Friday, February 12, 2016

Spesial-nya Progrock di Rock Campus



Dari Kampus Rock alias Rock Campus lagi. Edisi spesial, ga pake telor tapi cabenya sebanyak-banyaknya! Edisi progressive rock. Dengan diskusi dulu, maka Ezra Simanjuntak Zifactor ​ membukanya dulu dengan diskusi santai bersama, tokoh muda progressive rock Indonesia, KadriMohamad Sutan Bandaro​.
Rencana awal, harusnya bersama dengan abang progrock, Andy Julias​. Tapi sebelum acara dapat kabar mengejutkn, Andy Julias terkena serangan light-stroke, jadi dilarikan ke RS. So, Kadri jadinya sendirian saja.

Performersnya sendiri lengkapnya adalah, Bless the Knight. Metal. Kenceng. Menderu-deru. Kayak langsung arena kecil Rolling Stone Cafe dipasangin...heater. Yoi, kayak gitu. Rapi juga. Untuk headbangin' juga lumayan bagus.... Tensi acara itu, langsung naik ke volume optimal!
Dilanjutkan dengan Kelakar yang bener-bener mengajak berkelakar tapi mau ketawa lebar, terpaksa harus agak nahan.Agak mengernyitkan dahi, senyum lebar suka agak sungkan. Kenapa agak? Musiknya itu lho....
Kata sang rektor, ya abang Ezra Simanjuntak itu, kalau yang beginian, kurang prog apa? Ketika itu, Kelakar sedang beraksi di panggung. Lagi bikin bengong penonton!
Dan ya gitu deh, kurang prog apa juga yang berikutnya? Bintang Indrianto, Denny Chasmala dan Yoiqball a.k.a Iqbal-drums.

Sssst,mereka main spontan aja. Cuma kasak-kusuk dikit sebelum main. Gw tanya, udah latihan berapa lagu? Denny Chasmala Full​ bilang, kira-kira ya 6-7 lagu. Tapi Bintang sama Iqbal ketawa lebar. Lebar beners. Maksudnya?

Dan sang rektorpun diundang main bareng. Ezra sempet gw bilangin, "Bro, you should jammin with them again. C'mon". Doi jawab, maunya tapi ga tau diajak ga, hahahahaha.
Ternyata diajak lho! "Gw tau, gw dikerjain tuh, Ezra ketawa lebar abis main. Trio itu mengajak Ezra main secepet-cepetnya. Hihihihi. Usilnya! Musiknya prog? Gadogado lah. Jazz-jazzan, ngerock, cepet, spontanitasnya tingkat tinggi.

Dan penutupnya, The Miracles. Band asyik. Pernah dianggap seagai Dream Theatre-nya Indonesia. Padahal,gw sih lebih percaya, mereka sebenar-benarnya, lebih asyik dari Dream Theatre!
The Miracles itu, lagi nyiapin album. Prog dasarnya. Dan teteup kenceng, begitu kabarnya.
Gimana mereka mainnya kemarin itu? Asyiiiiiiiiiiiiiiiiiiikkkk! "i" nya buanyaaaak. Soalnya, sejatinya gw ga sempet nonton. Maap, maaap, maaap. Keburu balik euy.
Tapi gw percaya, TM itu siap bener untuk memanaskan suasana acara dan venue.
Iya kan ya, guys?

Well, that's it.
Progressive rock,katanya musik ribet. Musiknya .... "para dewa". Ya musisi-musisinya. Apalagi, para fans fanatiknya!
Ga bisa sembarang orang bisa menyukai, memahami, mengerti akan jenis musik "complicated" satu itu.

Awalnya dulu disebut sebagai art-rock. Yes, Genesis, ELP sampai King Crimson, ah sebut dikitlah contoh-contohnya. Padahal lebih banyak. Kalau dilebarin lagi, waduh ada siapa lagi tuh, Moody Blues, Moody Waters, bahkan termasuk juga Led Zeppelin dan Deep Purple segala! Termasuk, The Beatles!
Art Rock itu menyembul keluar dan merampas perhatian publik penggemar musik dunia, di era akhir 1960an sampai 1970-an.

Lagunya panjang-panjang. Bisa saja multi tema. Tentunya, boleh ga. jadi multi tafsir? Tapi melenakan, menghibur, menyejukkan, mengasyikkan. Yoi, buat para fans setianya dong!
Dan art-rock yang lantas di 1980-an, lebih disebut sebagai progreeive rock itu, juga jadi musik khas 70-an di sini.
Gw pikir sih, art rock mungkin konotasinya lebih ke "idealisme". Tapi begitu bergerak ke 80-an, seperti "tergoda" mainstream. At least, Genesis misalnya. Dan juga, Yes. 'Mama', 'Illegal Alien' nya Genesis atau, 'Owner of a Lonely Heart'nya Yes, contoh kecil. Prog tapi mulai "kompromistis". Alhasil, terus terang ya, jadi lebih laris sih.
Kalau di Indonesia sini,even God Bless, sempat "menyukai" art rock atawa prog-rock itu. Ada Shark Move yang berlanjut dengan Giant Step.
Tapi ada pula yang main orisinal dari lahir, macam Barong's Band dan tentunya, Guruh Gypsy.  Di Bandung, "akang" Harry Roesli juga tak kalah progresipnya. Ya lewat Rock Opera Ken Arok dan album Titik Api-nya saja dulu, yang sebelumnya ada Gank of Harry Roesli dengan Phylosophy.
Era 1980-an, muncul grup kayak Makara misalnya. WOW-nya Fariz RM juga ke prog-prog an, karena ada faktor Iwan Madjid juga di situ.
Cockpit juga perlu disebut. Dengan menjadi band-cover dari Genesis, mereka ikut memainkan, menghidangkan progrock ke khalayak. Terutama para penggila tempat-tempat hiburan malam. Mereka sukses di sisi itu. Ya iyalah, dari 1980-an, masih bertahan sampai sekarang! Dan ga hanya itu, fansnya teteup aja banyak, show-show mereka di kafe-kafe itu relatif penih terus.
Ga bisa lupa lah dengan Yockie Suryo Prayogo kan, lewat album-album solonya. Atau album dimana ia ikut menggarap musiknya. Badai Pasti Berlalu nan fenomenal itu, sebut sebagai contoh. Diikuti album Dasa Tembang Tercantik dari event, Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors. Aroma prognya terasa. Selain lagu-lagu yang musiknya ditangani Yockie, teristimewa pada album-album alm. Chrisye.

Yockie itu terakhir ini, membesut LCLR+, menjadi sebuah konser musik megah, lumayan panjang dan....asyik! LCLR+, yang menampilkan lagu-lagu dari 10 Lagu Terbaik dan Dasa Tembang Tercantik Lomba Cipta Lagu Remaja Prambors, dan beberapa lagu karya Yockie sendiri. Konsernya di Jakarta dan Bandung, bisa dibilang tontonan konser progrock, sarat banget. Musiknya ditangani langsung Yockie bersama dukungan Indro Hardjodikoro dan bandnya.

Tapi memang, progrock setelah itu, "meredup". Maksudnya di era 1990-2000an. Mati sih kagaklah. Fansnya tetup setia. Di Indonesia, lantas muncul misal, Discus. Ada juga In Memoriam dan Imanissimo. Belakangan pada 2 tahun silam, terbit album kompilasi dengan titel gagah banget, Indonesia Maharddhika.
Naaaaah, album gagah itu diproduseri oleh KadriMohamad Sutan Bandaro bersama Yeni Fatmawati​ dan Hendronoto Soesabdo​, benderanya merah putih....eh maksudnya, Yeninots Journey.

Lalu gimana? Gimana apanya? Ya sudahlah, dengerin saja. Semua musik pada hari ini, punya space sama kok, untuk muncul, untuk dikenal. Bahkan untuk populer atawa sukses. Iya, jalur-jalur "independen" terbuka lebar sekarang ini.
Seribet apapun progrock, fansnya pasti ada. Tinggal sekarang, progrock harus pandai-pandai "mengaktulisasikan" diri, agar anak-anak muda bisa menyukai dan menggilainya juga.
Penting coy, anak-anak muda, anak-anak generasi sekarang itu kan, membuat imej bahwa musik ini tetap berkembang, tetap hidup, dan mampu melakukan...."regenerasi" yang optimal.
Tidak stuck di satu generasi. Regenerasi jelas penting banget-nget. Menjamin keberlangsungan bunyi-bunyian itu, untuk dapat terus diperdengarkan, dimainkan, dan tentunye, disukai.

Setujukah?
Tapi prog itu susah.... Ah masak sih? Prog itu kalau pelajaran sekolah dulu macam Kimia, Fisika, Matematika... Masak sih? Ga ada yang susah kok, kalau kita emang mau belajar. Mau pinter dan mau lulus ga? Itu kan pesen guru-guru dulu ya....
Emangnya, kalau lulus, bisa langsung kerja? Buru-buru amat! Kuliah dulu dong. Ok, emang kalau pinter di SMA, otomatis langsung gampang kuliahnya?

Aha. Ini terlalu kompleks masalahnya.
Denger dan nikmati sajalah.....

Makan ajalah. Pedes2, asin, menyengat, bikin keringetan dikit. Tapi ya bikin kenyang. Kalau ga kuat pedes, siapin air putih yang "ekstra" aja. So, bisa dinikmati kan?

Peer nih buat temen-temen dari IPS, Indonesia Progressive Society. Bagaimana mengaktualisasikan diri. Jangan dulu curiga bahwa ada ajakan kompromi. Yang terpenting kan keberlangsungannya. Hidup terus. Gimana caranya, anak-anak muda bisa memberi apresiasi berlebih pada musik progrock, sama seperti mereka melakukannya ke musik-musik lain.
IPS sendiri, dalam beberapa tahun terakhir, berjuang untuk dapat menggelar tontonan reguler progrock, di kafe. Bagusnya itu bukan sekadar jadi penegas eksitensi, tapi bisa dijadikan alat promosi, menyebarluaskan "syiar" progrock, terutama ke khalayak muda.
*/


1 comment:

Unknown said...

Prog mesti expand
Mesti di share Twitter oleh generasi yg lebih muda