(repost)
Ryan
Ekky Pradipta bercerita, “Lagu itu harusnya beatnya lebih cepat sedikit. Lalu
dimulai dengan suara ketukan drum. Disarankan oleh bu Acin dari Musica,
coba jangan begini, pelanin temponya. Dan hilangkan suara drums di depan. Pasti
lebih dalem kesannya.” Keempat teman
lain mengangguk kepala, menyetujui cerita Ryan.
Itu lagu saya yang buat, lanjut Ryan. “Dan ah ga ada
wangsit apapun, atau mimpi gimana sebelumnya. Tapi iya, lagu itu dibuat ketika
kami, internal kami, memang ada masalah di dalam. Lagu itu saya buat dan tulis,
dalam situasi ya kepikiran juga masalah itu.”
“Saya dapat ide dasar, coba tulis coretan, mainkan dengan
gitar gitu ya. Lalu saya dengerin ke Kiki gitaris. Gw ada lagu baru nih,
gimana. Lewat telephone tuh,”Ryan
bercerita lagi. Dwiki Aditya Marsall,
begitu nama lengkap sang gitaris, mendengarkan baik-baik. “Begitu denger sampai
habis, langsung saya bilang, eh boleh tuh. Langsung masukkin di demo album,”
terang Kiki.
Saat itu, terang Rayyi
Kurniawan Iskandar Dinata, bassis, mereka dapat kumpulkan 12 lagu. Dan demo
berisi 12 lagu itu mereka perdengarkan pada pihak labelnya. “Syukurlah langsung
diterima semua. Udah pas. Dan ya sedikit masukkan yang bermanfaat di beberapa
lagu, termasuk pada lagu Jangan Menyerah itu,” Rayyi menambahkan.
Wahyu
Piaji, drummer, lantas menambahkan,”Eh judul lagu
itu awalnya bukan Jangan Menyerah itu lho. Kita pakai bahasa Inggris, Don’t Give Up. Tapi lagi-lagi memang
disarankan bu Acin, pakai bahasa Indonesia saja. Nanti fans kalian di Tegal,
atau Surabaya atau Sumatera misalnya, susah nyanyiinnya.
Ga gampang dingertiin banyak orang,”
Wahyu menjelaskan.
“Ya kita ikuti saran itu. Sebenarnya, kata-kata Don’t
Give Up itu memang ada dalam lirik. Refrainnya memang teksnya itu, nyelip
bahasa Inggris hanya itu. Tapi karena saran itu, ya kita ikuti. Bagus juga
sarannya kan?” Tambah Ryan.
Dan lagu itu lalu begitu istimewa. Seorang fans mereka,
seorang ibu-ibu muda asal Kalimantan, bisa rujuk lagi dengan sang suami saat di
ambang perpecahan dalam rumah tangganya. “Iya itu sungguhan. Dan lantas sang
ibu itu saat ini, seringkali menonton show kami di Kalimantan, di kotanya atau
di luar negeri! Dia ada lho di penonton waktu show kami di Australia,
Singapura, Hongkong. Suaminya mengijinkan istrinya menonton kami di luar
negeri, disupport malah,” cerita
Ryan.
Ada banyak cerita-cerita mengharukan, dari para
penggemar. Tak sekedar dari Masiver,
sebutan bagi fans mereka. Malah sebagian juga dari ibu-ibu atau bapak-bapak
gitu. Ada cerita, seorang ibu, yang mengatakan mendapat kekuatan dan keyakinan
ketika suaminya terkena sakit keras. Suami-istri itu lantas menyukai lagu itu,
“Walau akhirnya bapak itu meninggal dunia, tapi sang ibu ga pernah lupa dan
malah menjadi penggemar fanatik kami,” cerita Nurul Damar Ramadhan, gitaris.
Ryan mengatakan lagi, lagu itu menjadi tema atau backsound banyak tayangan saat ada bom
di Jakarta. Atau kejadian bom lain. “Saya ga menyangka. Kami kaget, ternyata
sampai begitunya dampak lagu itu, dampak yang sangat positif. Menguatkan orang.
Alhamdulillah,” tambah Wahyu.
Lagu, ‘Jangan Menyerah’, dari album kedua mereka, Perjalanan yang dirilis 2010. Dan lagu
itu, menjadi lagu tema dari sebuah yayasan untuk anak-anak penderita kanker,
Pita Kuning. “Kami sering sekali melakukan kunjungan ke rumah sakit Dharmais,
melihat dan menghibur anak-anak penderita kanker. Mereka suka dan selalu rikues
lagu itu. Yang lucu, teman-teman artis atau grup band lain yang ke sana juga,
eh diminta membawakan lagu itu juga,” ucap Ryan sambil senyum.
Mereka adalah, D’Masiv.
Awalnya bernama Massive. Diganti saja
menjadi D’Masiv biar lebih mudah diucapkan lidah orang Indonesia. Mereka
melejit namanya ketika merilis album perdana, Perubahan, di tahun 2008. Dari album itu, ‘Cinta Ini Membunuhku’’
menjadi hits yang menerbangkan tinggi
banget nama mereka. Album itu sempat menuai pro-kontra, lantaran sebagian lagu
dianggap “jiplakan” dari lagu-lagu barat.
Bisa jadi, pro kontra tersebut malah berdampak
mendongkrak dan melajukan promosi album tersebut. Jadinya, bukan negatif eh
malah positif. Pada album pertama itu, ada 46 lagu yang mereka persiapkan dan
sodorkan dalam demo kepada pihak Musica. “Sekitar 6 bulan gitulah proses
pengerjaan album itu, sampai selesai dan rilis,” jelas Ryan.
Album itu memang benar-benar membuat perubahan pada
kehidupan mereka berlima. Mereka menjadi jarang di rumah, karena seringkali
dalam sebulan mereka harus tampil di 20 hari, “Nah sisa hari lainnya itu, kita
pakai untuk syuting di televisi. Artinya memang, kita saat itu, bener-bener
besar di luar rumah. Orang tua dan keluarga semua mendukung,” ucap Kiki.
Perubahan itu memang langsung terjadi, termasuk ada orang
tua yang awalnya tidak begitu mengijinkan anaknya bermusik. Tapi melihat
kesuksesan album itu, dan melihat sang anak menikmati banget perjalanan
bermusiknya dan tidak membuatnya dekat dengan narkoba, orang tua itupun memberi
permit penuh dan mendukungnya.
Perjalanan tur kami seru. Kami pernah main di sebuah
pulau terpencil di Maluku. Harus ke sana dengan pesawat kecil yang lumayan
menyeramkan terbang ke pulau itu. Kotanya, waktu kami datang terlihat sepi,
cerita Rayyi. “Tapi begitu show di malam harinya, waduh ternyata puluhan ribu
orang yang datang menonton! Mereka malah sampai ikutan menyanyi, hafal lagu-lagu
kami!” Ryan bercerita dengan mata berbinar-binar.
Pernah juga tur di Sulawesi. Dimana mereka harus
melakukan perjalanan lewat darat selama 10 jam ke satu kota. Begitu selesai
show, di kota itu, istirahat sejenak saja langsung jalan lagi! Dan, jalan lagi
hampir 10 jam lagi ke kota berikutnya, kata Damar. “Badan pegel-pegel semua,
tapi kami seneng banget. Karena di setiap show, penonton ikut menyanyi dengan
antusias,” tambah Rayyi.
Dari Perubahan lalu ke Perjalanan. NewsMusik mengamati
bahwa tekanan kontra pada album pertama, atas kecurigaan plagiat yang
dilakukan, justru seolah menjadi pelecut. Memotivasi mereka menjadi lebih baik,
dan lebih berhati-hati, di album berikutnya. Yang malah memang membuat nama
mereka lebih harum lagi, karena hits yang dramatis dan menyentuh itu. Mereka
sukses membuktikan diri, bahwa mereka bisa lebih baik!
Dari band yang sempat dicerca sebagian orang, kemudian
menjadi band yang sukses dan memberi inspiratif positif bagi begitu banyak
orang. Sebuah perjalanan karir yang unik dan luar biasa, yang telah mereka
alami selama ini. NM melihat bahwa konsistensi mereka pada bentuk musik, lagu
dan lirik yang bercerita “mendalam” adalah
salah satu point positif mereka. Itulah
yang jadi sebab utama, mereka tetap mampu melanggengkan eksistensinya dan
“membersihkan” catatan agak minor
mereka, di awal perjalanan mereka.
D’Masiv, yang berdiri tahun 2003, mulai dikenal luas saat
mereka sukses menjuarai ajang, A Mild
Live Wanted 2007. Ajang pembibitan band-band populer itu, dilakukan seluruh
Indonesia. Mereka berhasil menjadi pemuncak utama. Saat itu, D’Masiv sudah
memperlihatkan secara tehnis musikalitas, mereka memang bukan “asal bunyi”
ataupun sekedar tampil bermusik jrang-jreng
doang.
Album ketiga mereka, Indahnya
Bulan Suci, adalah sebuah mini album
kompilasi. Dirilis tahun 2011. Sebuah album bertema reliji. D’Masiv melepaskan,
‘Beri Kami Yang Terbaik’ dan juga lagu ‘Damai’ pada album tersebut. Lagu lain
diisi oleh Ungu, Peterpan, Rossa, Chrisye, Nidji, ST12 dan D’ Bagindas.
Saat ini, mereka baru merampungkan rekaman album terbaru
mereka. Single hits, ‘Salah Paham’
adalah salah satu lagu andalan. Sebelumnya, mereka sempat merilis sebuah single
“keroyokan” dengan beberapa penyanyi lain, ‘Esok Kan Bahagia’. Ryan dan Rayyi
mengabarkan, kemungkinan album akan dirilis dalam 1-2 bulan ke depan.
“Harusnya sih di rilis sekitar Maret ini, tapi ada
perubahan sedikit. Jadi pihak Musica mengabarkan, ditunda sebentar. Mohon
Masiver bersabar,” jelas Ryan. Dalam album ini, terang Damar, ada Denny
Chasmala yang menjadi produser. “Saya sempat belajar gitar pada mas Denny. Dan
ya lantas saya dan teman-teman timbul ide, kenapa tidak mencoba mengajak mas
Denny jadi produser. Karena album dan lagu-lagu yang dihasilkan atau digarap
mas Denny selama ini, juga bagus-bagus kan,” lanjut Damar.
Denny Chasmala, produser banyak rekaman pop selain juga
gitaris yang banyak bermain jazz dan rock, ternyata menerima ajakan D’Masiv.
Mas Denny itu berpesan pada kami, teruskan dan gali lebih dalam musik yang kami
sudah ketahui dan mainkan selama ini. “Ga usah kemana-mana, bikin yang
lain-lain gimana gitu. Jangan. Intens saja di musik kalian itu,” begitu ucap
Ryan. Damar lantas menambahkan, ya mereka menyetujui dan menjalankan apa yang
diarahkan mas Denny.
Denny sendiri, pada kesempatan lain, pada NM pernah
mengatakan,”Mereka (D’Masiv) itu tambah dewasa rasanya. Dan mereka bisa bermain
musik yang asyik, ya yang seperti apa yang mereka hasilkan selama ini. Gw ga
mau merubah itu. Mereka biar begitu, tinggal mereka sendiri mantapin musiknya.
Mereka kreatif kok dan semuanya asyik-asyik…”
D’Masiv memang tak pernah menyerah. Mereka tetap akan
berjalan terus, memberi hiburan positif bagi khalayak penggemar musik, yang
bisa saja menambah jumlah masiver. NM sempat menanyakan, kalau 10 tahun ke
depan, apa yang akan mereka lakukan?
Jawaban kelima mereka beragam. Memainkan musik yang belum
pernah mereka mainkan, misalnya. Memainkan musik baru, yang muncul selama 10 tahun mendatang
itu,. Atau kepengen rekaman mereka bisa dirilis di luar negeri, secara
internasional. Ada pula yang mengatakan, kepengen bisa tur internasional ke
banyak negara.
Well, good luck! Semoga semua keinginannya tercapai
dengan baik. Obrolan ini dilakukan NM pada acara Kita Banget di Lite FM 105,8
Jakarta. Acara rutin yang diisi saya, Gideon Momongan, sebagai host setiap Selasa malam jam 8 sampai
10, dua minggu sekali. / dM
No comments:
Post a Comment