
Ben Williams (upright-bass) dan Joe Locke (vibraphone). Kabarnya album tersebut
akan dirilis juga secara internasional oleh Moonjune Record.
Pada
Surya Namaskar, Budjana bermain bersama Vinnie
Colaiuta (drums), Jimmy Johnson
(bass). Selain itu juga Michael Landau
(electric guitar), Gary Husband
(synthesizer). Ia juga didukung tiga musisi tradisi, Kang Pupung, Mang Iya
dan Mang Ayi.
Sedikit
catatan saja, Leonardo Pavkovic memang memiliki interes terhadap perkembangan
musik “kontemporer” Indonesia, terutama yang berbau prog-rock, jazz dan
worldmusic. Ia telah merilis worldwide, album-album dari Discus, SimakDialog, Ligro
dan Tohpati Ario.
NM :
Kalau gw menyebut nama, Arie Ayunir, apa yang elo paling ingat?
Gambarkan juga, Arie Ayunir menurut Budjana...
DB : Arie Ayunir bisa disebut sahabat terdekat,
Karena berteman dari Klas 1 SMA, Sekelas dan duduknya pun bareng. Nakalnya bareng ....cukup kita berdua yang tau lah soal itu. Hingga akhirnya setiap pindah kota kok harus ketemu juga, di Jakarta ...sebelum bisa kos, karena gak mungkin juga tanpa kerja bisa
bayar kos, periode thn 84-85 itu asli luntang
lantung di Jakarta, ya Arie inilah yang menerima ...numpang tidur dan makan. Hingga ketika sudah ada GIGI trus gw buat project solo ya formatnya (Bintang dan
Arie), manggung keliling Trio ....seru banget formasi itu. Dan ketika dia dan keluarga pindah LA, gw termasuk yang sangat kehilangan Drummer dan sahabat. Lama juga gak buat project solo ... merasa gak ada drumer
lain ha ha ha , padahal mungkin aja ada, sampailah pada project-project album solo gw yang digarap di LA ...gw
selalu tinggal di rumah Arie
NM :
Kalau gw lalu menyebut nama Indra Lesmana, apa yang Budjana paling ingat
juga tentang nama ini?
DB : Nama Indra lah yang buat gw pengen belajar Jazz, gw inget waktu masih SMA di Surabaya, Indra dan Jack Lesmana main di RRI Bali (saat itu mereka msh
tinggal di Australia) ...gw sengaja bolos pengen nonton, sebenarnya pengen
kenalan, tapi gak bisa ke backstage. Hingga akhirnya tahun 85 ketika gw main di JGTC, ketemu deh dgn Indra dan
Gilang ....kenalan langsung jadi temen dan sahabat, bisa belajar , numpang
makan dan kadang nginep juga di rumahnya di Tebet
NM : Nah,
kalau gw juga berikutnya, menyebut nama Donny
Suhendra, apa yang elo paling ingat tentang nama ini?
DB : Di mata gw Donny Suhendra adalah Modern Guitar Player yg ada di
Indonesia, sejak SMA gw memantau gerak gerik dia ...di WE group dia main rock,
D’Marzyo main Jazzrock, trus BOM dan akhirnya
Krakatau. Saat belajar di Indra
& Jack Lesmana workshop thn 85 an, gw khusus ke Bandung pengen kenalan dgn kang Dodon ini,
walaupun gw gak pernah belajar secara khusus dgn dia, tapi dia adalah panutan gw dan temen-temen yang seumur saat itu
NM : Gambarkan seorang Bintang Indrianto,
menurutmu? Kenalan pertama kali dimana?
DB : Kenalan pertama tahun 84, dikenalin oleh Andy Ayunir ....gw tinggal di rumah
Arie, nah Andy adiknya Arie yang tau gw pengen buat trio, dibawalah Bintang
yg katanya pemain Bass hebat. Dan Bintang yang
mengenalkan ke Bapaknya (alm.Dicky Prawoto) orang pertama yg ngajak gw main di Klub. Di mata gw Bintang adalah seorang Bassist yg paling berkarakter di
Indonesia ini, juga paling kreatif
NM : Apa
yang paling diingat tentang satu nama band, Spirit?
DB : Spirit adalah Eramono Soekaryo, ini salah satu group pertama yg melibatkan
gw dlm album ...dan dari Eramono juga gw mulai di kenal sebagai Session Player, dan juga Era orang
pertama yg menulis di kaset dgn hanya Dewa Budjana. Sayang gw ngga bisa lama-lama di group ini karena banyak keinginan lain yang mungkin gak sama dengan personil lainnya
NM : Eh
iya, Budjana dulu juga suka membantu isi gitar untuk musik film ya? Masih
ingat, film apa? Siapa yang mengajaknya?
DB : Yang pertama banget ya di atas itu, film “Cinta Dibalik Noda” dgn Fariz RM dan
alm. Billy Budiharjo, tapi yang mulai agak cukup meledak ya di film “Catatan Si Boy 2” tahun 1999 diajak
Harry Sabar dan Erwin
Badudu. Di albumnya itu gw main semua lagu, lumayan langsung banyak duit ha ha ha dan langsung kepake main di banyak album-album Indonesia saat itu, beberapa musik film dengan Indra Lesmana juga
NM : Di
tahun-tahun pertama di Jakarta dulu, siapa gitaris favoritmu Budj? Kapan beli
kasetnya? Punya berapa kaset albumnya?
DB : Periode 84 – 86 gw banyak denger Pat
Metheny dan John Scofield ....hampir semua albumnya
gw punya
NM :
Siapa di GIGI yang pertama kali elo kenal? Dimana dan kapan, bagaimana?
DB : Baron kenal jaman gw main dgn Jimmy Manopo
band 1986 an, dia suka dateng kalau gw lagi main, dan akhirnya dia sering main
ke tempat kos gw di Pondok Karya
NM :
Masih ingat, lagu pertama yang elo ciptain
untuk GIGI itu apa? Bagaimana dan kapan dibuatnya?
DB : Lagu pertama kami di Gigi itu ada 3 lagu, pertama ketemu di
studio langsung main bareng dan ngarang
bareng, lagu ‘Kuingin’, ‘Adakah yg Tersisa”, dan ‘Angan’
NM :
Harapanmu pertama kali, ketika GIGI terbentuk?
DB : Harapannya GIGI akan jadi alamat terakhir gw
setelah jadi session player
NM : Ada
ga kejadian paling diinget waktu GIGI pertama kali
manggung? Dimana dan kapan itu?
DB : Pertama kali manggung di Tenda Mangkal Prambors. Saat itu gw msh main sama Trigonia nya Idang Rasjidi di JAMZ Bandung, wah bela-belain ke Jakarta carter 4848, selesai main kita dikasi
amplop, mereka bilangnya 2,5 ....kita seneng banget, pas dibuka Rp 250 ribu ha
ha ha akhirnya ya buat Makan rame2 di Tenda Baruna ikan bakar yang di Wijaya itu. Honor pertama GIGI
tuh
NM :
Kalau mengenai solo album pertamamu, Nusa Damai. Ceritakan prosesnya,
rekaman kapan, siapa yang mendukung? Dapat honorarium ga waktu itu, berapa?
DB : Nusa Damai terjadi di studio nya Indra Lesmana di Pondok Cabe tahun 1997, saat itu lagi proses cerai nya Indra. Dia lonely
....dan gw selalu nemenin Indra di studio, akhirnya gw bilang Indra mau buat
album solo, Dia lah yg sangat mendukung dan ikut jadi Produser, kebetulan bersamaan saat itu Chico Hindarto buka label ....ya jadilah album itu pilot project nya Chico juga. Honor
??? Ya cukuplah buat bayar personil secara kekeluargaan,
pendukungnya Arie Ayunir,
Bintang Indrianto, Taufan Gunarso, Ubiet
NM : Apa
sih yang Budjana rasakan ketika solo album itu bisa dirilis? Sebenarnya, siapa
yang paling menginspirasi untuk lantas menghasilkan solo album waktu itu?
DB : Pasti seneng banget, belum ada album solo-solo saat itu, semuanya serba pas ...Komposisi ada, fasilitas ada dari Indra, trus Chico ada
label, trus Media banyak yg support, termasuk event2 Jazz sering ngajak main
NM : Ok,
ketika GIGI terbentuk, berapa banyak gitarmu? Dan gitar apa yang menurutmu
paling cocok untuk dipakai untuk GIGI waktu itu? Kenapa? Gimana dengan
asesoris?
DB :
Saat awal Gigi, baru aja setahun sebelumnya
gw kehilangan 2 guitar kesayangan (Gibson
ES 175 dan Performance Custom strat), akhirnya dipinjemin Mas Donny DSS untuk beli Steinberger
guitar, kebetulan di Musica studio ada yg nawarin ...saat itu juga lagi sering bantuin
mas Donny di Audiensi
Band.
Steinberger itulah awal rekaman dgn Gigi,
asesoris ??? Kebetulan juga Pak Benny Suherman dari Subentra Bank menawarkan kredit
buat Musisi, dia menjual beberapa Rack System nya ....Mesa Triaxis dan Mesa Power amp dan beberapa effect adalah Gear
pertama gw dgn Gigi
Dengan kelompok musik pop-rocknya GIGI,
Budjana telah merilis lebih dari 20 album. Antara lain mulai dari Angan (1994), Dunia (1995) dan ¾
(1996). Terus sampai Salam Kedelapan
(2003), album reliji Raihlah Kemenangan
disusul album reliji berikutnya Jalan
Kebenaran (2008). Hingga album Sweet
17 (2011) dan yang terbaru, dirilis tahun ini dalam rangka 20 tahun usia
GIGI, Live at Abbey Road.
GIGI telah menjadi salah satu kelompok pop
rock papan atas, dan terus eksis dengan stabilnya didukung tim manajemen yang
dipimpin oleh “jenderal” mereka, Dhani
“Pette” Wijanarko. Tim menejemen GIGI lalu membentuk Pos-entertainment, antara lain juga me-manage gitaris, Tohpati Ario.
NM :
Kalau dalam solo albummu, gitar apa yang paling Budjana sukai untuk
dipakai untuk musik solo albummu? Kenapa?
DB : Yang sering dipake
sejak album pertama Taylor 712C,
electric ganti2 yg dipake, PRS Mc Carthy
Hollow mulai dipake di album Home.
Juga Parker
Fly Deluxe, kenapa gitar-gitar itu??? Semua kebutuhan terpenuhi oleh gitar-gitar itu
NM : Eh
Budj, omong-omong, kenal Borrawati, istrimu, dimana dan
kapan? Siapa yang mengenalkannya?
DB : Kenal Borra desember tahun 2001, dikenalin
oleh Balawan
NM :
Budj, kapan mengajak menikah Borra. Ada momen khusus, dimana dan kapan
dan bagaimana?
DB : Sebelum kenal Borra, kan memang udah niat
pindah ke USA ...mau mengembara seperti awal di Jakarta dulu, dan kabur dari
GIGI, eh ketemu Borra
...dan langsung aja kenalan sama Ortu nya dan ngajak Borra nikah. Saat itu Borra masih kuliah di Melbourne, setahun kemudian setelah dia lulus nikah deh
NM : Lagu
pertama yang ditulis yang ungkapan cintamu ke Bora, ada ga? Lagu apa?
DB : ‘Early
Morning’, ada di album Samsara (2002)
NM : Apa
arti istri, anak-anakmu untukmu?
DB : Segalanya, 10 tahun ini gw didampingi mereka
...dan kalau ga ada mereka belum
tentu karya-karya gw akan ada
NM : Ada
lagumu yang paling disukai Bora? Lagu apa dan kenapa?
DB : Apa ya ??? Aaah, tanya dia aja deh….
NM : Ada
lagumu yang disukai anak-anakmu? Kenapa?
DB : Waktu kecil Deva suka lagu “On The way Home”
(album Home) skrg dia gengsi untuk bilang suka ha ha
NM : Liburan
dengan istri dan anak-anak, ada jadwal khusus, dan tempat terfavorit apa?
DB : Selalu ada jadwal berlibur, Yogya atau Bali
atau Melbourne tempat fave mereka
NM : Suka
menonton film dengan keluarga? Film favorit sekeluarga apa?
DB : Borra dan anak-anak yang suka Film, gw biasa2 aja tuh .... Gw selalu menganggap film rekayasa, apalagi yang sudah ketebak, kacau ya ??? Ha ha ha
NM : Suka
menonton televisi? Ada acara favoritmu, Budj?
DB : Nonton Berita, UFC (Ultimate Fighting
Championship)
NM
:
2 Tahun terakhir, kayaknya Budjana rajin rekaman di luar negeri untuk
album solomu. Apa alasanmu memilih rekaman di luar negeri?
DB : Alasannya ??? Beberapa tahun terakhir gw cari sponsor buat rekaman di
luar negeri, eh udah keliling ke mana-mana ....gak ada yg mau support. Mungkin ada sampai 25 surat yg terkirim, akhirnya
gw merasa sendiri juga bisa lah, dan kebetulan ada temen deket di Bali yg
sangat bantu juga, ya udah gw rekaman aja terus biar segala Ide muncul. Bodo amat gak ada yg beli. Alasan memilih di luar, ya dapet bermain dengan orang2 yg jauh lebih pengalaman dari gw merupakan hal yang paling berharga
NM :
Persoalan terbesar, yang dialami atau dirasakan sebagai hambatan untuk
melakukan rekaman di luar negeri apa?
DB : Kadang gw kurang latihan aja, jadi agak
berantakan gw mainnya he he he (jujur !!!)
NM : Mana
yang paling menarik, rekaman di luar negeri kemarin-kemarin ini? Kenapa? Bisa
ceritain sedikit?
DB : Yg sama Vinnie
Colaiuta (album Surya Namaskar) cukup menarik, karena gak kebayang dia akan
mau, dan akhirnya gw buat komposisi yg berdasarkan bayangan gw Vin dan Jimmy Johnson cocok, dan apa yang gw mainkan pun di luar kebiasaan yang sebelum2 nya dgn Peter Erskine. Trus rekaman yg Januari 2014 lalu di NY dgn Antonio Sanchez dan Ben
Williams juga lain lagi, ini belum edar ...mungkin akhir tahun ini atau tahun depan ya, menariknya selama ini kan gw rekaman di California, dan nyoba hal lain di
East Coast ...beda banget gaya mainnya, dapet
pengalaman baru lagi deh
NM : Mengenai
rekaman GIGI di Abbey Road, gimana Budj apakah sesuai ekspektasi pribadimu?
Untukmu sendiri, pribadi, punya target
tertentu dengan GIGI rekaman di Abbey Road?
DB : Yang Abbey Road pastinya sesuatu banget buat GIGI, keinginan live recording akhirnya terjadi juga, dan sesuai ekspektasi lah ...rekaman bareng satu ruangan tanpa editing, dan kerasa
banget nge band nya
NM : Masa
tuamu, tinggal di Bali, Eropa atau Jakarta?
DB : Bali
NM :
Sejauh ini, apa yang elo
belum dapatkan? Dalam hal apapun ya, musik, karir, rumah tangga dan sebagainya.
DB : Banyak yg belum, Musik ...masih banyak
pengennya. Lalu, keluarga ?? Masih panjang pengennya, anak-anak masih kecil ...jadi pengen nyelesaiin tugas sebagai orang tua yg baik, juga suami yg baik buat
Istri, juga berguna buat bangsa ini tentunya
NM : Pat
Metheny atau Chick Corea? Kenapa?
DB : Kue Klepon dan Kelapa Muda
NM :
Vinnie Colaiuta atau Steve Gadd? Kenapa?
DB : Peter Erskine ....kenapa ??? karena Erskine, gw bisa dapet Vinnie
NM :
Terakhir, kalau
ada reinkarnasi, seorang Budjana ingin dilahirkan kembali sebagai apa?
DB : Sebagai Dewa Budjana yang lebih baik dalam segala hal
/*
No comments:
Post a Comment