Saturday, March 12, 2016

Sekuriti di Event, Lebih dari sekedar Bodyguard Artis


Sebuah konser, menuntut keamanan dan ketertiban, demikenyamanan semua.Tak hanya sebatas bagi pengisi acara, tapi termasuk penonton. Karena bayangkan begini, sebuah konser, persiapan sudah nyaris sempurna, promosi optimal, penonton padat betul. Band dan artis siap sedia seratus persen. Lalu terjadi insiden, ada penonton jadi korban! Konser yang harusnya asyik, bisa jadi terpaksa batal!
Insiden! Ini dikawatirkan semua event-organizer atawa promotor pada bidang showbiz. Insiden paling bikin deg-degan sebenarnya bagaimana penonton aman dan nyaman. Itu rasanya yang menjadi fokus utama. Fokus utama itu, seringkali ada pihak yang “memandang sebelah mata”. Padahal kedua matanya normal, kenapa juga hanya pakai sebelah mata? Maka,insiden pun terjadilah!
NewsMusik coba melakukan inventarisasi point-point terpenting apa di sisi kamtib alias Keamanan dan Ketertiban sebuah konser. Tulisan ini dibuat, berdasarkan penjelasan dan informasi atau termasuk pencerahan, dari pelbagai pihak, selama sekian tahun. NewsMusik terutama berterima kasih atas pencerahan dan jadi tambah wawasan lebih lagi dari tokoh-tokoh show-production.
Yang terutama adalah, Geaffary Ndol, nama senior dalam show production tanah air dan “guru” bagi banyak “orang-orang produksi” di Indonesia. Serta sahabat baik, alm.Wawan Djuanda, salah satu tokoh promotor cum event-organizer Bandung yang awal perjalanan karirnya di dunia show-production, berkeliaran di Jakarta. Dengan diantaranya juga “menuntut ilmu” pada Geaffary Ndol.


Bodyguard

Mulai dari sisi Talent atau artisnya. Pengamanan artis pengisi acara, dimulai dari “tatacara” mendatangkan dan memulangkan si artis, bisa artis penyanyi, musisi atau grup band. Dalam hal ini, terpenting adalah, bagaimana artis pengisi acara, datang, “bertugas” dengan baik, lalu pulang. Aman, tanpa gangguan apapun.
Bahkan, sejak kedatangan artis di kota tujuan, bila dilakukan di luar kota. Atau termasuk artis luar negeri, yang berkunjung ke Indonesia. Tindakan pengamanan, sudah langsung dilakukan. Di sinilah biasanya diperlukan bodyguard atau personal-guard. Tenaga sekuriti yang bertanggung jawab ats kemanan artis tersebut. Tenaga keamanan tersebut, langsung bertugas dengan ikut dalam tim penjemputan di bandara.
Selanjutnya, petugas keamanan personal tersebut, akan senantiasa mengawal kemanapun artis tersebut pergi. Kalau solo artis, macam penyanyi,mungkin cukup 1 orang petugas. Tapi kalau menyangkut grup band, bisa saja ada 2 hingga 3 orang yang ditugasi mendampingi.
Mungkin lebih tepat memang disebut saja, mendampingi. Daripada, mengawal. Mendampingi, terkesan tidak terlihat, samar.Daripada, kalu mengamankan akan terkesan menjaga artis secara aktif. Karena ada artis tertentu, apalagi band, biasanya kurang begitu berkenan kalau terlalu dijaga dengan ketat. Sehingga fans sulit untuk mendekati mereka.
Ini dilematis. Membuka ruang agar fans bisa lebih akrab dan dekat. Artis atau grup akan terlihat supel, bersahabat dan sopan. Menghargai betul fans, karena tanpa fans mereka itu apalah arti si artis. Yah, model begitulah alasannya. Tapi kalau terjadi,ada menyelip “oknum” fans iseng? Seperti yang dialami Berry, vokalis Saint Loco di kota Malang tempo hari? Sesuatu yang agak di luar dugaan kan?
Tapi memang harusnya sudah harus diantisipasi sebelumnya. Cuma memang masalahnya ya seperti itulah, nampaknya kalau tidak ada kejadian buruk ya semua orang belum merasa “perlu” untuk antisipasi. Karena kerumunan fans, yang mengelilingi artis atau grup band idola, harusnya selalu diwaspadai. Potensi terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan, sangat rentan terjadi.
Tindakan untuk menyiasati agar tidak ada kerumunan fans, apalagi dalam jumlah relatif besar, harus dipertimbangkan sebelumnya. Dipersiapkan dengan baik. Bayangkan, kalau si artis lantas dikerumununi banyak penggemarnya. Akan seperti terkurung. Mungkin akan tidak mudah, untuk menarik dan menyelamatkan si artis atau grup band itu, bila terjadi hal-hal tidak “kondusif” dari fans tertentu yang bisa saja menyelip di tengah kerumunan.
Tenaga pengaman artis, harus telah mempelajari situasi dan kondisi yang mungkin saja terjadi. Segala resiko sebaiknya diminimalisir. Kan, daripada daripada, ya mendingan mendingan... Dimulai dari memahami atau mengetahui karakter, tabiat sampai kelakuan si artis atau anggota sebuah grup band yang akan didampinginya. Kalu ada kebiasaan tertentu dari si artis atau anggota band itu, yang dirasa punya resiko harus dibicarakan dengan management si artis.
Lalu, mempelajari pula venue. Akses keluar masuk artis yang paling aman. Jalan keluar alternatif untuk menyelamatkan artis, bila terjadi chaos atau situasi kekacauan. Mempersiapkan kendaraan yang baik dan aman. Termasuk telah mempersiapkan kendaraan alternatif lain, bila situasi menuntut demikian. Tindakan espace artis, bila terjadi kekacauan harus dijamin aman dan dilakukan dalam waktu secepat-cepatnya.
Dalam hal ini, juga menyangkut backstage. Bagaimana melindungi artis tersebut, saat menjelang shownya. Banyak artis atau grup band, meminta untuk bisa tenang berkonsentrasi menjelang mereka naik panggung. Artinya, dibutuhkan areal “steril” di seputaran backstage atau “waiting room” artis pengisi acara tersebut. Steril, sehingga hanya pihak tertentu yang bisa berada di areal tersebut. Sehingga mudah untuk dipantau.

Membaca peta backstage, jalur keluar masuk artis, sebaiknya sudah dipersiapkan jauh hari sebelumnya. Saat terakhir, juga dilakukan survey lokasi langsung. Biasanya hal ini ditangani langsung oleh satu tim pengamanan, yang tentu saja berkordinasi dengan tim produksi dari show tersebut. Termasuk, melihat dan mengamati jaminan keamanan dari ruang tunggu artis. Bila di areal open-air, memastikan tenda-tenda untuk ruang artis memang kokoh dan aman. Juga nyaman, misal tersedia air-conditioning yang bekerja dengan baik.
Jadi wilayah kerja dari personal-guard, yang di backup tim-nya, memang terpenting saat show. Tapi sebenarnya, termasuk setelah show tuntas. Termasuk mendampingi hingga mereka beristirahat dalam kamarnya masing-masing. Lalu acara-acara tertentu setelah show, semisal meet and greet ataupun jumpa fans. Bisa termasuk acara sebelum show, live interview di radio atau televisi setempat.
Tugas baru berakhir tuntas-tas, bila artis atau grup band, telah meninggalkan sepenuhnya kota tujuan. Bila di luar kota. Atau selamat keluar dari areal venue acara, bila dilakukan di Jakarta dengan artis dari Ibukota juga.

Areal Security

Lalu, bagaimana dengan meng-handle keamanan dan ketertiban areal penonton? Ini juga tak kalah penting. Bahkan mungkin lebih penting. Ingat, bukan perkara mudah untuk menangani ribuan bahkan puluhan ribu penonton kan? Yang terpenting adalah konsep dan strategi yang benar. Sangat diperlukan, pemahaman dan pengetahuan rinci terhadap venue.
Pengemanan ini, memang harus berkoordinasi dengan pihak aparat setempat. Paling tidak, daripihak kepolisian. Sebagian show, juga meminta bantuan aparat tambahan lain, misal dari TNI-AD lewat satuan-satuan khusus atau Kodam setempat. Tenaga keamanan dari aparat, pasti sangat dibutuhkan apalagi bila menyangkut tontonan show yang mengundang begitu banyak penonton. Aparat akan sangat membantu, pengamanan tak hanya sebatas venue, tapi terlebih lagi adalah keamanan dan ketertiban wilayah sekitar.
Baik ketika arus penonton berdatangan dari “segala penjuru”. Bagaimana mengarahkan penonton untuk masuk ke area venue dengan lebih mudah dipantau. Akses berarti, diminimalisir. Diperlukan papan-papan petunjuk arah, termasuk barikade atau penghalang-penghalang jalan. Beserta petugas yang di plot untuk ikut mengarahkan arus masuk penonton.
Termasuk pula, pengaturan areal parkir dari kendaraan penonton, baik roda empat maupun roda dua. Juga harus dijamin keamanannya. Jangan sampai terjadi, penonton di dalam venue aman, ternyata kendaraan mereka menjadi korban misalnya dari penonton-penonton anarkis dan brutal. Mereka menjadi beringas, karena beramai-ramai. Biasanya terjadi, kalau penonton itu mau menonton tapi emoh keluar duit untuk beli tiket!
Ini masih seringkali terjadi, terutama di luar Jakarta. Banyak penonton bersemangat menonton, harus menonton, walau tahu mereka tak cukup uang untuk membeli tiket! Atau ada juga, kenapa harus beli tiket, kalau bisa masuk dengan gratis? Bisa kok masuk dengan gratis, dengan menjebol pintu...! Pemikiran iseng begitu, yang seringkali jadi penyebab “ternoda”nya sebuah konser, terutama di lapangan terbuka.
Itu yang lantas membuat aparat mengeluakan “cap” bahwa band ini, band itu penyebab kerusuhan atau kekacauan. Padahal, apakah ada artis atau grup band yang ingin show mereka rusuh? Kekeliruan tersebut, membuat Slank misalnya, lantas sulit melakukan shownya di beberapa propinsi atau kota. Kenapa juga Slank yang harus ”bertanggung jawab”? Bukankah organizer atau promotornya, yang harus bertanggung jawab atas terjadinya insiden kekacauan?
Tapi begini, promotor juga tak akan mungkin menangani keamanan dan ketertiban puluhan ribu penonton, bila tidak didukung secara maksimal oleh aparat keamnan resmi. Ya terutama kepolisian. Karena saat rencana sebuah show dibuatpun, harus sudah memperoleh ijin dari kepolisian setempat. Baik Polda dan atau Polwiltabes.
Rasanya, pengajuan ijin untuk konser tersebut, belum cukup untuk bisa “mengajak serta” aparat untuk mau membantu pengamanan. Tetap saja, ini berdasarkan pengalaman selama ini, harus dilakukan lagi pendekatan untuk “mengundang” aparat terlibat langsung. Termasuk dalam pelaksanaannya, akan berapa banyak aparat resmi yang di-drop untuk mengamankan acara? Menyangkut budget? Ah, gimana ya...
Jadinya, kalau ada sebuah show dari Slank atau Iwan Fals misalnya, terjadi kekacauan. Pastilah karena adanya, ah apa ya, sebut saja, mismamanagement atau miscommunication dalam mengamankan dan menertibkan penonton. Ternyata aparat keamanan resmi, yang bertugas itu jumlahnya tidak memadai. Yang harus “dipersalahkan” siapa? Masak sih band atau artisnya?
Nh, kita kembali ke arena venue. Ketika penonton datang, maka harus dipersiapkan lagi, pintu masuk yang memadai dan aman. Tentu beserta petugas yang cukup. Petugas dari organizer untuk penyobekkan atau pengecekkan tiket misalnya. Petugas yang membantu memonitor arus penonton masuk. Dan tentu saja,back-up dari aparat untuk melancarkan dan menertibkan arus masuk penonton ke dalam area show atau depan panggung.
Biasanya, yang ideal ada pintu berlapis. Misal, pintu pertama, pintu untuk masuk ke dalam areal “Ring-1” venue. Di pintu ini, penonton wajib menunjukkan tiket. Sehingga langsung tersaring, hanya penonton yang memiliki tiket yang bisa masuk area utama. Bisa juga dilakukan screening atas barang bawaan para penonton. Botol-botol minuman, apalagi berbentuk gelas atau beling, lalu senjata tajam ataupun benda-benda yang bisa menjadi alat untuk melukai orang, diambil dan dikumpulkan. Tidak boleh dibawa masuk.
Lalu pintu kedua, penyobekkan tiket, seperti yang dijelaskan di atas. Dan selanjutnya, penonton langsung diarahkan masuk ke kelas-kelas sesuai harga tiket. Bila memang, promotor menetapkan adanya pilihan kelas dengan harga tiket berbeda, yang artinya penempatan posisi menonton juga berbeda.
Nah kalau bentuk event-nya seperti itu, terutama untuk konser artis-artis asing di sini. Dan berlaku untuk tontonan yang dilakukan di stadion terbuka ataupun venue berbentuk hall dalam ruangan. Lalu bagaimanakah bila hanya ada 1 harga tiket, bahkan untuk tontonan gratis?
Tetap saja ada pintu masuk yang disediakan,dengan terutama diberlakukan body-checking penonton. Check untuk barang bawaan penonton, bahkan termasuk yang dipakai. Terkadang memang, ada penonton “iseng tapi nakal banget”, bawa rantai segala bahkan senjata tajam yang diselipkan di dalam baju. Termasuk benda-benda tajam atau minuman alkohol. Itulah gunanya body-checking. Eits, kenapa ya, mau nonton kok bawa pisau belati atau golok? Mau nonton atau...cari gara-gara?
NewsMusik memang prihatin, kalau ada saja penonton yang datang ke sebuah konser musik, tidak murni mencari hiburan. Dari sebelum masuk sudah mabuk dulu. Menyiapkan “peralatan perang” segala! Mau menghibur diri, ramai-ramai sukacita degan penonton lain? Kayaknya bukan. Memang niatnya bikin onar. Kenapa harus bikin onar, bukannya bikin seneng?


Pintu Keluar Masuk

Yang perlu diwaspadai, terutama dalm sebuah konser di lapangan terbuka yang gratisan, bagaimana penonton tetap dapat dikendalikan dengan baik. Yang seringkali terjadi adalah, tiba-tiba terjadi keributan antar penonton setelah konser usai. Baik masih di areal venue, atau sudah di areal luar. Di sinilah memang dibutuhkan bantuan aparat keamanan setempat, yang tetap mengawasi arus penonton masuk dan terutama keluar. Apalagi bila arus penonton, melewati pemukiman penduduk. Atau area pertokoan.
Masuk, dengan pintu-pintu yang memadai jumlahnya, dikontrol dengan baik arus masuk. SEhingga tidak terjadi desak-desakkan dan dorong-mendorong penonton. Ketika sudah masuk ke dalam, area terbuka, langsung mendekati panggung. Di sini butuh plotting penjagaan yang baik. Termasuk adanya barikade-barikade. Memisahkan penonton dengan panggung, itu yang utama. Termasuk memisahkan, sekaligus mengamankan FOH (Front House) yang berisi “alat-alat vital” sebuah konser. Seperti mixer audio,mixer lighting termasuk operator multi media. FOH biasanya berada di depan panggung.
Di dalam areal, dibutuhkan pula barikade tambahan untuk “memecah” konsentrasi penumpukan penonton. Mencegah bila terjadi adanya dorong-mendorong penonton dari belakang ke depan. Maka barikade di tempatkan di areal tengah penonton. Semua titik itu, membutuhkan aparat beserta tenaga pengamanan dari penyelenggara untuk memonitor dan mengawasi sebaik-baiknya. Aparat juga dibutuhkan bila terjadi, adanya copet di tengah penonton. Atau, tiba-tiba terjadi perkelahian antar penonton.
Termasuk pula, petugas yang bekerjasama dengan aparat yang dapat sigap menolong penonton yang pingsan. Dalam kerumunan begitu banyak orang, agak berdesak-desakkan, rentan untuk jatuh korban pingsan. Maka harus dapat segera di evakuasi untuk mendapatkan pertolongan pertama. Idealnya, langsung diarahkan ke Medical-Room.
Arus penonton masuk, sudah baik. Lalu, usai show, penonton berduyun-duyun pulang. Nah dibutuhkan pintu-pintu keluar yang memadai dan dimonitor dengan baik. Sebaiknya, pintu keluar dan pintu masuk dipisahkan. Atau kalaupun bisa dipergunakan sebagai pintu masuk dan keluar, tapi untuk keluar paling baik disediakan tambahan lagi pintu. Ini berlaku di dalam stadion terbuka.
Idealnya memang, begitu show usai, penonton tidak dibiarkan berlama-lama berkerumun di dalam stadion atau area pergelaran. Harus dapat diarahkan untuk pulang. Namun tertib dan tenang. Juga, sabar. Sehingga tidak terjadi arus dorong-mendorong.
Akses pintu keluar yang lebih banyak, amat dibutuhkan bila terjadi situasi keributan massal di tengah-tengah penonton. Dapat menyebabkan kepanikan penonton, yang biasanya berlarian menjauhi keributan tersebut dan pasti mencari jalan keluar. Kejadian begitulah yang harus selalu diantisipasi sebaik-baiknya. Korban penonton bisa terjadi, tidak hanya pelaku keributan tapi juga penonton panik yang berlarian dan saling dorong dan “sikut sana-sini” untuk segera keluar areal.
Ketika usai show, di saat bersamaan, kegiatan di belakang panggung adalah, segera melakukan “upaya penyelamatan” para artis. Sebelum nanti para artis bisa diserbu penonton. Terkadang, penonton telah siap menanti si artis idola, di pintu keluar belakang panggung ataupun di jalanan sekitar pintu keluar. Peran aparat kembali dibutuhkan nih. Supaya kendaraan pembawa artis tersebut, tidak terhenti karena kerumunan penonton.
Memang langkah terbaik, buru-buru menggiring artis keluar tempat acara. Sering terjadi, kan emang lagi ngetrend, penonton mengajak artis berfoto-foto. Yang acapkali kurang diperhatikan, arena foto-foto adalah di panggung. Hati-hati banyak kabel-kabel bersliweran. Banyak pula pernak-pernik sound system, alat band yang masih bertebaran kan? Yang berbahaya, kalau panggung buatan, di outdoor, tetiba diserbu ratusan penonton. Awasi betul, beban berlebihan di atas panggung itu...

Beres semua. Aman semua, alhamdulillah. Kalau ada keributan, siap-siap penyelenggara jadi pihak bertanggung jawab. Dipanggil polisi, diinterogasi. Hati-hati, bisa kena pasal, karena kelalaiannya menyebabkan jatuh korban jiwa.  Bakal lebih apes, kalau sampai ada korban meninggal dunia! Masuk bui, ganjarannya! Makanya, hati-hati bikin show. Apalagi yang berpotensi bakalan mengundang ribuan bahkan puluhan ribuan penonton. Keamanan dan ketertiban itu, puentiiing bangets!

Jangan sampai deh, amit-amit, ada korban penonton terinjak-injak. Kepayahan karena terdesak-desak penonton lain, tiba-tiba ga tau juntrungannya apa, eh ada keributan massal sampai ada korban tertusuk pisau atau bambu runcing! Eh bambu runcing itu biasanya dari tiang bendera. Kan sering terlihat, ada bendera-bendera dikibarin pas show oleh penonton... Atau ga asiknya, jatuh korban pas penonton berebutan keluar kagak sabaran abis acara! /dionM




















No comments: