Rabu
malam, datang masBro. Ok. Ada apaan nih?
SoG mau kumpul-kumpul kecil aja. Oho, siaaaap kalau gitu. Sudah, ya gitu aja, calling-annya.
Begitu
datang, dari sore-an, jam 5 gitu. Mereka sudah siap. Cuma vokalis, masih mau
jalan, telat dikit. On the way,
istilahnya. Belakangan baru ketauan, si vokalis harus rekaman dulu dengan
band-nya yang satunya lagi. Itu yang bikin doski rada telat.
Yang
ngagetin, lho alat-alat kok sudah terpasang. Amplifiers untuk 2 gitar, bass lantas juga ada satu set electric-drums. Ini ngumpulnya ternyata
lumayan serius? MasBro, kenalin dulu nih, ini original members nya State
of Groove dulu. Lama kita ga ketemu, eh akhirnya ketemu juga sekarang. Joko, dulu bassis. Hallo bro.
Ini
drummer kita bro, Tomo namanya. Oh
ok, hallo Tom. Ada brother Anton Canga
sudah di situ juga. Well, ini jadi serius? Gw pikir, hanya ngobrol-ngobrol aja
dulu nih bro. Ternyata alat-alat sudah terpasang gitu? Emil, si empunya acara
dan yang punya tempat, cuma melempar senyum. ovba-coba aja lagi lah,
kangen-kangenan dulu mas...
Ok,
sebelum jauh nih. Ada memang band 90-an, sebetulnya mereka tepatnya nongol
jelang akhir 90-anlah. State of Groove namanya. Disingkatnya memang SoG. Pada masa itu, home-basenya adalah di VIM Studio, di
daerah Prapanca situ.
Kata
Emil sih, emang mereka pengen aja ngeband. Dia yang berinisiatif, ajak
temen-temennya. Lalu latihan sebentar, langsung rekaman. Jadi! Album mereka
dilansir resmi, sekitar ujung 1990-an itu. Lumayan singkat sebetulnya
prosesnya.
Dan
SoG kudu “bertempur” dengan band-band yang duluan dikenal luas masa itu. /rif
misalnya. Java Jive juga ada. Sapa lagi? Edane juga masih ada dan eksis. the Groove
juga ada kan? Eh tapi kalau itu, musiknya mah beda. Oh ya Adegan dong ya? Oh
itu juga kayaknya udah istirahat, waktu SoG muncul. PADI ya, yang baru muncul
juga kan? Caffein juga kan?
Ok then,
SoG memang ngerock dasarnya. Tapi rocknya emang keras-keras agak membelai
telinga. Rock kenceng juga bisa sih, tapi tetap terasa empuk masuk kuping,
dicerna hati. Model gitulah. Vertical Horizon, The Calling, The Cure ah ya
sebutlah band-band luar yang lumayan berjaya di era 1990-an. Termasuk juga
Lenny Kravitz, dan lain sebagainya.
Tapi
akar mereka tetap pada rock n roll, tetap berangkat dari inspirasi dasar dari
Rolling Stones dan Beatles. Campur dah semua jadi satu. Rock empuk, modern,
legit. Satu yang penting, juga bisa ngegoyang yang nonton, atawa yang dengerin.
So, bayangin saja musik merekalah, kalau misalnya ada yang belum tahu mereka.
Musik
mereka itu ya gitu deh, memang beda, ada yang uniknya juga. Tapi ya sayang,
menurut Emil, umur SoG mungkin tak lebih dari 2 tahun-an saja. Terpaksa bubar
jalan, dan agak kurang asyik saat harus pisah sebetulnya. Yaeyalaaaah, baru
juga sealbum kan? Baru juga “ngagetin” pasar, belum populer banget, eh udahan.
Nah
intinya adalah pada musiknya. Tadi di atas itu, saya sudah sebut mereka beda.
Ga banyak yang memainkan musik kayak mereka, di jaman itu, kalau ga malah
dibilang ga ada yang nyamain musik mereka. Sayang sih ya?
Beberapa
waktu lalu, Emil memang pernah ngobrol-ngobrolisenglah gitu, cerita juga
tentang SoG. Sayang ya udah bubar. Padahal musiknya kan, sebenarnya tetap up to
date, kalau didengerin sekarang, iya ga sih mas? Saya jawab, eh iya dong. Ga
lawas-lawas amat kok. Harusnya sih masih bisa masuk di jaman sekarang.
Lha
tau-taunya, malah bisa kumpul lagi! Iseng sih memang kelihatan awalnya. Iseng,
tapi sebenarnya kan cukup serius, lihat aja mereka mau “nyoba” untuk main
bareng lagi kan? Hasilnya? Ga mengecewakan sebenarnya.
Mereka
sempat bawain beberapa lagu mereka, yang masuk di album mereka itu. Ada,’Disko’,
‘Maafkan’, ‘Inilah Aku’, ‘Only’ dan ‘Bayang-Bayangmu’. Lalu session “iseng-iseng
berhadiah botol cantik” malam itu, diramaikan lagu-lagu lain. Dari Oasis sampai
Queen segala! Cem-macemlah dibunyiin....
Apalagi,
ada juga dateng menengok, Tyo Nugros.
Sebelumnya muncul Erwin Prasetya
juga. Ini dua orang mantan Dewa. Dulunya dewa, sekarang mungkin mereka memilih,
“jadi manusia biasa, yang bermusik aja teteup sih”. Nah jadinya, ada jam
session spontan gitu. Apalagi muncul pula, the
one n only p*l*r in da world, sape lagi kalau bukan, Denny Chasmala!
Canga
cerita saat dulunya itu dengan SoG. Gimana mereka kalau kumpul, sering
begadangan gitu. Seminggu bisa 2 atau 3 kali, nongkrong bareng, ngeband,
seru-seruan. Semua senang. Denny Chasmala dulu itu juga banyak membantu SoG
dalam merampungkan album rekaman mereka.
Sebuah
pertemuan lagi yang seru. Reuni yang memang cukup pas. Pas untuk apa? Ga sih,
maksudnya pas aja waktunya. Kalau soal, reunian untuk apaan? Itu coba kita
sodorin sama Emil dan temen-temennya saja. Ya Emil, ya Ariyo Wahab,vokalis yang datang telat itu. Atau Tomo dan Joko. Juga
pada Chiko, gitaris, yag datangnya
jelang jam 12 malam!
Menariknya,
peristiwa kemarin itu, didokumentasikan cukup serius. Divideoin lah. Ada Vick Urias dan Dimas yang ngerjain syutingnya, dibantu juga ada Lesa. Lesa ini belakangan eh disuruh
nyanyi juga, sebagai backing vocal.
Nge-backing bareng Mila Wahab, yang datang belakangan
juga. Ga barengan sama lakinya, Ariyo. Karena kan Ariyo abis rekaman.
Ya,
reunian untuk satu atau dua saat aja. Atau reunian mau jalan bareng lagi.
Memang itu tergantung mereka saja. Walau, sekali lagi, musik mereka itu “berbahaya”.
Kalau saja muncul tetap dengan musik begitu lagi, mereka punya potensi. Tinggal
bagaimana mengemasnya saja, gimana menjualnya. Akan kemana.Akankah “dari bawah”
dulu lagi, main di event-event rock di cafe ke cafe dulu.
Atau
mungkin, bikin acara sendiri. Pede aja lageeee. Asal yang penting ada ide bagus
dan keren, untuk kemasan konser kecilnya itu. So, begitulah yang penting adalah
ide. Kreatifitas. Jual-menjual juga sangat terkait dengan ide dan kreatifitas.
Sekedar
bermusik dan lempar ke pasar, ya bisa aja. Tapi kan sayang, apalagi kalau sudah
bermodal effort yang diupayakan
maksimal. Ya ga? Karena hari ini ya,
memang katanya dunia musik lagi nyungsep, bray. Dimana-mana, industri musik itu
lesu darah.
Tapi
biar gimanapun, memang ada yang collapse, tapi toh ada juga yang malah sukses?
Ada juga nih, yang ga disangka-sangka, malah melejit dan mengejutkan. Masih ada
banyak surprise pada dunia musik.
Dunia
musik itu sekarang memang lebih “dikuasai” kaum indie. Indie menjadi jalur
alternatif yang “menggairahkan”. Pergerakannya memang sporadis, tapi
dimana-mana. Kecil-kecil tapi banyak. Ya
ga masuk televisi sih,belum membuat televisi jadi bukapintu lebar-lebar ya,
tapi toh eksis dan punya penggemar.
Alhasil,
ada catatan bahwa banyak band-band yang berjalan di jalur indie itu, tetap bisa
“hidup dengan baik dan nyaman”. Kreaitiftas, ide ditambah niat sih. Jeli
membaca pasar, untuk berhati-hati melangkah. Soalnya, hari ini ya, semua musik itu
serasa punya ruang yang sama.
Semua
musik itu punya “kesempatan hidup” yang sama. Tinggal bagaimana mengolah lantas
memelihara pasar itu. Memikirkannya baik-baik, lalu membentuk pasar, mengelus
pasar itu dengan intens. Yoih, bisa ngelus-nya apa nggak, itu kuncinya sih. Gimana
caranya, biar bisa mendekati pasar dan “berkawan akrab dan dekat” dengan pasar
itu. Itu usaha yang memang perlu kejelian dalam mengendus “arah angin”....
Hari
ini kan ya, kabarnya legal atau illegal download file mulai agak
ditinggalkan. Eranya mulai masuk pada bentuk streaming. Itu yang mulai dilirik sebagai salah satu jalan keluar,
untuk melanggengkan eksistensi. Termasuk tentunya, untuk mencuri
perhatian.Untuk membuat pemunculan tiap penyanyi,grup band atau musisi, bisa
berarti walau baru tahap awal.
Emil
sudah mencoba berpikirlebih ke depan sebenarnya.Ia tengah menyiapkan semacam
rumah produksi musik. Di dalamnya ada menejemen kecil band atau artis,
record-label yang akan berusaha memproduksi rekaman dari penyanyi atau grup band
potensial. Bahkan melebar ke situs musik yang lengkap, dengan radio streaming, music streaming. Mencoba membuat streaming-tv juga.
Emil
memulainya dengan grup musiknya yang baru, Daddy’s Day Out. Tentang ini, sudah
pernah saya ceritain kok di tulisan sebelum ini.Yang mengenai Emil dengan
keinginan, pemikiran dan langkahnya di dunia musik saat ini.
Artinya
SoG, yang kan masih punya potensi. Potensi itu bisa bermanfaat, bila memang
diniatin untuk diterusin.Tapi ya gitu deh, bisa juga, tak bermanfaat apapun,
kalau saja ternyata niat ga bulat misalnya. Kalau ga bulat, boleh ga lonjong?
Masalahnya SoG itu ada keunikannya. Itu aja sih. Kita lupain, kalau mereka ga
punya modal berarti itu....
Cuma
memang sih, musik yang kita rasa asyik juga, belum tentu kan, didenger orang
lain juga asyik? Belum tentu juga, sudah upaya maksimal, misal dengan promosi
yang gencar, eh kok ya mentok juga.
Kalau
berandai-andai saja, memang tak akan bergerak jauh. Terlalu berhitung, saya
pikir, tak punya faedah. Mending jangan terusin. Artinya, berhitung kelewat
hati-hati. Etapi, ga lantas ya udah jor-joran aja. Eits, tunggu dulu. sayang
dokat dong.....
Udah
ah, ini udah mau masuk subuh euy. Udahan dulu ya. Kita tunggu aja deh
sama-sama, SoG langkah lanjutannya apaan. Tapi kalau mereka berniat serius
untuk jalan lagi bareng, siap-siap aja digoyang musik mereka. Percaya deh, sob.... /*
1 comment:
ayooo dunk bangkit lagi band2 90an... kyk SOG dll... hidupin lgi musik2 90an
Post a Comment