Bro, temen-temenmu ngumpul kemarin. Semua dateng karena respek, karena cinta elo. Gw rasa sih gitu ya. Banyak banget ternyata temen-temenmu bro. Mereka rame-rame dateng, mengingat elo.....
Gw
pribadi ya berasa deket,ya cukup deket. Tapi pastinya, ada lebih banyak lagi
orang, yang pastinya lebih deket lagi dengan elo. Dibilang, gw ga deket elo, ya
bisa aja. Toh kita jarang sebenarnya ketemuan. Seringkali ketemunya ga sengaja
kan?
Gw
juga yang pasti bukan members dari
IPS. Ada temen gw bilang kemarin itu, dia juga bukan anak IPS, dia anak IPA.
Doi tanya ke gw, elo anak mana? Gw jawab aja, gw anak orang tua gw sih.....
Kalau gw ceritain langsung ke elo, elo pasti ketawa lah, ketawa berat ya...
Dulu
gw kenal elo kapan ya? Mungkin seputaran Festival Rock di tahun 1985-an itu?
Bisa jadi. Ketemu dan kenalan sekilas. Gw nontonlah. Dulu itu, gw masih di
VISTA kan. Gw liat Makara elo, eh ini band berani beda nih. Laen lagi dari
kugiran rock di masa itu. Gw itu sebelumnya sempat juga liat Makara, yang
bawain SAGA, dan dari situ sebenarnyalah gw mulai rada kepincut. Gw suka Saga
juga soalnya, ga terlalu gila gimana sih, tapi Saga itu nyangkut di kuping dan
hati gw bro.
Makara
cukuplah ngepas bawain Saga. Lantas ada juga 'Laron Laron' kan? Itu
belakangan,suka jadi nama panggilan candaan aja Harry Mukti dari gw. Iya, gw
malah jadi deket sama Harry tuh, di akhir 80-an. Pas sebelum Adegan. Gw suka nongkrong bareng di
studionya Gilang Ramadhan, Kantong
Studio. Yoih, itu sebelum dia jadi ustadz.
Gw
malah juga sempet beberapa kali ketemu Agus
Anhar juga. Waktu itu Agus diajak Yuke Sumeru ikutan band-nya, Yuke Sumeru
Band. Ngiringin Renny Djayoesman misalnya. Agus sempat main dua kali deh dengan
Yuke waktu itu.
Eh
iya, Yuke Band juga sering main bareng Harry
Mukti tuh. Di Bandung, Garut, juga di PRJ yang masih di Monas Sapai Pasar
Seni Ancol. Gw kan sempat sering jalan bareng Yuke, dan juga dengan Donny
Suhendra waktu itu. Pas masa itu, gw memang ga ketemu elo lagi.
Gw
denger elo siaran, setelah itu. Temen-temen di Prambors yang kasih info,ada elo
di M97. Gw sekian waktu sering denger radio itu. Radio gokil buat gw, lagunya
berani banget, panjang-panjang euy. Tapi ya gw suka, karena gw emang suka rock.
Lumayan suka juga progressive rock.
Walau
gw pikir, ya gw hanyalah penikmat. Bisa menikmati progressive rock yang
kompleks itu. Mana lagi, kompleks militer bro. He he he he. Ga bisa “sembarangan”.
Tapi gw dari awal tau tentang IPS, gw ga tertarik ikut. Walau di SMA gw emang
pilih IPS. Soalnya, gw ga suka dengan komunitas, nanti mengikat. Soal selera,
biarlah orang bebas kemana-mana. Ya itu pendapat pribadi gw ya.
Kita
sempat ketemuan, dengan sedikit diskusi lebih dalam, saat Discus ya? Terutama waktu mau rilis album mereka, baik yang pertama
maupun kedua. Gw kan menemani Discus ke USA untuk tour sebanyak 2 kali. Dari
situ, gw makin melihat, elo lurus bener di progressive rock. Pengetahuan
mumpuni, idealisme tebal betul. Salut aja gw.
Selama
jalan-jalan dengan Discus di USA, gw dengan teman-teman Discus acapkali
ngomongin elo dan IPS juga. Jaman itu, IPS adanya di yahoogroups nya, mailing-list.
Paling ga gini, dasar dari “untung rugi”nya Discus dekat degan IPS. Kesimpulannya
sih, ga ada ruginya. Untungnya itu, ya pemanfaatan secara maksimal dan “bijaksana”.
Dari
situ juga, gw memang sebaiknya tidak masuk IPS. Cukup bergaul rapatlah dengan
Discus, kenal baik elo misalnya bro. As a
friend aja. Bergaul rapat dengan Discus, sampai gw ada sekitar 7 kalikan
mainin mereka di pelbagai acara gw. Satu ketika bahkan gw dan mas Bens Leo,
menempatkan Discus “beradu” dengan Krakatau (versi world-music) di Ancol. Gw tau kok dan liat, beberapa teman dari IPS
datang menonton dan sebagian agak “kurang puas”....
Sekitar
tahun yang sama itu, gw juga ketemu elo di Progfest, di Taman Ria Senayan. Iya
ya? Pernah kan? Karena waktu itu, gw dikasih tau Imanissimo dan In Memoriam. Gw
pengen nonton mereka. Saat itu, kayaknya hanya gw deh wartawan yang lumayan
rajin (baca : sering) menulis tentang musik progressive rock. Eh elo pernah
akui itu juga. Saran elo, gw menulis lebih “luas” dan “dalam” lagi soal
progrock itu. Gw pernah kan kasih tau, bahwa gw lagi mencoba bisa wawancara Djam
Karet, via telephone dan email. Elo seneng dengernya waktu itu.
Untung
aja lantas elo “lupa”. Hahahahaha. Karena ternyata rencana itu gagal. Email-emailan
cukup sukses. Tapi gw minta ngobrol via email ajalah, mereka minta lewat
telephone. Itu masalah! Masalah soal waktu juga. Juga soal biaya telephone nya
bro.
Balik
ke Makara deh ya bro. Itu memang grup yang menghantar nama elo ke publik. Gw
baca di sebuah situs, bahwa Makara itu berdiri tahun 1980. Sebelumnya, duduk ya
bro? Adalah elo dan Januar Irawan
sebagai penggagas dan motornya. Itu juga diceritain Harry Mukti dulu dan
belakangan diceritain juga sama Kadri Mohamad.
Grup itu rebellion ya? Kabarnya itu “mewakili”
sifat elo dan Januar?
Berani
bawain lagu-lagu sendiri juga, dan mantap di pilihan musik yang progrock itu.
Disebutnya sebagai art metal. Tertulis,
art metal lebih pintar dari heavy metal, dan lebih perkasa dari art rock. Aha,
yang begituan itu, gw kurang paham bro. Ga tau jadinya, gw setuju atau ga nya.
Yang pasti memang Makara yaaaa beda aja. Tapi potensial bener. Potensinya gede,
menurut gw, untuk bisa “menyaingi” God Bless misalnya. Salah satu dari sedikit
kugiran rock muda masa itu, yang lumayan solid dan serius sih. Sekali lagi, itu
menurut gw yeee.
Seorang
Andy Julias, memang adalah Makara. Dan setelah itu, ya progrock. Ada tertulis
bahwa di awalnya, Makara bahkan didukung Ikang Fawzy segala. Juga Tony Wenas.
Sampai Denny TR, gitarisnya Karimata. Akhirnya menjadi elo sebagai drummer,
Januar Irawan sebagai bass-player.
Lantas Agus Anhar sebagai
gitarisnya. Adik elo, Adi Adrian,
pegang keyboard. Eh ga cuma pegang, tapi mainin juga dong.
Uniknya
ya, Makara pake 2 vokalis. Ya Kadri Mohamad dan Harry Mukti. Padang dan Cimahi
bersatu padu. Harry pernah keluar, lantas masuk lagi. Gw baru inget, gw mulai
dekat dengan Harry saat ia jadi vokalis (tamu)-nya Krakatau. Setelah Krakatau
menjadi jawara di ajang Light Music
Contest 1985. Waktu itu Krakatau belum memilih vokalis tetapnya, dan masih
dengan formasi Donny Suhendra-Prasadja Budhi Dharma-Budhy Haryono-Dwiki Dharmawan.
Harry
Mukti si “kutu loncat”, begitu julukan teman-teman pers saat itu karena stage-actnya yang aktif banget, diajak
ikut mendukung Krakatau karena kedekatannya dengan Budhy Haryono (mereka
sama-sama orang Cimahi, tinggal di sekitar kompleks Basis Baros) dan Pra Budhi
Dharma. Harry bersama Krakatau ga terlalu lama, karena kemudian Krakatau lebih
memilih “memakai” Ruth Sahanaya. Uthe ini, vokalis terbaik ajang Light Music
Contest, di tahun 1985 juga.
Gw
waktu itu mulai dekat dengan mas Nunus
Oetomo (almarhum) dari Nusantik, belakangan Nunus menjadi personal manager
Krakatau itu. Di tahun 1985 itu, paska LMC, gw jadi kian dekat dengan Nunus
Oetomo dan Krakatau. Makin dekat lagi saat Krakatau lantas di-handle pula oleh manager yang lain, Iwan Pratiwi Setyawan (almarhum).
Lha
malah omongin Krakatau segale. Sorry bro. Eh Makara itu singkatan apaan sih?
Masak kata Kadri, “MAhasiswa KARAtan” sih? Doi pasti becanda lah ya. Lha
ngomongnya aja sambil ketawa lebar gitu. Cuma hal itu, gw luput untuk menanyakan
serius dengan elo ya bro.
Ya
sayang memang, Makara lantas berhenti. “Habis bensin”? Atau karena para musisi
dan penyanyinya sudah sibuk kebanyakan job?
Adi lantas di KLa kan ya. Kadri jadi lawyer
lumayan serius, sampai sekolah di luar segala. Harry itu sibuk dengan solo
projectnya selain dengan Adegan, tau-taunya eh jadi ustadz. Sayang sebenarnya
bro, harusnya bisa “sedikit lebih besar”lah. Makara punya keunikan, misal pada
pilihan lirik. Tema yang lebih ke kritik sosial. Jadi bukan hanya duo vokalis
dan progrock nya itu.
Makara
jadinya hanya sempat merilis 1 album kan? Tahun berapa ya, bro? 1985 apa 1986? Lagu
‘Laron Laron’ lumayan populer pada saat itu. Selain, apa lagi, ‘Fabel’? Atau
isi lagu-lagu lain, ‘Di Dunia Angan Angan’, ‘Sangkakala’? Atau apalagi ya, ‘Rosita’,
‘Legenda Masa Depan’, ‘Ronta Jiwa’ misalnya?
Kita
kemudian bertemu lagi kapan ya, di penjurian kategorisasi AMI Awards ya? Gw
secara kebetulan diundang ikut jadi juri. Kaget juga, tumben Seno M.Harjo
mengundang gw ikutan. Iseng doang kali ya? Ya tapi karena diundang, gw datang.
Dan kayaknya emang iseng doang diundang, karena kan cukup sekali itu aja. Gw
cuma diajak supaya tahu sistem pengkategorisasian itu, mengalaminya langsung
deh gitu. Jadi supaya ga “protes” atau kritik kali? Hihihihi. Ga lah ya.
Dan
terakhirsekali, ketemu lagi karena kita diundang Kadri Mohamad. Kadri itu terus
jadi sahabat elo kan ya, walau Makara udah berhenti? Kadri meminta kita meeting
secara “sederhana” di kantornya, kasih masukan utuk menyusun secara pas track-list dari album yang
diproduserinya, Indonesia Maharddhika. Kadri kan jadi executive
producer album itu dengan Yeninots
Journey, dimana Kadri bersekutu dengan para lawyer lainnya, Hendronoto
Soesabdo dan Yeni Fatmawati.
Masukkan
elo, tegas betul saat itu. Ah, gw pikir, elo emang ga berubah bro. Umur boleh
makin banyak, rambut mulai banyak yang memutih, tapi ketegasan tiada pernah
luntur! Tegas dan keras? Keras? Pake tanda kutip aja ya, jadi “keras”? Tapi
toh, gw bisa memahaminya kok. Begitupun halnya Kadri dan, mas Bens Leo, yang juga
diundang saat itu.
Sampai
deh di 11 Februari 2016. Gw datang ke Rock Campus, edisi khusus progrock. Dalam
agendanya, akan ada sesi ngobrol dengan elo ya, bersama Kadri juga. Nah saat
lagi makan malam, sebelum acara itu, Kadri dapat message dari whats app nya,
bahwa elo sakit. Malah harus dibawa ke rumah sakit. Katanya kena stroke ringan.
Ternyata kondisi kesehatan elo, merosot drastis.
Gw
sempat menjenguk saat elo sudah terbring koma di RS MMC, Kuningan. Kebetulan
dokter yang menangani elo, salah satunya itu dokter Poer Satriohadi, yang gw
kenal baik. Dokter Poer bilang saat itu, tolong bantu doa deh, kondisi elo itu
ga bagus. Sampai akhirnya, 17 Februari 2016, jam 12.54 WIB, elo “kalah” dari
penyakit elo. Gw dikabari oleh dokter Poer sekitar 2 menit setelah elo
dipastikan meninggal dunia.
Ya begitulah apa yang gw inget tentang elo, brother Andy Julias. Kemarin teman-teman IPS, dipimpin oleh Ella Suud, Keith Rustam, dan terutama sahabatmu, Kadri Mohamad, mengundang teman-teman untuk mengenang elo bersama-sama. Eventnya namanya, Rock in Peace – Andy Julias. Jadi edisi teramat spesial dari acara reguler mingguan, Fusion Jungle, di Rolling Stone Cafe.
Elo
rasanya sih ada dan menyaksikan, dari salah satu sudut kafe itu. Elo pasti
senyum, karena sebagian besar yang tampil membawakan karya-karyamu bro. Jadi
ada Vantasma, yang juga
berkolaborasi dengan Amir Roez. Membawakan,’Di
Dunia Angan Angan’. Dilanjutkan dengan Kelakar,
dengan ikut membawakan lagu, ‘Senggigi’.
Menyelip
juga Ita Purnamasari, membawakan
salah satunya, ‘Making Love Out of Nothing at All’. Gw menduga-duga, apa itu
salah satu lagu favorit elo bro? Selain lagu, ‘Cintaku Padamu’, yang juga bukan
karya elo. Lantas ada, Paquita Widjaya
dengan, ‘Sudikah Kamu’ karya elo dan Ipey,
adikmu.Paquita duet dengan Ronny
Sianturi.
Berikutnya
ada, ‘Badai Pasti Berlalu’ yang dibawain The
KadrijImmo mengiringi, Berlian
Hutauruk. Seperti biasa lah ya bro, namboru Berlian kan kalau nyanyi, bikin
orang terkesiap atawa terkesima gitu. Kalau elo nonton, gw yakin elo pasti
sependapat. Abis itu, Andy /rif pede
bawain ‘Laron Laron’ dengan TheKadriJimmo+adik elo, Adi Adrian. Selanjutnya,
dibawain juga, ‘Ronta Jiwa’, masih oleh TKJ.
Arry Syaff-nya
Cockpit bawain,’Satrya’ masih didukung TKJ. Keenan & Debby Nasution
bersama Gank Pegangsaan bawain, ‘Dirimu’
dan ‘Negri Cintaku’. Lantas ditutup harusnya oleh ‘Sangkakala’ yang dibawain
oleh The Miracle bersama Roy Jeconiah. Sayang Roy batal
hadir,karena orang tuanya tengah sakit, jadinya Roy diganti secara mendadak
oleh Kadri Mohamad. Host acara itu adalah, temen baik elo juga, "mister" Tom Malik.
Sebelumnya nyelip juga Katon Bagaskara & Adi Adrian, dengan band KLa-nya, yang minus Lilo Romulo. Kabarnya Lilo ada jadwal meeting di luar negeri, jadi ga bisa hadir. Tapi Katon dan Adi memutuskan tetap hadir, antara lain membawakan,'Tak Bisa Pindah ke Lain Hati'. Yang di re-arrange sedikit jadi lebih prog....
Jadinya,
ya 200-an orang yang hadir, mengenang elo bersama-sama. Menghormati juga
karya-karyamu. Oh ya, Dewan Pimpinan Pusat – Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta
Lagu dan Pemusik Republik Indonesia (DPP-PAPPRI) memberi anugerah Tokoh Rock Progresif Indonesia untuk
elo. Dalam acara kemarin, diberikan Ketua Umum PAPPRI, Tantowi Yahya. Diterima istrimu, Astied dan putrimu, Ayu
Anditry. Dan putramu, Adhitya Alandra.
Bro
Andy, sampai bertemu lagi nanti..../*
3 comments:
Goodbye mas Andy yang sangat progressive,thank you sudah mau kasih kesempatan buat band culun kita manggung di progfest dahulu kala.., thank you juga mas Dion buat tulisan ini.
Yup trims kembali @steven . Syukurlah kalau udah sempat baca. Sukses buat band-nya ya
Thanks Dion udah nulis ini. Sorry baru respon karena baru inget password supaya bisa masuk ke blog lo hehehe
Post a Comment