Thursday, March 10, 2016

Sedikit Catatan Saya Tentang Andy Julias




Bro, temen-temenmu ngumpul kemarin. Semua dateng karena respek, karena cinta elo. Gw rasa sih gitu ya. Banyak banget ternyata temen-temenmu bro. Mereka rame-rame dateng, mengingat elo.....
Gw pribadi ya berasa deket,ya cukup deket. Tapi pastinya, ada lebih banyak lagi orang, yang pastinya lebih deket lagi dengan elo. Dibilang, gw ga deket elo, ya bisa aja. Toh kita jarang sebenarnya ketemuan. Seringkali ketemunya ga sengaja kan?
Gw juga yang pasti bukan members dari IPS. Ada temen gw bilang kemarin itu, dia juga bukan anak IPS, dia anak IPA. Doi tanya ke gw, elo anak mana? Gw jawab aja, gw anak orang tua gw sih..... Kalau gw ceritain langsung ke elo, elo pasti ketawa lah, ketawa berat ya...

Dulu gw kenal elo kapan ya? Mungkin seputaran Festival Rock di tahun 1985-an itu? Bisa jadi. Ketemu dan kenalan sekilas. Gw nontonlah. Dulu itu, gw masih di VISTA kan. Gw liat Makara elo, eh ini band berani beda nih. Laen lagi dari kugiran rock di masa itu. Gw itu sebelumnya sempat juga liat Makara, yang bawain SAGA, dan dari situ sebenarnyalah gw mulai rada kepincut. Gw suka Saga juga soalnya, ga terlalu gila gimana sih, tapi Saga itu nyangkut di kuping dan hati gw bro.
Makara cukuplah ngepas bawain Saga. Lantas ada juga 'Laron Laron' kan? Itu belakangan,suka jadi nama panggilan candaan aja Harry Mukti dari gw. Iya, gw malah jadi deket sama Harry tuh, di akhir 80-an. Pas sebelum Adegan. Gw suka nongkrong bareng di studionya Gilang Ramadhan, Kantong Studio. Yoih, itu sebelum dia jadi ustadz.
Gw malah juga sempet beberapa kali ketemu Agus Anhar juga. Waktu itu Agus diajak Yuke Sumeru ikutan band-nya, Yuke Sumeru Band. Ngiringin Renny Djayoesman misalnya. Agus sempat main dua kali deh dengan Yuke waktu itu.
Eh iya, Yuke Band juga sering main bareng Harry Mukti tuh. Di Bandung, Garut, juga di PRJ yang masih di Monas Sapai Pasar Seni Ancol. Gw kan sempat sering jalan bareng Yuke, dan juga dengan Donny Suhendra waktu itu. Pas masa itu, gw memang ga ketemu elo lagi.
Gw denger elo siaran, setelah itu. Temen-temen di Prambors yang kasih info,ada elo di M97. Gw sekian waktu sering denger radio itu. Radio gokil buat gw, lagunya berani banget, panjang-panjang euy. Tapi ya gw suka, karena gw emang suka rock. Lumayan suka juga progressive rock.
Walau gw pikir, ya gw hanyalah penikmat. Bisa menikmati progressive rock yang kompleks itu. Mana lagi, kompleks militer bro. He he he he. Ga bisa “sembarangan”. Tapi gw dari awal tau tentang IPS, gw ga tertarik ikut. Walau di SMA gw emang pilih IPS. Soalnya, gw ga suka dengan komunitas, nanti mengikat. Soal selera, biarlah orang bebas kemana-mana. Ya itu pendapat pribadi gw ya.
Kita sempat ketemuan, dengan sedikit diskusi lebih dalam, saat Discus ya? Terutama waktu mau rilis album mereka, baik yang pertama maupun kedua. Gw kan menemani Discus ke USA untuk tour sebanyak 2 kali. Dari situ, gw makin melihat, elo lurus bener di progressive rock. Pengetahuan mumpuni, idealisme tebal betul. Salut aja gw.
Selama jalan-jalan dengan Discus di USA, gw dengan teman-teman Discus acapkali ngomongin elo dan IPS juga. Jaman itu, IPS adanya di yahoogroups nya, mailing-list. Paling ga gini, dasar dari “untung rugi”nya Discus dekat degan IPS. Kesimpulannya sih, ga ada ruginya. Untungnya itu, ya pemanfaatan secara maksimal dan “bijaksana”.
Dari situ juga, gw memang sebaiknya tidak masuk IPS. Cukup bergaul rapatlah dengan Discus, kenal baik elo misalnya bro. As a friend aja. Bergaul rapat dengan Discus, sampai gw ada sekitar 7 kalikan mainin mereka di pelbagai acara gw. Satu ketika bahkan gw dan mas Bens Leo, menempatkan Discus “beradu” dengan Krakatau (versi world-music) di Ancol. Gw tau kok dan liat, beberapa teman dari IPS datang menonton dan sebagian agak “kurang puas”....
Sekitar tahun yang sama itu, gw juga ketemu elo di Progfest, di Taman Ria Senayan. Iya ya? Pernah kan? Karena waktu itu, gw dikasih tau Imanissimo dan In Memoriam. Gw pengen nonton mereka. Saat itu, kayaknya hanya gw deh wartawan yang lumayan rajin (baca : sering) menulis tentang musik progressive rock. Eh elo pernah akui itu juga. Saran elo, gw menulis lebih “luas” dan “dalam” lagi soal progrock itu. Gw pernah kan kasih tau, bahwa gw lagi mencoba bisa wawancara Djam Karet, via telephone dan email. Elo seneng dengernya waktu itu.
Untung aja lantas elo “lupa”. Hahahahaha. Karena ternyata rencana itu gagal. Email-emailan cukup sukses. Tapi gw minta ngobrol via email ajalah, mereka minta lewat telephone. Itu masalah! Masalah soal waktu juga. Juga soal biaya telephone nya bro.
Balik ke Makara deh ya bro. Itu memang grup yang menghantar nama elo ke publik. Gw baca di sebuah situs, bahwa Makara itu berdiri tahun 1980. Sebelumnya, duduk ya bro? Adalah elo dan Januar Irawan sebagai penggagas dan motornya. Itu juga diceritain Harry Mukti dulu dan belakangan diceritain juga sama Kadri Mohamad. Grup itu rebellion ya? Kabarnya itu “mewakili” sifat elo dan Januar?
Berani bawain lagu-lagu sendiri juga, dan mantap di pilihan musik yang progrock itu. Disebutnya sebagai art metal. Tertulis, art metal lebih pintar dari heavy metal, dan lebih perkasa dari art rock. Aha, yang begituan itu, gw kurang paham bro. Ga tau jadinya, gw setuju atau ga nya. Yang pasti memang Makara yaaaa beda aja. Tapi potensial bener. Potensinya gede, menurut gw, untuk bisa “menyaingi” God Bless misalnya. Salah satu dari sedikit kugiran rock muda masa itu, yang lumayan solid dan serius sih. Sekali lagi, itu menurut gw yeee.
Seorang Andy Julias, memang adalah Makara. Dan setelah itu, ya progrock. Ada tertulis bahwa di awalnya, Makara bahkan didukung Ikang Fawzy segala. Juga Tony Wenas. Sampai Denny TR, gitarisnya Karimata. Akhirnya menjadi elo sebagai drummer, Januar Irawan sebagai bass-player. Lantas Agus Anhar sebagai gitarisnya. Adik elo, Adi Adrian, pegang keyboard. Eh ga cuma pegang, tapi mainin juga dong.
Uniknya ya, Makara pake 2 vokalis. Ya Kadri Mohamad dan Harry Mukti. Padang dan Cimahi bersatu padu. Harry pernah keluar, lantas masuk lagi. Gw baru inget, gw mulai dekat dengan Harry saat ia jadi vokalis (tamu)-nya Krakatau. Setelah Krakatau menjadi jawara di ajang Light Music Contest 1985. Waktu itu Krakatau belum memilih vokalis tetapnya, dan masih dengan formasi Donny Suhendra-Prasadja Budhi Dharma-Budhy Haryono-Dwiki Dharmawan.
Harry Mukti si “kutu loncat”, begitu julukan teman-teman pers saat itu karena stage-actnya yang aktif banget, diajak ikut mendukung Krakatau karena kedekatannya dengan Budhy Haryono (mereka sama-sama orang Cimahi, tinggal di sekitar kompleks Basis Baros) dan Pra Budhi Dharma. Harry bersama Krakatau ga terlalu lama, karena kemudian Krakatau lebih memilih “memakai” Ruth Sahanaya. Uthe ini, vokalis terbaik ajang Light Music Contest, di tahun 1985 juga.
Gw waktu itu mulai dekat dengan mas Nunus Oetomo (almarhum) dari Nusantik, belakangan Nunus menjadi personal manager Krakatau itu. Di tahun 1985 itu, paska LMC, gw jadi kian dekat dengan Nunus Oetomo dan Krakatau. Makin dekat lagi saat Krakatau lantas di-handle pula oleh manager yang lain, Iwan Pratiwi Setyawan (almarhum).
Lha malah omongin Krakatau segale. Sorry bro. Eh Makara itu singkatan apaan sih? Masak kata Kadri, “MAhasiswa KARAtan” sih? Doi pasti becanda lah ya. Lha ngomongnya aja sambil ketawa lebar gitu. Cuma hal itu, gw luput untuk menanyakan serius dengan elo ya bro.



Ya sayang memang, Makara lantas berhenti. “Habis bensin”? Atau karena para musisi dan penyanyinya sudah sibuk kebanyakan job? Adi lantas di KLa kan ya. Kadri jadi lawyer lumayan serius, sampai sekolah di luar segala. Harry itu sibuk dengan solo projectnya selain dengan Adegan, tau-taunya eh jadi ustadz. Sayang sebenarnya bro, harusnya bisa “sedikit lebih besar”lah. Makara punya keunikan, misal pada pilihan lirik. Tema yang lebih ke kritik sosial. Jadi bukan hanya duo vokalis dan progrock nya itu.
Makara jadinya hanya sempat merilis 1 album kan? Tahun berapa ya, bro? 1985 apa 1986? Lagu ‘Laron Laron’ lumayan populer pada saat itu. Selain, apa lagi, ‘Fabel’? Atau isi lagu-lagu lain, ‘Di Dunia Angan Angan’, ‘Sangkakala’? Atau apalagi ya, ‘Rosita’, ‘Legenda Masa Depan’, ‘Ronta Jiwa’ misalnya?

Kita kemudian bertemu lagi kapan ya, di penjurian kategorisasi AMI Awards ya? Gw secara kebetulan diundang ikut jadi juri. Kaget juga, tumben Seno M.Harjo mengundang gw ikutan. Iseng doang kali ya? Ya tapi karena diundang, gw datang. Dan kayaknya emang iseng doang diundang, karena kan cukup sekali itu aja. Gw cuma diajak supaya tahu sistem pengkategorisasian itu, mengalaminya langsung deh gitu. Jadi supaya ga “protes” atau kritik kali? Hihihihi. Ga lah ya.
Dan terakhirsekali, ketemu lagi karena kita diundang Kadri Mohamad. Kadri itu terus jadi sahabat elo kan ya, walau Makara udah berhenti? Kadri meminta kita meeting secara “sederhana” di kantornya, kasih masukan utuk menyusun secara pas track-list dari album yang diproduserinya, Indonesia Maharddhika. Kadri kan jadi executive producer album itu dengan Yeninots Journey, dimana Kadri bersekutu dengan para lawyer lainnya, Hendronoto Soesabdo dan Yeni Fatmawati.
Masukkan elo, tegas betul saat itu. Ah, gw pikir, elo emang ga berubah bro. Umur boleh makin banyak, rambut mulai banyak yang memutih, tapi ketegasan tiada pernah luntur! Tegas dan keras? Keras? Pake tanda kutip aja ya, jadi “keras”? Tapi toh, gw bisa memahaminya kok. Begitupun halnya Kadri dan, mas Bens Leo, yang juga diundang saat itu.
Sampai deh di 11 Februari 2016. Gw datang ke Rock Campus, edisi khusus progrock. Dalam agendanya, akan ada sesi ngobrol dengan elo ya, bersama Kadri juga. Nah saat lagi makan malam, sebelum acara itu, Kadri dapat message dari whats app nya, bahwa elo sakit. Malah harus dibawa ke rumah sakit. Katanya kena stroke ringan. Ternyata kondisi kesehatan elo, merosot drastis.
Gw sempat menjenguk saat elo sudah terbring koma di RS MMC, Kuningan. Kebetulan dokter yang menangani elo, salah satunya itu dokter Poer Satriohadi, yang gw kenal baik. Dokter Poer bilang saat itu, tolong bantu doa deh, kondisi elo itu ga bagus. Sampai akhirnya, 17 Februari 2016, jam 12.54 WIB, elo “kalah” dari penyakit elo. Gw dikabari oleh dokter Poer sekitar 2 menit setelah elo dipastikan meninggal dunia.



Ya begitulah apa yang gw inget tentang elo, brother Andy Julias. Kemarin teman-teman IPS, dipimpin oleh Ella Suud, Keith Rustam, dan terutama sahabatmu, Kadri Mohamad, mengundang teman-teman untuk mengenang elo bersama-sama. Eventnya namanya, Rock in Peace – Andy Julias.  Jadi edisi teramat spesial dari acara reguler mingguan, Fusion Jungle, di Rolling Stone Cafe.
Elo rasanya sih ada dan menyaksikan, dari salah satu sudut kafe itu. Elo pasti senyum, karena sebagian besar yang tampil membawakan karya-karyamu bro. Jadi ada Vantasma, yang juga berkolaborasi dengan Amir Roez. Membawakan,’Di Dunia Angan Angan’. Dilanjutkan dengan Kelakar, dengan ikut membawakan lagu, ‘Senggigi’.
Menyelip juga Ita Purnamasari, membawakan salah satunya, ‘Making Love Out of Nothing at All’. Gw menduga-duga, apa itu salah satu lagu favorit elo bro? Selain lagu, ‘Cintaku Padamu’, yang juga bukan karya elo. Lantas ada, Paquita Widjaya dengan, ‘Sudikah Kamu’ karya elo dan Ipey, adikmu.Paquita duet dengan Ronny Sianturi.




Berikutnya ada, ‘Badai Pasti Berlalu’ yang dibawain The KadrijImmo mengiringi, Berlian Hutauruk. Seperti biasa lah ya bro, namboru Berlian kan kalau nyanyi, bikin orang terkesiap atawa terkesima gitu. Kalau elo nonton, gw yakin elo pasti sependapat. Abis itu, Andy /rif pede bawain ‘Laron Laron’ dengan TheKadriJimmo+adik elo, Adi Adrian. Selanjutnya, dibawain juga, ‘Ronta Jiwa’, masih oleh TKJ.
Arry Syaff-nya Cockpit bawain,’Satrya’ masih didukung TKJ. Keenan & Debby Nasution bersama Gank Pegangsaan bawain, ‘Dirimu’ dan ‘Negri Cintaku’. Lantas ditutup harusnya oleh ‘Sangkakala’ yang dibawain oleh The Miracle bersama Roy Jeconiah. Sayang Roy batal hadir,karena orang tuanya tengah sakit, jadinya Roy diganti secara mendadak oleh Kadri Mohamad. Host acara itu adalah, temen baik elo juga, "mister" Tom Malik.
Sebelumnya nyelip juga Katon Bagaskara & Adi Adrian, dengan band KLa-nya, yang minus Lilo Romulo. Kabarnya Lilo ada jadwal meeting di luar negeri, jadi ga bisa hadir. Tapi Katon dan Adi memutuskan tetap hadir, antara lain membawakan,'Tak Bisa Pindah ke Lain Hati'. Yang di re-arrange sedikit jadi lebih prog....
Jadinya, ya 200-an orang yang hadir, mengenang elo bersama-sama. Menghormati juga karya-karyamu. Oh ya, Dewan Pimpinan Pusat – Persatuan Artis Penyanyi, Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia (DPP-PAPPRI) memberi anugerah Tokoh Rock Progresif Indonesia untuk elo. Dalam acara kemarin, diberikan Ketua Umum PAPPRI, Tantowi Yahya. Diterima istrimu, Astied dan putrimu, Ayu Anditry. Dan putramu, Adhitya Alandra.
Bro Andy, sampai bertemu lagi nanti..../*



3 comments:

steven.musicworks said...

Goodbye mas Andy yang sangat progressive,thank you sudah mau kasih kesempatan buat band culun kita manggung di progfest dahulu kala.., thank you juga mas Dion buat tulisan ini.

Gideon Momongan said...

Yup trims kembali @steven . Syukurlah kalau udah sempat baca. Sukses buat band-nya ya

Unknown said...

Thanks Dion udah nulis ini. Sorry baru respon karena baru inget password supaya bisa masuk ke blog lo hehehe