Sebenar-benarnyalah,
pas Jumat 31 Januari itu ada beberapa event
musik di ibukota. Kalau boleh sih ya, pengennya bisa nonton semuanya. Cuma kan,
ya itu amat sangat tidak memungkinkan. Semuanya jamnya sama, cuy! Apalah mau dikata...
Dan
setelah menimbang-nimbang dengan secermat mungkin dan sebijaksana mungkin,
pilihan jatuh pada...ke The Pallas
deh yiuk. Istriku, sebagai my really
soul-mate, mengiyakan langsung lho menanggukkan kepala. Brangkaaaattt!
Kenapa
pilihan ke situ. Gini cerita sesungguhnya, saya belum pernah menonton D’Masiv, secara penuh, full-set maksudnya. Ini memang merupakan
konser solo perdana mereka di Jakarta. Tuh kan, ya pas dong? Bagaimana mungkin
saya melewatkannya begitu saja?
Saya
belum pernah nonton mereka sepenuhnya, padahal mengenal mereka sejak awal
banget karir bermusik mereka. Iya memang kejadian beneran lho itu. Mereka tampil di sebuah Kompetisi Band, mereka ga
jadi juara utama gitu tetapi lagu karya mereka itu, menjadi lagu terbaik dari
kompetisi band itu.
Saya
lupa sih sama kejadian itu, ini ngaku deh. Tetapi waktu kita ngobrol, ini suatu
waktu di beberapa tahun lampau ya, ketika obrolan sampai pada topik kalian
dimana sih main pertamanya, sebagai band ya?
Eh
bo’ong ding. Maksudku, ya ga persis
begitulah pertanyaanku. Tetapi kira-kira memang mengorek perjalanan awal karir
bermusik mereka. Dan ya di situlah mereka sebut soal kompetisi band di
pelataran parkir Taman Ismail Marzuki itu. Waduh, lupa deh tahun berapa tuh....
Lho,
waktu itu, aku jadi jurinya. Eh kalian yang mana? Begitu mereka bilang, lagu
mereka jadi lagu terbaik, mendadak sontak dong, langsung inget! Wah, itu ya
kalian? Kalian mainnya rapi waktu itu, tetapi yang mencuri perhatian memang
lagu kalian, bagus banget....
Tunggu,
tunggu. Sebenarnya yang ngingetin
banget perjumpaan kita pertama di sekitar 13 – 14 tahun silam itu adalah ketika
disebut nama, almarhum Mike Mohede! Mike waktu itu ikut kompetisi itu, dan so
pasti jadi best vocalistnya. Bandnyapun menang.
Ya
itu kisahnya. So, setelah mereka lantas muncul di blantika musik Indonesia. Itu
bahasa gaul banget ya, blantika! Hehehe....
Lalu mereka makin besar namanya, lagu-lagu mereka jadi hits. Digila-gilai para fans musik Indonesia, so pastinyalah.
Dan
saya masak belum pernah punya kesempatan menonton mereka lho. Makdikipe dah. Tapi tunggu dulu, ini ada
pengakuan lainnya ya. Saya sejatinya biasa-biasa saja dengan D’Masiv ketika
mereka awal menghasilkan album rekaman, album Perubahan, dirilis 2008.
Eh
sampai album kedua deh, Perjalanan
yang dirilis dua tahun kemudian. Ini band pop apaan? Aduh penyanyinya itu lho,
ga ada ekspresinya sama sekali sih? Kok ya bisa nyanyi,dengan ekspresi lempeng aja gitu.....
Eh
iya, saya pernah kok menulis mereka, coba buka-buka aja, liatin website saya ini deh. Udah lama juga
sih. Ekstrim amat penilaian saya? Ga lah. Tapi saya juga cermati lagu-lagu
mereka, eh lagu ringan dengan melodi yang pas masuk kuping masyarakat. Dan
terpenting, pilihan kata pada syairnya itu....
Bukan
kata kata penuh “bunga-bungaan semerbak mewangi” yang susah dipahami. Tetapi
bukan lantas berarti, kata-kata terlalu sederhana, yang “remeh-temeh”. Oh ga
begitu. Puitis juga, tapi gimana ya, ada “sesuatu”nya juga gitu.
Sing
penting, bisa langsung kek mewakili
perasaan, kegundahan atawa kesukacitaan para pendengarnya. Ya gitu dong,
khittahnya musik pop kan? Pas aja, puitis tetapi ga ribet pilihan katanya. Ngerti kan?
Dan
itulah yang membuat mereka bisa merangsek maju, menjadi salah satu pop-band
sukses sejak sekitar 12 tahun lalu. Pop yang manis, tetapi sebenarnya, ada juga
aksen-aksen galaknya dikit, maksudnya pada sisi musiknya ya. Itu untuk rekaman.
Dan di atas panggung, mereka bisa lebih galakkan lagi, tidak pada semua lagu
memang sih.
Betewe,
pada perjalanan waktu kemudian, saya melihat dan merasa, ya lihat dari
penampilan mereka di televisi misalnya ya. Eh mereka udah berubah nih. Udah
lebih baik. Mulai ekspresi. Outfit
juga mulai kelihatan diperhatiin. Dan, ya saya jadi ga merasa agak-agak
“terganggu” kan jadinya. Makin lumayan enak untuk dilihat.
Dan
ok, singkat cerita. Ke The Pallas. Saya bersama istri. Mengajak juga 2 teman
baik saya, Nini Sunny dan Muhamad Ihsan. Mereka juga antusias untuk menonton
Dmasiv. Sama dengan kami, bakal menjadi pengalaman perdana nih.
Perdana
menikmati sepenuhnya, seutuhnya D’Masiv. Pucuk dicinta ulam tiba! Kayak
begitulah adanya. Yang saya tahu persis, harusnya D’Masiv menggelar konsernya
di awal September 2019, di Tennis Indoor, Senayan. Sayangnya, 2 atau 3 hari
sebelum Hari-H, konser dibatalkan.
Bukan
batal sih bilangnya, tapi mundur. Dimundurkan ke Desember awal 2019. Tetapi
ternyata, lagi-lagi tidak dapat terealisir. Maka menonton Dmasiv, yah jadi
mimpi doang nih. Sedih kan?
Eh
eh datanglah info, ada D’Masiv LOVE
Concert, 31 Januari di The Pallas. Nah niiii dieee! Harus nontonlah ya.
Saya dan istri setuju, dan siap banget nonton udah dari awal Januari 2020 lah
gitu.
Kesampaian
juga ya akhirnya. Dan beneran juga adanya. Agak hujan, ya kita teroboslah. Dan
kami sudah siap di kafe serupa hall lumayan besar di kawasan SCBD Senayan itu,
sejak sekitar jam 19.30an.
Masuk
ke dalam clubs gede itu, jelang jam 21.00. Dan konser dimulai dengan dentuman
keras, yang aslik jack, ngagetin! Suara keras itu dibunyiin jam
21.30anlah gitu. Dan langsung D’Masiv ngegeber panggung dong. Dibuka dengan,
‘Lelaki Pantang Menyerah’, setelah overture.
Disambung lagi, ‘Kesempatan bersamamu’.
Total
ada 19 karya lagu mereka yang dibawakan. Menyelip kejutan manis, lewat lagu
dari sang legenda, almarhum Chrisye. ‘Pergilah Kasih’ dibawakan menyusul,
‘Selamat Jalan Kekasih’. Dan yang lebih mengejutkan, menjadi momen indah adalah
mereka “bermain” dengan Chrisye!
Dalam
‘Selamat Jalan Kekasih’, Rian Ekky
Pradipta, sang vokalis utamapun, mendapat kesempatan berduet dengan
almarhum Chrisye. Dan penonton terkesima, lalu ikutan menyanyi.
Nah
menyoal sing-a-long, koor bareng
ataupun ikutan menyanyi rame-rame, ini serunya. Saya dan juga istri bak terpana lho. Ya
gimana ga terkagum-kagum, yang ikutan menyanyi itu bukan hanya penonton cewek
tapi juga cowok. Dan yang cowok itu kelihatan banget hafal, tukas istriku. Dia
memang perhatiin banget.
Sempet-sempetnya doski perhatiin, padahal dia juga ikut-ikutan memotret. Kan artinya ya mondar-mandir juga sih. Tapi rupa-rupanya dia jalan wara-wiri sambil liat-liatin kanan-kiri ya.... Mungkin ikut-ikutan nyanyi? Yaeyalaaaan....
Keren
deh. Masivers ternyata merata ya,
cewek dan cowok. Yang cowok-cowok juga ga sungkan ikutan menyanyi, sambil
goyang juga malah. Lompat-lompat juga. Masivers tulen tuh!
Well,
cinta adalah milik semua, bukaaaan? Cinta dimiliki wanita, juga dimiliki pria.
Lelaki mencintai perempuan, perempuan pun begitu sebaliknya. Jadi, lagu-lagu
cinta itu bisa disukai oleh semua. Padahal, lagu-lagu D’Masiv sejatinya tak
melulu cinta dua insan, memadu kasih, seia sekata, menyukai dan mencintainya
sepenuh hati, hanyalah engkau seorang di hatiku... lebih luas lagi dong.
Lagu-lagu
lain yang dimainkan, disajikan kemarin malam antara lain ada, ‘Pernah Memiliki,
‘Ingin Lekas Memelukmu Lagi’, ‘Hidup Untukmu Mati Tanpamu’. Lalu ada, ‘Esok Kan
Bahagia’, ‘Natural’. Lantas, ‘Jangan Menyerah’ dilanjut dengan hits lain,
‘Semakin’.
Ada
selipan sesi akustik, dimana mereka membawakan, ‘Melodi’, ‘Rindu Setengah Mati’
dan ‘Sudahi Perih Ini’ disambung ‘Apa Salahku’. Berlanjut dengan lagu special request dari 4 seleb yang diajak
naik panggung, cewek cewek cantik lhoooo. Mereka berempat sepakat memilih lagu,
‘Aku Percaya Kamu’.
Keempat
cewek itu adalah selebriti masa kini dah, mileniallah, Anya Geraldine dan Nabila
JKT48. Ada juga Nafa Urbach. Dan,
hanya ini yang saya kenal baik, Sara
Wijayanto, yang kebetulan lama ga ketemuan eh kayak “dipertemukan kembali”
deh sama D’Masiv.
Lagu
lainnya ada, ‘Merindukanmu’ kemudian ‘Cita Sampai Di sini' dirangkai dengan ‘Di
antara Kalian’. Lalu ‘Diam Tanpa Kata. Lantas ‘Cinta ini Membunuhku’ menjadi
lagu penutup yang pas. Pas, konser ini serasa...”membunuhku”.
Pada
akhirnya, menonton D’Masiv sampai selesai. Rada pegel juga sih akhirnya. Ga
duduk soalnya. Belum lagi, kudu rajin jalan ke sana kemari. Mencari angle yang pas untuk memotret.
Iya
kudu ada sedikit usaha, kudu rajin karena lightingnya
ini nih kurang bersahabat untuk fotografi. Mungkin itu, satu sisi “kelemahan”
konser asyiknya D’Masiv kemarin. Kebanyakan tampil tata lampunya kelap-kelip di
sisi belakang. Mengakibatkan silhoutte.
Sayang aja. Padahal ada follow spot,
yang dinyalakan sesekali, itupun dengan intensity
tidak maksimal. Dan ada juga spot berupa freshnel di sisi atas, tetapi juga
dimainkan hanya sesekali.
Kalau
saja, dimainkan sering, ah pasti akan lebih keren lagi hasil jeprat-jepretku.
Terutama untuk tampilan wajah, jadi lebih terlihat jelas. Ga akan “merusak”
tampilan permainan tata lampu moving
light yang menari-nari dan bergantian warna itu sih.
Ah
maaf intermezzo ya. Semoga kali berikutnya, sisi tata cahaya bisa digarap lebih
baik lagi. Jadi saya menonton dengan nyaman, senang hati, sambil bisa memotret
dengan leluasa. Tentu saja dengan hasil optimal. Artinya, kepuasan jadi
maksimallah.
Tak
mengapa, kan baru sekali ini “konser besar” begitu. Toh akhirnya bisa sukses
menjadwal ulang rencana konser, walau tertunda setelah hampir 4 bulan dari
jadwal semula kan?
Salam
hormat dan sukses selalu untuk Rian, juga Dwiki
Aditya Marsall atau Kiki (gitar), Rayyi
Kurniawan Iskandar Dinata (bass), Wahyu
Piaji (drums) dan Nurul Damar
Ramadhan atau Rama (gitaris). Juga Eggy
Eghay, kibordis yang selalu membantu mereka di panggung.
Salam
juga untuk additional 3 pemain tiup yang muncul mendukung di beberapa lagu. Eggy Pratama (trumpet), Willam Nababan (saxophone), Dede Halim (trombone). Lebih keren kalau sekalian blowers
setnya atau “pasukan tiup” lebih lengkap lagi, dan dengan tampilan sound yang lebih jelas.
Terima
kasih D’Masiv, asyik! Kami terhibur! Ditunggu konser-konser lainnya. Sehat
selalu ya. /*