-repost-
Tulisan ini dibuat
dan dimuat media saya, beberapa tahun lalu, saat remaja jelang dewasa ini masih
remaja banget. Masih 17 tahun! Sekarang ia sudah hampir 20 tahun, beberapa bulan
nanti. Makin jauh perjalanannya. Istilahnya kan, ia jadi ada dimana-mana. Yang
pasti, menjadi salah satu drummer muda, generasi 2000-an paling sukses. Sukses
dari ukuran akan wilayah pengembaraan musiknya sampai hari ini. Dan yang
terkini adalah, aktifitas terbarunya, menggarap proyek Dua Drum, dimana ia tampil dengan drummer muda lain, Muhammad Iqbal
alias Yoiqball. Ok, silahkan membaca tulisan di bawah ini....
John “Bonzo” Bonham,
siapa yang tak kenal dia? Bukan cuma Si Boy doang, dengan Catatan Si Boy-nya.
Tapi ini jelas nama kelas dunia, malah dapat predikat salah satu World’s Best Drummer of All Time.Lewat Led Zeppelin, orang-orang menikmati
betapa powerful dan penuh semangatnya
permainan drumsnya. Dan asal tahu saja, permainan drumsnya yang terutama punya
kekuatan ekstra di kaki kanannya, terus menjadi inspirasi bagi para drummer
dimanapun. Bahkan hingga hari ini.
Salah
satu yang terkagum-kagum dan terinspirasi banget dengan gaya John Harry Bonham
adalah, remaja belia berkacamata ini. Walau sejatinya, John Bonham telah
meninggal dunia 25 September 1980 di usianya yang masih 32 tahun. Artinya, 16
tahun tuh sebelum remaja ini lahir! Ia memang mengagumi dan menikmati betul
permainan idolanya itu lewat video-video, tayangan youtube. Jejak-jejak kesaktian Bonham kan berceceran dimana-mana
Tidak
begitu sulit untuk drummer dimanapun untuk mengenal lantas mengidolakan Bonham.
Jaman sekarang geneee, internet bikin
semuanya jadi deket dan gampang! Thank you, mister googling.... Dan
begitulah cerita terawalnya. Sejak umur sekitar 8 tahun, dia mulai belajar
mengenal drums. Pelan tapi pasti, keliatan ia makin suka.
Kedua
orang tuanya, yang kebetulan penggemar musik cukup fanatik, Yudani Gambiro dan Setyorini Yudani, lantas mengarahkan putranya dengan memanggil
beberapa guru drums. Ia mulai dengan private
course. Dan ia suka, menikmati betul belajar drums. Kayaknya ya juga
ditambah dengan emang punya bakat!
Klop banget!
Yandi Andaputra,
begitu nama lengkapnya. Lahir di Jakarta, 13 Juli 1996. Sekarang tetap
bersekolah, di SMA Yasporbi XII, sudah kelas XII IPA. NewsMusik inget betul,
nama Yandi pertama kali di “recommend”
oleh bassist, Indro Hardjodikoro.
Indro “menemukan”nya saat ada jammin’
di salah satu kafe.
Waktu
itu, NewsMusik dan Indro memperbincangkan, kayaknya serius banget ya, soal
drummer-drummer muda yang bermunculan dengan cepat. Indro lantas menyebut nama
Yandi. Ini ada lagi nih, bahaya juga mainnya. Dia punya potensi juga. Masih
muda banget, masih belum 15 tahun (waktu itu). Begitu informasi yang
diceritakan Indro.
Nah
secara “kebetulan”, pas saat itu Emerald-BEX
tengah mencari drummer. Emerald BEX itu terdiri dari Roedyanto, Morgan Sigarlaki
dan Iwang Noorsaid. Drummer mereka
sebelumnya, Inang Noorsaid, kakak
kandung Iwang, nampaknya kesulitan fokus mendukung grup tersebut. Maka sayapun
menyarankan Emerald BEX untuk mencoba Yandi.
Mencoba
dengan sekali saja latihan, Roedyanto mengatakan jalan nih. Ternyata Yandi
sebelum ini memang sudah cukup mengenal beberapa lagu Emerald BEX dari era
Emerald Band di tahun 1980-an akhir dulu. Dan informasi dari sang ayah, Yandi
juga menyukai Casiopea, kelompok
fusion terkemuka Jepang. Dimana warna Emerald BEX memang terkesan dekat dengan
grup fusion yang banyak fansnya di Indonesia itu.
Sebelumnya
Emerald-BEX sempat lega dan lumayan puas dengan adanya dukungan drummer muda
lain. Excel Mangare namanya. Sayang Excel, drummer muda kira-kira seusia Yandi,
ternyata diberangkatkan ke negeri paman sam, untuk memperdalam ilmu
bermusiknya. Waktu itu, Emerald-BEX memang agak puyeng mencari pengganti Excel,
dimana mereka pengennya sih drummer muda juga. Bagus banget kalau sepantaran
Excel.
Maka
Yandi dilibatkan dalam Emerald BEX, dipercaya oleh “ketiga paman”nya tersebut.
Sampai sekarang. Lewat keterlibatan dalam Emerald BEX, Yandi juga makin dikenal
luas oleh publik. Terutama oleh para musisi jazz muda. Iapun mulai laris
ditanggap sebagai session-players. Begitulah,
untung banget ketemu eh dapat Yandi!
Ia
juga makin dikenal lewat sebuah trio muda berwana blues-funk-rock, Ginda and
the White Flowers. Trio ini sebenarnya mulai muncul ke permukaan, sayang
hanya sempat berusia sekitar 2 tahun-an. Pada tahun 2013 ini, kelompok muda
berbakat itu terpaksa bubar karena kesibukan personilnya.
Grup
blues muda itu dikembangkan lagi, dan pada akhirnya, muncul lagi. Namun dengan
nama “baru”, Groovader. Grup ini,
juga ditujukan untuk bisa membuat album rekaman, selain tampil di panggung.
Selain Groovader, ia juga mendukung Indro
Hardjodikoro & the Fingers. Iapun tak berhenti sampai situ, karena
acapkali juga mendukung Tohpati
Ethnomission.
Yandi
jalan terus, dan makin sering muncul di berbagai acara. Ia tetap mendukung
Emerald BEX, tapi juga sering mendukung kelompok Tompi & Bahokay band-nya. Ia juga acapkali tampil dengan
pelbagai kelompok musik lain. Antara lain sempat tampil bersama Six-Strings , grup para gitaris seperti
Dewa Budjana, Baim, Tohpati, Aria Baron, Eros Chandra dan Andre Dinuth.
Ia
sebetulnya senang dengan berbagai warna musik. Itu mungkin terinspirasi dengan
drummer idolanya yang lain, Adam Deitsch.
Ini drummer yang produser, memainkan banyak musik. Deitsch juga punya grup
sendiri, Lettuce, salah satu grup
idola Yandi. Berbagai album Lettuce, belakangan ini termasuk yang sering didengerin Yandi.
Yandi
juga menyebut drummer dahsyat lain seperti Vinnie
Colaiuta, Dave Weckl sebagai
drummer idolanya. Termasuk pula, Akira
Jimbo. Permainan para drumsnya itu, senantiasa ditonton dan didengarnya
dengan seksama. Dan tipikal permainan para drummer idolanya itu, ia coba
terapkan bila sedang latihan sendirian di studionya sendiri. Ia membiasakan
diri berlatih sendiri, selama 2 sampai 4 jam setiap harinya.
Anak
kedua dari 3 bersaudara ini bilang ke saya, ia sebenarnya mendengarkan dan
menonton banyak drummer dan grup band. Ia memang suka menonton konser ataupun
video musik, selain menonton film. Oh ya, Yandi menyebut film sci-fi Inception-nya Christopher
Nolan yang dibintangi Leonardo
Caprio, sebagai salah satu film favoritnya.
Salah
satu permainan drums yang paling berkesan buat dia adalah, Dave Weckl. Ia
pernah menontonnya langsung dan langsung “terekam” dengan baik di hati dan
otaknya. Dia memang mengaku, butuh banyak menonton para drummer hebat, termasuk
drummer Indonesia. Asyiklah, berarti Yandi lapar terus untuk menyempurnakan
permainan drumsnya! Cihuuyyy banget tuh....
Umurnya
jelas muda. Bayangin terbilang teenager
lho. Tapi penuh semangat dan terus aktif belajar dan berlatih. Yandi jelas
menjadi salah satu drummer muda potensial di antara banyak drummer-drummer muda
yang bermunculan dari mana-mana di pentas musik Indonesia. Dan sebagai drummer
muda, enerjik dan ganteng, fansnya mulai banyak lho!
Cita-citamu
apa sih, Yandi? Eh saya belum sempat menanyakan langsung sih. Nanti kalau
ketemu ditanyain. Sementara ini ya
main aja terus dengan aktif ya. Apalagi yang kurang ya, bakat ada, semangat
ada, orang tua mendukung penuh. Ok, gebuk
terus drumsnya, Yandi! /*
No comments:
Post a Comment