Sebuah
konser, menuntut keamanan dan ketertiban, demikenyamanan semua.Tak hanya
sebatas bagi pengisi acara, tapi termasuk penonton. Karena bayangkan begini,
sebuah konser, persiapan sudah nyaris sempurna, promosi optimal, penonton padat
betul. Band dan artis siap sedia seratus persen. Lalu terjadi insiden, ada
penonton jadi korban! Konser yang harusnya asyik, bisa jadi terpaksa batal!
Insiden!
Ini dikawatirkan semua event-organizer
atawa promotor pada bidang showbiz.
Insiden paling bikin deg-degan sebenarnya bagaimana penonton aman dan nyaman.
Itu rasanya yang menjadi fokus utama. Fokus utama itu, seringkali ada pihak
yang “memandang sebelah mata”. Padahal kedua matanya normal, kenapa juga hanya
pakai sebelah mata? Maka,insiden pun terjadilah!
NewsMusik
coba melakukan inventarisasi point-point
terpenting apa di sisi kamtib alias Keamanan dan Ketertiban sebuah konser.
Tulisan ini dibuat, berdasarkan penjelasan dan informasi atau termasuk
pencerahan, dari pelbagai pihak, selama sekian tahun. NewsMusik terutama
berterima kasih atas pencerahan dan jadi tambah wawasan lebih lagi dari
tokoh-tokoh show-production.
Yang
terutama adalah, Geaffary Ndol, nama
senior dalam show production tanah air dan “guru” bagi banyak “orang-orang
produksi” di Indonesia. Serta sahabat baik, alm.Wawan Djuanda, salah satu tokoh promotor cum event-organizer
Bandung yang awal perjalanan karirnya di dunia show-production, berkeliaran di
Jakarta. Dengan diantaranya juga “menuntut ilmu” pada Geaffary Ndol.
Bodyguard
Mulai
dari sisi Talent atau artisnya. Pengamanan artis pengisi acara, dimulai dari
“tatacara” mendatangkan dan memulangkan si artis, bisa artis penyanyi, musisi
atau grup band. Dalam hal ini, terpenting adalah, bagaimana artis pengisi
acara, datang, “bertugas” dengan baik, lalu pulang. Aman, tanpa gangguan
apapun.
Bahkan,
sejak kedatangan artis di kota tujuan, bila dilakukan di luar kota. Atau
termasuk artis luar negeri, yang berkunjung ke Indonesia. Tindakan pengamanan,
sudah langsung dilakukan. Di sinilah biasanya diperlukan bodyguard atau
personal-guard. Tenaga sekuriti yang bertanggung jawab ats kemanan artis
tersebut. Tenaga keamanan tersebut, langsung bertugas dengan ikut dalam tim
penjemputan di bandara.
Selanjutnya,
petugas keamanan personal tersebut, akan senantiasa mengawal kemanapun artis
tersebut pergi. Kalau solo artis, macam penyanyi,mungkin cukup 1 orang petugas.
Tapi kalau menyangkut grup band, bisa saja ada 2 hingga 3 orang yang ditugasi
mendampingi.
Mungkin
lebih tepat memang disebut saja, mendampingi. Daripada, mengawal. Mendampingi,
terkesan tidak terlihat, samar.Daripada, kalu mengamankan akan terkesan menjaga
artis secara aktif. Karena ada artis tertentu, apalagi band, biasanya kurang
begitu berkenan kalau terlalu dijaga dengan ketat. Sehingga fans sulit untuk
mendekati mereka.
Ini
dilematis. Membuka ruang agar fans bisa lebih akrab dan dekat. Artis atau grup
akan terlihat supel, bersahabat dan sopan. Menghargai betul fans, karena tanpa
fans mereka itu apalah arti si artis. Yah, model begitulah alasannya. Tapi
kalau terjadi,ada menyelip “oknum” fans iseng? Seperti yang dialami Berry,
vokalis Saint Loco di kota Malang tempo hari? Sesuatu yang agak di luar dugaan
kan?
Tapi
memang harusnya sudah harus diantisipasi sebelumnya. Cuma memang masalahnya ya
seperti itulah, nampaknya kalau tidak ada kejadian buruk ya semua orang belum
merasa “perlu” untuk antisipasi. Karena kerumunan fans, yang mengelilingi artis
atau grup band idola, harusnya selalu diwaspadai. Potensi terjadi sesuatu hal
yang tidak diinginkan, sangat rentan terjadi.
Tindakan
untuk menyiasati agar tidak ada kerumunan fans, apalagi dalam jumlah relatif
besar, harus dipertimbangkan sebelumnya. Dipersiapkan dengan baik. Bayangkan,
kalau si artis lantas dikerumununi banyak penggemarnya. Akan seperti terkurung.
Mungkin akan tidak mudah, untuk menarik dan menyelamatkan si artis atau grup
band itu, bila terjadi hal-hal tidak “kondusif” dari fans tertentu yang bisa
saja menyelip di tengah kerumunan.
Tenaga
pengaman artis, harus telah mempelajari situasi dan kondisi yang mungkin saja
terjadi. Segala resiko sebaiknya diminimalisir. Kan, daripada daripada, ya
mendingan mendingan... Dimulai dari memahami atau mengetahui karakter, tabiat
sampai kelakuan si artis atau anggota sebuah grup band yang akan didampinginya.
Kalu ada kebiasaan tertentu dari si artis atau anggota band itu, yang dirasa
punya resiko harus dibicarakan dengan management si artis.
Lalu,
mempelajari pula venue. Akses keluar
masuk artis yang paling aman. Jalan keluar alternatif untuk menyelamatkan
artis, bila terjadi chaos atau
situasi kekacauan. Mempersiapkan kendaraan yang baik dan aman. Termasuk telah
mempersiapkan kendaraan alternatif lain, bila situasi menuntut demikian.
Tindakan espace artis, bila terjadi
kekacauan harus dijamin aman dan dilakukan dalam waktu secepat-cepatnya.
Dalam
hal ini, juga menyangkut backstage.
Bagaimana melindungi artis tersebut, saat menjelang shownya. Banyak artis atau
grup band, meminta untuk bisa tenang berkonsentrasi menjelang mereka naik
panggung. Artinya, dibutuhkan areal “steril” di seputaran backstage atau “waiting room” artis pengisi acara
tersebut. Steril, sehingga hanya pihak tertentu yang bisa berada di areal
tersebut. Sehingga mudah untuk dipantau.
Membaca
peta backstage, jalur keluar masuk artis, sebaiknya sudah dipersiapkan jauh
hari sebelumnya. Saat terakhir, juga dilakukan survey lokasi langsung. Biasanya
hal ini ditangani langsung oleh satu tim pengamanan, yang tentu saja
berkordinasi dengan tim produksi dari show tersebut. Termasuk, melihat dan
mengamati jaminan keamanan dari ruang tunggu artis. Bila di areal open-air, memastikan tenda-tenda untuk
ruang artis memang kokoh dan aman. Juga nyaman, misal tersedia air-conditioning yang bekerja dengan baik.
Jadi
wilayah kerja dari personal-guard, yang di backup tim-nya, memang terpenting
saat show. Tapi sebenarnya, termasuk setelah show tuntas. Termasuk mendampingi
hingga mereka beristirahat dalam kamarnya masing-masing. Lalu acara-acara
tertentu setelah show, semisal meet and
greet ataupun jumpa fans. Bisa termasuk acara sebelum show, live interview di radio atau televisi
setempat.
Tugas
baru berakhir tuntas-tas, bila artis atau grup band, telah meninggalkan
sepenuhnya kota tujuan. Bila di luar kota. Atau selamat keluar dari areal venue
acara, bila dilakukan di Jakarta dengan artis dari Ibukota juga.
Areal
Security
Lalu,
bagaimana dengan meng-handle keamanan dan ketertiban areal penonton? Ini juga
tak kalah penting. Bahkan mungkin lebih penting. Ingat, bukan perkara mudah
untuk menangani ribuan bahkan puluhan ribu penonton kan? Yang terpenting adalah
konsep dan strategi yang benar. Sangat diperlukan, pemahaman dan pengetahuan
rinci terhadap venue.
Pengemanan
ini, memang harus berkoordinasi dengan pihak aparat setempat. Paling tidak,
daripihak kepolisian. Sebagian show, juga meminta bantuan aparat tambahan lain,
misal dari TNI-AD lewat satuan-satuan khusus atau Kodam setempat. Tenaga
keamanan dari aparat, pasti sangat dibutuhkan apalagi bila menyangkut tontonan
show yang mengundang begitu banyak penonton. Aparat akan sangat membantu,
pengamanan tak hanya sebatas venue, tapi terlebih lagi adalah keamanan dan
ketertiban wilayah sekitar.
Baik
ketika arus penonton berdatangan dari “segala penjuru”. Bagaimana mengarahkan
penonton untuk masuk ke area venue dengan lebih mudah dipantau. Akses berarti,
diminimalisir. Diperlukan papan-papan petunjuk arah, termasuk barikade atau
penghalang-penghalang jalan. Beserta petugas yang di plot untuk ikut mengarahkan arus masuk penonton.
Termasuk
pula, pengaturan areal parkir dari kendaraan penonton, baik roda empat maupun
roda dua. Juga harus dijamin keamanannya. Jangan sampai terjadi, penonton di
dalam venue aman, ternyata kendaraan mereka menjadi korban misalnya dari
penonton-penonton anarkis dan brutal. Mereka menjadi beringas, karena
beramai-ramai. Biasanya terjadi, kalau penonton itu mau menonton tapi emoh keluar duit untuk beli tiket!
Ini
masih seringkali terjadi, terutama di luar Jakarta. Banyak penonton bersemangat
menonton, harus menonton, walau tahu mereka tak cukup uang untuk membeli tiket!
Atau ada juga, kenapa harus beli tiket, kalau bisa masuk dengan gratis? Bisa
kok masuk dengan gratis, dengan menjebol pintu...! Pemikiran iseng begitu, yang
seringkali jadi penyebab “ternoda”nya sebuah konser, terutama di lapangan
terbuka.
Itu
yang lantas membuat aparat mengeluakan “cap” bahwa band ini, band itu penyebab
kerusuhan atau kekacauan. Padahal, apakah ada artis atau grup band yang ingin
show mereka rusuh? Kekeliruan tersebut, membuat Slank misalnya, lantas sulit melakukan shownya di beberapa propinsi
atau kota. Kenapa juga Slank yang harus ”bertanggung jawab”? Bukankah organizer
atau promotornya, yang harus bertanggung jawab atas terjadinya insiden
kekacauan?
Tapi
begini, promotor juga tak akan mungkin menangani keamanan dan ketertiban
puluhan ribu penonton, bila tidak didukung secara maksimal oleh aparat keamnan
resmi. Ya terutama kepolisian. Karena saat rencana sebuah show dibuatpun, harus
sudah memperoleh ijin dari kepolisian setempat. Baik Polda dan atau
Polwiltabes.
Rasanya,
pengajuan ijin untuk konser tersebut, belum cukup untuk bisa “mengajak serta”
aparat untuk mau membantu pengamanan. Tetap saja, ini berdasarkan pengalaman
selama ini, harus dilakukan lagi pendekatan untuk “mengundang” aparat terlibat
langsung. Termasuk dalam pelaksanaannya, akan berapa banyak aparat resmi yang
di-drop untuk mengamankan acara?
Menyangkut budget? Ah, gimana ya...
Jadinya,
kalau ada sebuah show dari Slank atau Iwan Fals misalnya, terjadi kekacauan.
Pastilah karena adanya, ah apa ya, sebut saja, mismamanagement atau miscommunication
dalam mengamankan dan menertibkan penonton. Ternyata aparat keamanan resmi,
yang bertugas itu jumlahnya tidak memadai. Yang harus “dipersalahkan” siapa?
Masak sih band atau artisnya?
Nh,
kita kembali ke arena venue. Ketika penonton datang, maka harus dipersiapkan
lagi, pintu masuk yang memadai dan aman. Tentu beserta petugas yang cukup.
Petugas dari organizer untuk penyobekkan atau pengecekkan tiket misalnya. Petugas
yang membantu memonitor arus penonton masuk. Dan tentu saja,back-up dari aparat untuk melancarkan
dan menertibkan arus masuk penonton ke dalam area show atau depan panggung.
Biasanya,
yang ideal ada pintu berlapis. Misal, pintu pertama, pintu untuk masuk ke dalam
areal “Ring-1” venue. Di pintu ini,
penonton wajib menunjukkan tiket. Sehingga langsung tersaring, hanya penonton
yang memiliki tiket yang bisa masuk area utama. Bisa juga dilakukan screening atas barang bawaan para
penonton. Botol-botol minuman, apalagi berbentuk gelas atau beling, lalu
senjata tajam ataupun benda-benda yang bisa menjadi alat untuk melukai orang,
diambil dan dikumpulkan. Tidak boleh dibawa masuk.
Lalu
pintu kedua, penyobekkan tiket, seperti yang dijelaskan di atas. Dan selanjutnya,
penonton langsung diarahkan masuk ke kelas-kelas sesuai harga tiket. Bila
memang, promotor menetapkan adanya pilihan kelas dengan harga tiket berbeda,
yang artinya penempatan posisi menonton juga berbeda.
Nah
kalau bentuk event-nya seperti itu, terutama untuk konser artis-artis asing di
sini. Dan berlaku untuk tontonan yang dilakukan di stadion terbuka ataupun
venue berbentuk hall dalam ruangan.
Lalu bagaimanakah bila hanya ada 1 harga tiket, bahkan untuk tontonan gratis?
Tetap
saja ada pintu masuk yang disediakan,dengan terutama diberlakukan body-checking penonton. Check untuk
barang bawaan penonton, bahkan termasuk yang dipakai. Terkadang memang, ada
penonton “iseng tapi nakal banget”, bawa rantai segala bahkan senjata tajam
yang diselipkan di dalam baju. Termasuk benda-benda tajam atau minuman alkohol.
Itulah gunanya body-checking. Eits, kenapa ya, mau nonton kok bawa pisau belati
atau golok? Mau nonton atau...cari gara-gara?
NewsMusik
memang prihatin, kalau ada saja penonton yang datang ke sebuah konser musik,
tidak murni mencari hiburan. Dari sebelum masuk sudah mabuk dulu. Menyiapkan
“peralatan perang” segala! Mau menghibur diri, ramai-ramai sukacita degan
penonton lain? Kayaknya bukan. Memang niatnya bikin onar. Kenapa harus bikin
onar, bukannya bikin seneng?
Pintu Keluar Masuk
Yang
perlu diwaspadai, terutama dalm sebuah konser di lapangan terbuka yang gratisan, bagaimana penonton tetap dapat
dikendalikan dengan baik. Yang seringkali terjadi adalah, tiba-tiba terjadi
keributan antar penonton setelah konser usai. Baik masih di areal venue, atau
sudah di areal luar. Di sinilah memang dibutuhkan bantuan aparat keamanan
setempat, yang tetap mengawasi arus penonton masuk dan terutama keluar. Apalagi
bila arus penonton, melewati pemukiman penduduk. Atau area pertokoan.
Masuk,
dengan pintu-pintu yang memadai jumlahnya, dikontrol dengan baik arus masuk. SEhingga
tidak terjadi desak-desakkan dan dorong-mendorong penonton. Ketika sudah masuk
ke dalam, area terbuka, langsung mendekati panggung. Di sini butuh plotting penjagaan yang baik. Termasuk
adanya barikade-barikade. Memisahkan penonton dengan panggung, itu yang utama.
Termasuk memisahkan, sekaligus mengamankan FOH
(Front House) yang berisi “alat-alat vital” sebuah konser. Seperti mixer audio,mixer lighting termasuk
operator multi media. FOH biasanya
berada di depan panggung.
Di
dalam areal, dibutuhkan pula barikade tambahan untuk “memecah” konsentrasi
penumpukan penonton. Mencegah bila terjadi adanya dorong-mendorong penonton
dari belakang ke depan. Maka barikade di tempatkan di areal tengah penonton.
Semua titik itu, membutuhkan aparat beserta tenaga pengamanan dari
penyelenggara untuk memonitor dan mengawasi sebaik-baiknya. Aparat juga
dibutuhkan bila terjadi, adanya copet di tengah penonton. Atau, tiba-tiba
terjadi perkelahian antar penonton.
Termasuk
pula, petugas yang bekerjasama dengan aparat yang dapat sigap menolong penonton
yang pingsan. Dalam kerumunan begitu banyak orang, agak berdesak-desakkan,
rentan untuk jatuh korban pingsan. Maka harus dapat segera di evakuasi untuk
mendapatkan pertolongan pertama. Idealnya, langsung diarahkan ke Medical-Room.
Arus
penonton masuk, sudah baik. Lalu, usai show, penonton berduyun-duyun pulang.
Nah dibutuhkan pintu-pintu keluar yang memadai dan dimonitor dengan baik.
Sebaiknya, pintu keluar dan pintu masuk dipisahkan. Atau kalaupun bisa
dipergunakan sebagai pintu masuk dan keluar, tapi untuk keluar paling baik
disediakan tambahan lagi pintu. Ini berlaku di dalam stadion terbuka.
Idealnya
memang, begitu show usai, penonton tidak dibiarkan berlama-lama berkerumun di
dalam stadion atau area pergelaran. Harus dapat diarahkan untuk pulang. Namun
tertib dan tenang. Juga, sabar. Sehingga tidak terjadi arus dorong-mendorong.
Akses
pintu keluar yang lebih banyak, amat dibutuhkan bila terjadi situasi keributan
massal di tengah-tengah penonton. Dapat menyebabkan kepanikan penonton, yang
biasanya berlarian menjauhi keributan tersebut dan pasti mencari jalan keluar.
Kejadian begitulah yang harus selalu diantisipasi sebaik-baiknya. Korban
penonton bisa terjadi, tidak hanya pelaku keributan tapi juga penonton panik
yang berlarian dan saling dorong dan “sikut sana-sini” untuk segera keluar
areal.
Ketika
usai show, di saat bersamaan, kegiatan di belakang panggung adalah, segera
melakukan “upaya penyelamatan” para artis. Sebelum nanti para artis bisa
diserbu penonton. Terkadang, penonton telah siap menanti si artis idola, di
pintu keluar belakang panggung ataupun di jalanan sekitar pintu keluar. Peran
aparat kembali dibutuhkan nih. Supaya kendaraan pembawa artis tersebut, tidak
terhenti karena kerumunan penonton.
Memang
langkah terbaik, buru-buru menggiring artis keluar tempat acara. Sering
terjadi, kan emang lagi ngetrend, penonton mengajak artis berfoto-foto. Yang
acapkali kurang diperhatikan, arena foto-foto adalah di panggung. Hati-hati
banyak kabel-kabel bersliweran. Banyak pula pernak-pernik sound system, alat
band yang masih bertebaran kan? Yang berbahaya, kalau panggung buatan, di
outdoor, tetiba diserbu ratusan penonton. Awasi betul, beban berlebihan di atas
panggung itu...
Jangan
sampai deh, amit-amit, ada korban
penonton terinjak-injak. Kepayahan karena terdesak-desak penonton lain,
tiba-tiba ga tau juntrungannya apa, eh ada keributan massal sampai ada korban
tertusuk pisau atau bambu runcing! Eh bambu runcing itu biasanya dari tiang
bendera. Kan sering terlihat, ada bendera-bendera dikibarin pas show oleh penonton... Atau ga asiknya, jatuh korban
pas penonton berebutan keluar kagak
sabaran abis acara! /dionM
No comments:
Post a Comment