NewsMusik “baru” menemukan mereka di Solo. Saat pergelaran Solo City Jazz tempo hari. Ketika mereka naik panggung, kwartet ini sekilas “biasa” saja. Tapi ketika mereka memilih ‘Pacar Lima Langkah’ untuk dibawakan, membuka penampilan mereka waktu itu. Lho, dangdut jazz?
Nyatanya,
tidak ada yang namanya dangdut-jazz atawa misal dangdut yang di-jazz-in. Mereka
memang “hanya” membawakan lagu dangdut, dengan format musik mereka sendiri. Bukan
sesuatu yang benar-benar baru.
Ini
memang lepas dari soal orisinalitas musik. Tidak ke situ. Tapi lebih pada,
bunyian yang mereka berempat hasilkan. Vokal, Nanda Goeltom. Drums, Fanny
Wardoyo.Piano dan synthesizer, Yusuf
Saputra. Lalu pada bass ada, Fauz
Hibbatul Haqqi.
Keempat
pemuda ini, mengaku ada yang masih jomblo dan ada juga yang sudah mempunyai
teman dekat, datangnya dari Semarang. Datang langsung dari Semarang ke Solo.
Sehabis tampil, tak lama kemudian, mereka langsung cabut balik ke Semarang. Ada
acara lain menunggu, kata Nanda, vokalisnya yang terlihat “pling sehat”.
Jazz
itu susah-susah gampang. Gampang tapi susah. Diakui oleh mereka, bahwa semacam
stigma yang ada di kepala publik kebanyakan, seperti itulah adanya. Jazz itu
rada sulit dicerna. Maka, mereka memutar otaknya, demi memperoleh strategi.
Supaya mereka dengan jazz-nya dapat diterima masyarakat banyak.
Kami
sebenarnya, awalnya memang dari komunitas. Sepakat nge-band bareng, cerita
Nanda yang cukup ceria dan ceplas-ceplos. Persis penampilannya di atas
panggung. Senang menggelitik dengan omongannya. Tambah Nanda,”Kami memang
biasanya membawakan jazz ya yang jazz beneran.Swing gitu. Juga Miles Davis,
sejenisnyalah.”
Dan
diakui, bahwa ya jazz memang relatif berat ya? So, kesepakatan mereka lantas,
mereka mencoba mengakali sajian musik jazz mereka. Boleh saja kok. Kan seperti
restoran menyajikan nasi goreng, dengan nama yang “asing” diberi topping macam-macam. Tetap saja,
dasarnya nasi goreng. Kalau untuk AbsurdNation, ya tetap jazz.
Jazz
dengan medley lagu anak-anak? Kenapa
tidak. Kwaret ini menyajikan hal seperti itu. Yang paling menarik sesungguhnya,
cara mereka menyajikan musik jazz mereka. Terkesan santai, tidak ngoyo, tak terkesan terlalu bernafsu.
Apalagi, “makan waktu banyak” dengan akrobat skill satu persatu musisinya. Kan jazz itu butuh skill mumpuni?
Masalahnya
adalah, ketika terbawa untuk pamer skill, yang bakalan lupawaktu. Bahkan jadi
lupa penonton. Alhasil, bisa terjadi, penonton bengong dan bingung. Ini main
musik apaan? Bisa juga sih, penonton terkesima dan kasih keplok hangat. Coba
tanya ke penonton, ngerti ga apa yang
mereka mainin?
AbsurdNation
sendiri maunya, memainkan jazz dengan landasan spirit ethnic jazz. Tapi dengan
perabotan musik barat lho. Tatanan melodi saja, terselip nafas etnik. Mereka
berdiri pada 12 Desember 2012, dan 5 hari kemudian, mereka tampil pertama kali
di acara jam-session pada Jazz Ngisoringin. Dari situ, mereka
mulai memberanikan diri, mengembara kemana-mana.
Selain
di Solo, sebelumnya mereka juga memperoleh kesempatan tampil di Indonesian Jass
Festival di Jakarta. Dan selanjutnya, bulan depan, rencananya mereka akan
tampil di JazzTraffic.
Pandangan
mereka terhadap jazz di Indonesia hari ini, begini nih. “Jazz di Indonesia juga
banyak mengalami perkembangan. Jazz mulai tidak lagi dianggap sebagai musik
"kelas atas". Jazz mulai diterima di setiap kalangan, tanpa melihat
suku, kasta dan tahta. Tinggal apakah mereka mampu menyerap atau tidak. Jazz
dalam persepsi gaya hidup juga mulai berkembang di Indonesia. Bagaimana unsur
improvisasi menjalar di setiap komposisi yg dibuat, dengan tanpa melupakan
konsep awalnya. Swing, funk, fusion
mulai banyak digandrungi para remaja. Musisi2 lokal pun tak kalah dengan
komposisi-komposisi yg diakulturasikan dengan kebudayaan tradisional”.
Nanda Goeltom lantas mengatakan juga, Absurdnation
sendiri berusaha menjadi bagian dari perubahan ini. Bagaimana kami mencoba
mengkolaborasikan jazz dengan unsur2 budaya yg lain seperti acara pengajian,
monolog, pentas puisi, sampai upacara adat. Mencoba menyebarkan virus ini
kemana-mana. indonesia dan dunia. Karena menurut kami, Jazz adalah pandangan
hidup, jazz adalah bagaimana kita mensyukuri berkah dan menterjemahkan dalam
bentuk harmoni. Jazz adalah persembahan.
Tambah
Nanda lagi, yang sebenarnya berasal dari ibukota ini, “Kami masih dalam proses
produksi, insya Allah pada awal tahun depan mini
album kami sudah jadi. Single
pertama kami bertilte "Titik Balik" dalam proses rekaman. Mudah-mudahan
segera selesai.” Yup, kalau begitu kita tunggu ya. Semangat dalam menyebarkan
virus, terus dan terus.... /dM
No comments:
Post a Comment