Sunday, March 20, 2016

CHE, Memberontak, Menggugat Konspirasi



- rewrite -

Chandra Hendrawan Johan, that’s his fullname.  Garut, 30 Juni 1977, his place and date of birth. Anak kedua dari 4 bersaudara. He’s rocker, isn’t he? Absolutly, guys!  Generasi selanjutnya rocker, yang meramaikan khasanah musik cadas Indonesia raya tercinta ini. Ealaaa, lengkap pisan! Yang pasti, ia punya warna vokal cukup khas. Dan itu pastinya, membuatnya cepat dikenal luas.
Begitulah, memang ia berasal dari Cupumanik. Band-nya bersama Muhamad Riyad a.k.a Iyak (bass), SQ-Eski Mulya Gunawan (gitar) dan Dony Setiawan (drums). Ia adalah penyanyi sekaligus gitaris. Cupumanik sudah menghasilkan album rekaman bertitel Cupumanik, dirilis oleh label Pops/Aquarius pada tahun 2005. Lalu disusul album bertitel “tendensisus”, Menggugat, sebagai album yang makin mengangkat lumayan tinggi nama grupnya itu.

Che, begitu dia bisa dipanggil. Ringkas, padat dan gampang diingat! Dan Che, lalu diajak masuk formasi band lain. Konspirasi namanya, bersama Edwin Syarief (gitaris), Romy Sophian (bass) dan Marcell Siahaan yang jadi drummer dan tanpa menyanyi! Band yang ini lebih ber”tensi” tinggi lagi, walau Cupumanik bukan berarti jauh lebih kalem. Kan rocker?
Sosok Che dengan suara khasnya itu, dianggap personifikasi terdepan dari jajaran rocker Indonesia yang punya kecenderungan pada warna rada grunge. Dan itu tercermin pada Cupumanik. Termasuk juga pada Konspirasi, namun sekali lagi, Konspirasi terkesan lebih “meraung dan menyayat” pada sound-nya.
Sekedar catatan, bahwa Cupumanik sendiri yang berdiri di sekitar 1996 di kota Bandung, memang sedari awal memainkan warna musik grunge atau yang dikenal juga sebagai Seattle-Sound. Mereka mengawali pemunculannya sebagai cover-band lagu-lagu Pearl Jam, Stone Temple Pilot, Soundgarden dan sejenisnya.
Nah kehadiran Che dengan baik Cupumanik maupun Konspirasi, memang tak pelak memperkaya lagi musik rock Indonesia kita. Artinya, menambah lagi ketersediaan warna musik keras yang bisa disantap telinga pencinta musik. Keduanya punya karakter tersendiri
Cerita Che, bersama Cupumanik, mereka di beberapa tahun silam pernah mendapatkan kesempatan berharga untuk tampil di Envoy et Macadam Festival di Quebec City, Canada. Festival itu adalah sebuah perhelatan besar musik alternative internasional, dimana mereka berada di antara band-band lain dari 15 negara seluruh dunia.
Apalagi, mereka ternyata ditempatkan di hari penutupan, dan di main-stage, dengan bermain sepanggung bersama grup-grup terkemuka macam The Exploited, Raise Against, Blood for Blood. Penontonnya rame dan kesempatan itu tentu saja dong, menjadi pengalman paling manis tak terlupakan bagi Che dan Cupumanik.

Bahkan akibat kesuksesan di Kanada itu, Cupumanik yang sumpeee mati kagak “cupu” itu, dibuatkan konser tur di 2 kota. Nama acara, Cupumanik “Grunge Harga Mati” Tour Live in Malaysia. Mereka ditemani 21 band grunge Malaysia, tampil nanti 3 Mei di Subang Jaya, Kuala Lumpur. Lalu 4 Mei tampil di Melaka. Wah!
Ke-grunge-an Che beserta grupnya nampaknya memang sudah di”sah”kan komunitas grunge sedunia. Sebuah kebanggaan tiada terkira rasanya. Perjuangan sekian waktu tak kenal lelah selama ini, mendapat semacam ganjaran yang setimpal! Kerenlah!
Grunge itu adalah dia, dan dia adalah anak grunge Indonesia, begitu tutur tegasnya satu ketika di sebuah situs. Tapi gini, pernah mendengar bahwa Eddie Vedder, eh bahkan Kurt Cobain mengelak dibilang grunge? Ga masalahlah, jawab Che. Karena menurutnya toh dia dan Cupumanik, tiada pernah bermaksud sekadar begitu aja meniru arusnya grunge dunia.
Saya setuju juga ketika Che pernah satu saat menunjukkan bahwa kan, lirik-lirik lagu dia dan Cupumanik malah banyak mengandung ide pencerahan. Selain protes sosial, walau tak bertendensi mencaci maki dengan vulgarnya. Sementara kalau yang dikenal lewat grup-grup hero-nya grunge dunia, banyak mengedepankan kefrustasian dan keterisolasian.
Well ya inget aja dengan album Menggugat. Kosakata “Menggugat” itu, selintas cukup menohok”, tapi sekaligus punya keberanian lho. Cuma kata itu dimaknai Che dan teman-teman sebagai, sesuatu yang merasakan kesakitan. Dikarenakan ketidakadilan, kebuntuan, keresahan, kemunduran dan kesalahan.

Tapi, Che kemudian pernah berkata, kata itu pun mengidamkan hari esok yang lebih baik dan bebas. Gugatan ini mengandung energi yang besar agar keluar dari kondisi lama yang buram dan gelap. So, itu yang di atas saya bilang punya kesan keberanian. Menmbangkitkan keberanian gitu.
Menggugat, kata ini ditulis dengan rasa sedih tapi dengan sikap yang teguh, dia menjadi hidup, bergerak dan mengandung tenaga untuk melawan menyemburkan emosi dan keresahan. Alhasil, tetap ada unsur positifnya kan? Kesannya menjadi semacam mantra, menyoal akan keberanian untuk mengorbankan diri demi arah yang lebih baik...
Saya jadi pengen nambahin dikit aja. Arah lebih baik itu, untuk membuat hidup lebih berarti dong. Tak menyia-nyiakan hidup untuk ketidakjelasan. jelas atau tidak jelas itu sebetulnya ya pilihan. Kita bisa bikin jelas, tapi kita juga bisa bikin banyak hal tidak jelas. Baik buat diri sendiri, maupun untuk sekeliling kita. Akur?

Kembali ke Che lagi, saya pernah baca tulisannya begini, ternyata kemampuan nyontek dari idola, dari tokoh dan dari panutan itu harus diasah, kalo enggak itu hanya akan jadi koleksi yang pasif tanpa lahir karya baru. Jangan sekedar mencuri ide, arsip contekan yang kita punya harus diolah, dipoles, diutak-atik, diubah, digubah, dipadu dengan ciri khas kita, dengan kepribadian kita, dengan selera kita, dengan karakter kita.
Lalu dia melanjutkannya lagi, kalo cuma nyontek hanya akan menjadi plagiarisme yang memalukan, lebih parah lagi kita akan dicap plagiat yang mengklaim karya orang lain sebagai karya kita. Gue masih inget pernyataan, Kurt Cobain yang mengaku nyontek The Melvins The Beatles dan Sex Pistols, dia enggak mampu 100% menjadi seperti idolanya, tapi ketidakmampuan meniru secara persis, itu justru melahirkan band penting dan unik era 1990 bernama Nirvana.
Jelas dan tidak jelas, bisa di artikan ke situ juga. Jelas, mengambil inspirasi dan jangan berhenti untuk mengeksplorasi, kayak membangkitkan kreatifitas. Jangan capek menghasilkan yang “baru” kan? Akan jadi gak jelas dah, kalau hanya mengidola-idolakan, dan merasa cukup meniru. Kan ga banyak juga lho, yang bisa meniru dengan persis?
Ok setelah menyenggol soal “cukup serius”, balik ke Cupumanik-nya lagi. Che pernah mengalami pengalaman aneh yang sungguh ga nyenengin hati! Cupumanik pernah tampil di Unjani Cimahi, baru bawain 2 lagu saja eh dihentikan polisi. Kabarnya karena warga setempat yang lapor ke polisi.
Sementara bersama Konspirasi, Che ga pernah lupa pengalaman mengasyikkan tampil 3 kali berturut-turut meramaikan Java Rockinland! Hajarrrr aja, ga ada capeknya, kata Che. Seru banget. Maklum, lanjut Che, band baru lagi seneng-senengnya main. Kita main dimana aja, berangkaaatttz!
Ada rencana bikin solo-album kelesss, bro? Aha, ga tega juga nanyain itu ke Che. Karena saya sih lihat dia sangat menikmati keseruan perjalanan bermusiknya dengan kedua bandnya itu. Apalagi, kedua grup itu punya kelas tersendiri.
Satu nilai positif dari seorang Che, ia terus aktif dan bersemangat menyebarkan enerji positif. Lewat tulisan-tulisannya, antara lain. Terus saja. Akhirnya lantas banyak penggemarnya  menjadi berasa makin dekat dan tambah dekat dengannya, lewat celoteh positif Che, via sosial media.
Ia itu dengan sadar atau tidak, telah mengikat para penggemarnya. Mengundang datang, mengumpulkan, membius dan...mengikatnya. Bukan ikatan secara negatif, atau mengungkung mereka. Dampaknya memang terasa, Che kian dikenal, juga Cupumaniknya, secara otomatis. Buat saya mah, saya berani menyebutnya, tokoh muda rock, atau grunge, yang berpengaruh”.
Oh iya, akhir tahun kemarin, ia juga baru merilis buku, Rock Memberontak. Buku dengan ketebalan 120 halaman dan dicetak pada kertas berukuran A5 ini, ditulis oleh Eko Prabowo. Fokusnya adalah. pada kisah proses kreatif menghasilkan lagu. Antara Che, vokalis Cupumanik dan Robi, vokalis sekaligus gitaris Navicula dalam menciptakan lagu untuk band masing-masing.
Sebuah karya kreatif lain, yang juga salah satu enerji positif lain, yang disebarkan Che. Dimana kali ini Che berjalan barengan dengan Robi Navicula itu. Bahasan yang diangkat antara lain adalah dari mana ide mereka berasal, apa saja sumber referensi tema dan bunyi mereka. Lalu, bagaimana proses produksi lagi, hingga penjelasan khusus mengenai beberapa lagu terbesar mereka seperti ‘Grunge Harga Mati’ dan ‘Busur Hujan’

Ok deh, jadi soal solo album lagi nih. Ga aneh juga dong, kalau lantas suatu ketika nanti, iapun memiliki solo album kan? Solo album apa grup band baru lainnya? Paling tidak begini deh, menunjukkan semangatnya terus berkobar-kobar untuk terus kreatif dengan speed dan intensitas tinggi trooossss! Setuju ga, Che? Atau pikir-pikirlah dulu.... He he he. Sukses selalu dengan pergerakanmulah, kawan! /*







No comments: