GOD BLESS (GB)
dimulai dari Crazy Wheels, dengan Ludwig Lemans, Donny Fattah, Fuad Hasan,
Deddy Dores, main di sebuah nightclub di Singapura. Menggantikan The
Rollies saat itu. Nama itu, diberikan oleh Derek Madradi, pereli nasional yang
temen baik Fuad Hasan .
Waktu
itu Iyek, kepikiran plesiran di tanah air, mengajak Ludwig Lemans. Iyek dan
Ludwig punya band Clover Leaf di
Belanda. Iyek ke Belanda, sebetulnya juga dalam rangka studi. Tapi jadi main
band lagi, karena ia sendiri sejak umur 16 tahun itu sudah nge-band. Band
bocahlah kata Iyek satu ketika. Ia main antara lain dengan keluarga dari Titi
Qadarsih.
Lalu
dari Singapura, mereka dapat kesempatan tampil di Teater Terbuka Taman Ismail
Marzuki, konser di sana pada 4 & 5 Mei 1973. Teatrikal dengan mengusung
peti mati dan ada mayat hidup segala. Lighting
juga diupayakan dengan konsep, walau ya disesuaikan dengan jaman itu, tentunya.
Saat itu, kibor sudah berganti, Deddy Dores digeser Yockie Suryo Prayogo. Yockie ini awalnya dikenal lewat grup rock
“Anak Menteng”, Zonk dan Fancy.
Yockie
pernah dipuji secara khusus oleh Jon Lord, waktu GB menjadi band pembuka konser
legendaris Deep Purple, 4 & 5 Desember 1975. Waktu itu Yockie dan GB
memainkan,’Celebration’ dari grup art rock ternama Italia, PFM. Saat berani
membawakan lagu itulah, dengan permainan kibornya yang apik, Jon Lord memberi
pujian!
Oh
ya Deep Purple saat itu formasinya adalah Jon Lord (kibor), Tommy Bolin
(gitar), Ian Paice (drums), Glen Hughes (bass) dan David Coverdale vokal).
Konser akbar pertama di Indonesia itu, yang digelar di Stadion Utama Senayan,
sempat rusuh. Kabarnya rusuh, saat penonton bereaksi “terlalu bersemangat”,
ketika Iye’ menyalakan kembang api. Itu terjadi pada konser malam kedua.
Balik
ke GB. GB sendiri begitu muncul memang terbilang serius. Ya harus serius,
karena saat itu grup-grup rock yang ada juga “mati-matian” on stage. Nah GB itu “menang”-nya, konsepnya lebih gokil, bray.
Dry ice,lampu-lampu
dan ada ornamen-ornamen spesifik, jadi properties panggung. Macam lonceng besar
atau pohon yang batang-batang dan rantingnya di bungkus kertas timah. Disorot
lampu, jadi terkesan magis gitu. Sementara soal lagu, mereka membawakan
karya-karya hitsnya Deep Purple, Led Zeppelin, James Gank, Edgar Winter, Johnny
Winter, King Pin Meh, ELP sampai Genesis.
Karena
itu, mereka dinilai grup rock yang paling siap untuk mendampingi Deep Purple,
ini cerita Denny Sabri, promotor konser tersebut. Denny Sabri kan yang
berinisiatif, dengan modal “nekad”, mengundang Deep Purple main di Jakarta
waktu itu. Ia merangkul Buena Production, sebagai event organizernya.
Kang
Denny kepada saya mengatakan, ya GB paling solid saat itu, ga mungkin saya taruh
grup lain selain mereka. Seperti
diketahui, pada era itu, ada The Rollies, AKA, Freedom of Rhapsody, antara
lain, grup-grup rock yang ada di sini. Kalau saya taruh GB kan, ga malu-maluin
lah, terang alm. Denny Sabri kepada saya. Udah lama cerita itu ya.
Jadi
alm. Denny Sabri kan memang wartawan musik juga, ia cukup lama jadi koresponden
Aktuil di Jerman. Saya bertemu, malah lantas sekantor di majalah Vista. Saat
itu, saya suka iseng ngobrol dengannya. Ia menjadi salah satu “guru” dan ya
teman dekat saya di Vista itu, selain Achmad Rizal Buyung dan alm. Remy
Soetansyah. Oh ya, saya bisa masuk Vista itu karena ajakan Buyung.
Abis
dari TIM, mereka lantas membakar panggung Sumer 28 (dari kata Suasana Meriah
28) yang digelar di Pasar Minggu. Formasi mereka saat itu, GB Mark II, dimana
Dores masuk lagi menggeser gantian Yockie. Jadi, sebelum mereka tampil dengan
Deep Purple.
Setelah
tampil dahsyat di Pasar Minggu pada Agustus 1973 itu, Ludwig Lemans pamit
mundur. Alasannya visa habis. Maka Deddy Dores ganti alat, jadi gitaris.
Kibordis adalah Soman Lubis, datang
dari grup Shark Move. Itu menjadi GB Mark III. Padahal, order manggung mulai
berdatangan. Mereka langsung laris manis...
Saking
ngetopnya, mereka juga diajak main di film musikal, Ambisi. Yang disutradarai oleh Nya’ Abbas Acup, dan menjadi film
musikal pop pertama di sini. Mengetengahkan Bing Slamet dan Benyamin S, sebagai
pemeran utama, sebagai penyiar di Undur Undur Broadcasting Service, yang
menurut ceritanya adalah sebuah stasiun radio ternama di kalangan anak muda.
Selain GB, film itu menampilkan pula Bimbo, Koes Plus, Deddy Damhudi, termasuk
lagu-lagunya.
Rocker Top Kota
Malang
Tapi
Soman ternyata tak bertahan lama. Ia memilih melanjutkan kuliahnya di Bandung.
Soman Lubis pun pamit mundur. Masuklah Deddy Stanzah sebagai bassis, dengan
Donny Fattah menjadi gitaris. Itu menjadi formasi GB Mark IV. Tapi itu masak
hanya bertahan untuk main di 2 kota saja.
Deddy
Stanzah terpaksa dikeluarkan, karena terlalu intim dengan drugs. Deddy satunya lagi, eh kemudian ikut pamit, karena kelelahan
harus pulang-pergi Jakarta-Bandung. Sampailah di peristiwa 9 Juni 1974, saat
Soman Lubis dan Fuad Hasan mengalami kecelakaan tragis di Pancoran. Keduanya
meninggal karena kecelakaan itu. Alhasil, saat itu God Bless asli tinggal
tersisa Achmad Albar dan Donny Fattah.
Akhirnya,
GB Mark V, diisi dengan 3 bersaudara Nasution.
Keenan, Odink dan Debby masuk
GB. Karena memang GB juga saat itu latihan rutin terus di kediaman keluarga
Nasution itu. Tapi formasi itu hanya berjalan untuk beberapa bulan saja.
Keluarga
Nasution mundur bareng. Masuk kemudian dua musisi rock yang sudah ngetop di
Malang, lewat kelompok Bentoel, yaitu Ian
Antono dan Teddy Sujaya.
Kemudian Yockie masuk lagi. Itulah menjadi GB Mark VI, dan dianggap sebagai GB
formasi terbaik. Saat itu juga GB masuk jaman keemasannya.
Kabarnya,
Ian Antono dan Teddy Sujaya, saat itu sempat tampil memeriahkan panggung
hiburan Jakarta Fair. Saat itu masih di Monas. Personil God Bless mengintip
penampilan mereka dengan Bentoel Band-nya. Dari situlah, GB tertarik untuk
menarik mereka berdua mendukung GB. Mereka masuk GB, dan Bentoel Band pun collapse!
Dengan
formasi itulah, GB menjadi opening act
Deep Purple. Dengan sebelum konser di Senayan itu, GB kembali melakukan latihan
intensif dengan karantina di kawasan Gadog, Puncak. Selain itu, mereka juga
tampil menjadi pembuka dari lady rocker,
Suzy Quatro, yang konsernya digelar di Balai Sidang Senayan.
Mereka
juga kembali ikut mendukung produksi film. Saat itu ada film, Laila Majenun. Dimana lagu temanya
dibikin GB. Kemudian disusul Si Doel
Anak Modern. Dan di 1975, God Bless merilis debut album rock-nya, sebuah selftitled album, yang diproduksi dan
diedarkan oleh Pramaqua. Album perdana tersebut, memuat 8 tracks.
‘Huma
di Atas Bukit’ (karya Donny Fattah dan Syuman Djaya), ‘Rock di Udara’ (Donny
Fattah), ‘Sesat’ (Donny Fattah dan Syuman Djaya, dari film Laila Majenun).
Mereka juga mencover dan melakukan
sedikit perubahan aransemen lagu,’Eleanor Rigby’ (karya John Lennon dan Paul Mc
Cartney. Dari album Revolver, 1966)
Selain
itu ada lagu,’Gadis Binal’ (Ian Antono), ‘Setan Tertawa’ (Donny Fattah, yang
diambil dari film Semalam di Malaysia) dan ‘She Passed Away’ (Donny Fattah).
Menyelip lagi lagu cover lainnya, dari Easybeats, ‘Friday on My Mind’.
Sebagai
catatan penting, ini mungkin merupakan album “real rock” pertama. Hard rock.
Yang tak terlalu kompromistis, seperti beberapa grup lain yang rekaman sebelum
mereka. Dan tanggapannya lumayan positif waktu itu, walau penjualannya tak
langsung melesat tinggi. Slowly but sure?
Not really.
Panggung Sandiwara
Tak
lama setelah album dirilis, GB seperti kelelahan. Mereka justru masuk masa
vakum. Ketika vakum itulah, Yockie menghasilkan album feomenal, Badai Pasti
Berlalu. Sementara Achmad Albar, yang
biasa dipanggil Iye’, membuat duet dengan Ucok “AKA” Harahap. Duet itu bernama Duo Kribo, yang sampai jadi film, yang
disutradarai Eduard Pesta Sirait, diedarkan 1978.
Dengan
musik yang ditangani Ian Antono, konon kabarnya semua album Duo Kribo terjual
minimal 100.000 keping tiap albumnya. Mereka menghasilkan hits macam, ‘Neraka Jahanam’ dan ‘Cukong Tua’ (Vol.1). ‘Penari
Jalang’, ‘Pelacur Tua’, ‘Tertipu Lagi’ (Vol.2, 1978). Lalu, ‘Terkekang’,
‘Selamat Tidur Raja’, ‘Rayuan Harta’ yang menjadi hits dari album ketiga Duo Kribo, Special Edition, 1978.
Dan
ada lagi album berikutnya, Dunia Panggung Sandiwara, dirilis oleh Musica di
tahun 1978. Dalam album ini keluarlah hits macam, ‘Aku Harus Jadi Superstar’,
‘Duo Kribo’ dan ‘Panggung Sandiwara’. Duo Kribo ini memang fenomenal dan bisa
dibilang, lekat betul dengan God Bless. Apalagi khususnya lagu,’Panggung
Sandiwara’, yang liriknya ditulis Taufik Ismail itu. Lagu itu sering dibawakan
GB, sehingga ada yang menduga itu lagu dari GB.
Cermin dan Anak Adam
Kemudian
GB kembali lagi berkumpul. Ah syukurlah, vakumnya ga kelamaan. Tapi salah satu
alasan GB “terpaksa” vakum, mungkin karena iklim pasar musik waktu itu, kurang
bersahabat dengan rock. Pentas-pentas rock juga memang seperti meredup.
Ada
pergantian formasi lagi. Masuklah Abadi Soesman, menggantikan Yockie Soeryo
Prayogo, yang makin sibuk dengan solo projectnya. Cermin dirilis pada 1980,
dengan musiknya nampaknya ada perubahan. GB lebih ke progressive rock di album
ini. Misal lihat ‘Anak Adam’, yang lumayan kompleks, apalagi berdurasi sampai
sekitar 11 menit.
Dalam
album ini ada, ‘Cermin’ (Donny Fattah), ‘’Selamat Pagi Dunia’(Ian Antono),
‘Musisi (Donny Fattah), ‘’Balada Sejuta Wajah’ dan ‘Sodom dan Gomorah’,
keduanya karya Ian Antono. Selain itu, ada pula, ‘Anak Adam’ (Benny Likumahuwa
dan Donny Fattah), ‘Insan Sesat’ (Abadi Soesman), ‘Ingat (Donny Fattah) dan
‘Tuan Tanah’ (Ian Antono).
Sayangnya,
ini disebut-sebut sebagai album GB yang paling gagal di pasaran. Walau pada
masa berikutnya, serunya ya, justru jadi album GB paling dicari oleh kolektor
dan fans fanatik GB! So, setelah album
ini, mereka minim show dong? Pada saat itu, suasana pentas rock belum terlalu
membaik.
Dan
GB pada saat itu, justru tampil balik menjadi cover band. Merekapun membawakan lagu-lagu Van Halen juga, selain
Deep Purple, Led Zeppelin, Edgar Winter, James Gank sampai juga David Bowie.
Tapi yang tak berubah adalah, tampilan mereka yang tetap keren sebagai glam rock. Jadi, bisa disebut, GB juga
menjadi ikon glam rock Indonesia yang terdepan.
Taste
mereka bagus soal kostum. Menurut mereka, sedari awal, kalau kostum mereka tak
terlalu pikirin betul. Tapi mungkin mereka dapat inspirasi dari liat tampilan
rocker-rocker luar. Iye’juga, dengan pengalaman berkelana di Eropa, sesekali
memberi masukan. Malah memberikan sedikit arahan soal kostum. Tapi secara umum,
kostum mereka sebetulnya, berangkatnya dari selera pribadi saja.
Sekolahan Kru dan
Tehnisi
Di
sekitar 1984, Donny Fattah pergi ke Amerika Serikat. Maka GB pun harus vakum
lagi. Pada masa sekitar itu, GB sempat disebut zombie-zombie rock. Alias
senioren rock yang sempat “mati” lantas bangkit dari kubur. Mereka muncul
ketika panggung rock mulai berdenyut lagi. Grup-grup muda bermunculan.
Ya
ngingetin dikitlah. Jaman jelang pertengahan 80-an itu kan muncullah grup-grup
rock generasi lanjutan. Antara lain ada Cockpit, Symphony, Wow, Rolland (Yogyakarta),
El Pamas (Pandaan), sampai Harley Angels
dari Bali segala. Atau beberapa grup cover
seperti Cockpit, Bharata, Cikini Stone Complex (cikal bakalnya Slank), Acid
Speed Band, Seedz. Belakangan muncul lainnya macam Grass Rock, Power Metal,
Rock Trickle dari Surabaya, dan lainnya.
Satu
ketika GB tampil di acara All Indonesian
Jazz & Rock Stars, di Balai Sidang Senayan. Bassis waktu itu adalah Rudy Gagola, adik dari Donny Fattah. Dengan
kibordis, Dodo Zakaria. Konser itu
menyatu-panggungkan para “pendekar” rock dan jazz. Rock diwakili GB dengan Rudy
Gagola. Sementara di wilayah jazz, diwakili oleh Christ Kayhatu, Yance
Manusama, Karim Suweileh, Djoko WH, Jopie Item, Jackie Bahasoean serta Iwang
Gumiwang.
Ingat
juga bahwa ada 2 kali saya sempat menyaksikan pementasan mereka. Di awal 1980
dan di sekitar 1983. Pada kedua penampilannya itu, GB membawakan sepenuhnya
lagu-lagu hits rock barat. Merekatak memainkan sama sekali lagu-lagu karya
mereka. Walau ada beberapa penonton sempat merikuesnya.
Sampai
di titik itu, yang menarik adalah Iye; bercerita bahwa, GB itu juga menjadi
sekolahannya para kru band. Banyak kru-kru seperti tehnisi, roadies bahkan sampai dengan sound engineer, lighting engineer, belajar dari mengikuti GB. Jadi, kata Iye’, ya
ada kru-kru itu yang kalau GB ga main mereka berkeliaran di grup-gruplain. Tapi
begitu kita mau manggung, mereka langsung balik lagi ke kita. Bahkan tanpa
perlu diminta.
Salah
satu yang menjadikan GB sebagai salah satu sekolah penting adalah Alex Kumara. Saat itu Alex
disebut-sebut sebagai “dokter”nya sound system. Alex pernah mengaku banyak
belajar dari GB, terutama soal sound engineer. Perlu diketahui Alex ini
lengkap, sebagai tehnisi band sampai sound. Juga lantas menjadi sound engineer
atau penata suara. Ia sekarang adalah petinggi di salah satu stasiun televisi,
sempat pula memimpin stasiun televisi plat merah, TVRI.
Raksasa Semut Hitam
Formasi
berikutnya GB, sebelum Donny Fattah pergi memang sudah menerima Dodo Zakaria sebagai kiboris.
Dikarenakan waktu itu, Abadi Soesman memilih keluar, untuk kembali fokus dengan
grupnya sendiri, Abadi Soesman Band. Band tersebut saat itu malah lebih cenderung
ke jazz rock.
Namun
di sekitar 1986-an, formasi GB kembali ke formasi album pertama. Dimana Yockie
Suryo Prayogo masuk kembali, tentunya dengan menggantikan Dodo Zakaria. Fromasi
ini menghasilkan album Semut Hitam,
yang lantas berlanjut dengan tur ke berbagai kota di seluruh Indonesia.
Menurut
catatan yang ada, album Semut Hitam ini adalah album tersukses GB. Dirilis 8
tahun setelah album kedua mereka, Cermin. Dua hits yang sangat dikenal luas
dari album ketiga mereka itu adalah, ‘Kehidupan’ (Yockie Suryo Prayogo) dan
‘Rumah Kita’ (Ian Antono, dengan syair oleh wartawan musik, Theodore KS).
Lagu-lagu
lain dalam album ini adalah seperti,’Semut Hitam’ (Donny Fattah, YockieSuryo
Prayogo), ‘Damai Yang Hilang’ dan ‘Orang Dalam Kaca’ (karya bersama Yockie
Suryo Prayogo dan Iwan Fals).Kemudian, ‘Ogut Suping (Ian Antono, dengan syair
ditulis oleh wartawan musik lainnya, Remy Soetansyah), ‘Suara Kita’ (Yockie
Suryo Prayogo), ‘Badut Badut Jakarta’ (Donny, Ian, Yockie), ‘Trauma’ (Teddy
Sujaya dan Iwan Fals) serta ‘Bla..Bla..Bla...’ (Ian Antono dan Remy
Soetansyah)..
Masuk
ke tahun 1989, maka GB kembali mengalami pergantian formasi. Tetap dengan
Achmad Albar, Donny Fattah, Yockie Suryo Prayogo dan Teddy Sujaya. Tapi dengan
gitaris Eet Syahranie yang
menggantikan Ian Antono. Langsung masuk studio rekaman dan hasilnya adalah
album Raksasa. Warna musik menjadi
berubah lagi.
Peran
Eet dengan aksentuasi modern rock seperti Van Halen atau Ac/DC, baik pada
permainan dan sound-nya, memberikan
pengaruh kuat pada musik GB. Lagu-lagu dalam album itu adalah, ‘Maret 1989’
(Donny Fattah dan Yockie Suryo Prayogo), ‘Menjilat Matahari’ (Yockie),
‘Misteri’ (Yockie), ‘Emosi (Eet Syahranie dan Achmad Albar), ‘Cendawan Kuning’
(Yockie). Selain itu, ‘’2002’(Yockie), ‘Pemburu Ilusi’ (Donny), ‘’Sang Jagoan’
dan ‘Anak Kehidupan’ (karya bareng Yockie dan Sawung Jabo), dan ‘Raksasa’
(Teddy Sujaya, Rudy Gagola dan Yockie).
Log Zhelebour
sebagai executive producer album ini,
dengan Logiss Records-nya, lantas juga menjadi promotor untuk tur panjang GB
menyinggahi 40 kota di seluruh Indonesia. Sayangnya, tur panjang itu harus
berhenti di tengah jalan, karena sponsor utama tur itu punya masalah dengan
masalah cengkeh. Memang sponsor utama itu adalah produk rokok.
Merekapun
kemudian masuk studio lagi, menghasilkan album kompilasi, The Story of God
Bless’. Album ini kembali dirilis oleh Logiss, pada 1990. Ada 10 lagu yang
dimasukkan ke dalam album ini, semua diambil dari keempat album GB terdahulu.
Tapi
ada 5 lagu, yang mewakili album pertama dan kedua GB, musiknya digarap ulang,
dengan penataan aransemen lebih modern dan terkesan sedikit lebih galak. Lagu
yang digarap ulang adalah,’Huma di Atas Bukit’, ‘Musisi’, ‘She Passed Away’,
‘Setan Tertawa’ dan ‘Sesat’. Lagu lainnya adalah, ‘Raksasa’, ‘Kehidupan’,
‘Cendawan Kuning’, ‘Rumah Kita’ dan ‘Menjilat Matahari’.
Selepas
album ini, GB kembali vakum. Walau sempat merilis, ‘Vonis’ karya bersama Teddy
dan Yockie sebagai single, di tahun 1991. Masing-masing personil, sibuk dengan
berbagai proyek musik lainnya. Seperti Ian Antono yang dibantu pula oleh Donny
Fattah dan Achmad Albar, membentuk Gong 2000 dengan drummer, Yaya Moektio. Sempat awalnya Ian dan Donny bersekutu degan Indra Lesmana dan Gilang Ramadhan, dalam sebuah proyek bernama Gong.
Di
sisi lain, Eet membangun grup rock sendiri, Edane dengan Fajar Satritama, Iwan Xaverius dan Ekky Lamoh.
Sementara itu Yockie dengan dibantu pula oleh Donny Fattah, menggarap proyek
musik Kantata dengan Setiawan Djodi,
Sawung Jabo dan Iwan Fals. Teddy berkecimpung dalam studio rekaman, antara lain
memproduksi album dari beberapa penyanyi antara lain Anggun C. Sasmi dan Yossie
Lucky.
Mereka Juga Kena
Imbas Krismon
Pada
1997, Iye’ berhasil menyatukan teman-teman mainnya lagi. Maka merekapun kumpul
lagi. Donny Fattah, Yockie Suryo Prayogo, Eet Syahranie dan Teddy Sujaya. Malah
lantas Ian Antono pun ikutan ngumpul lagi. Maka formasi dengan duo gitaris
itulah menjadi formasi GB Mark XI. Lalu mereka sepakat workshop lagi, lagi-lagi
ke kawasan Puncak. Hasil mereka “liburan” bareng itu adalah, Apa Kabar?”.
Itu
menjadi album kelima mereka, dengan isinya, ‘Apa Kabar?’ (Teddy, Yockie, Ian
dengan lirik ditulis Sawung Jabo), ‘Anakku’ (Yockie), ‘Srigala Jalanan’ (Teddy,
Eet, Donny Fattah dengan lirik juga oleh Sawung Jabo), ‘’Asasi’ (Ian, lirik
ditulis Ali Akbar), ‘Diskriminasi’ (Eet, Ian dan lirik oleh Ali Akbar).
Selanjutnya,
ada lagu, ‘Roda Kehidupan’ (Ian. Lirik digarap bareng oleh Fajar Budiman, Ali
Akbar dan Ian), ‘Pengamen Kecil (Yockie dan syair ditulis Sawung Jabo), ‘Balada
si Toha (Yockie), ‘Nurani’ (Ian dengan syair oleh Ali Akbar lagi, bersama Ian)
dan lagu, ‘Kembali’ (Ian dan syair dari Ali Akbar). Album diedarkan oleh Logiss
Records.
Setelah
album ini, Eet Syahranie pamit mundur. Ia memilih berkonsentrasi dengan
Edane-nya saja. Maka GB era duo gitaris pun berakhir. Sempat melakukan tur show
kecil ke beberapa kota, tapi akhirnya jalan mereka terhenti. Terkena imbas dari
krisis moneter nasional, yang membuat mereka tak bisa bergerak kemana-mana.
Mereka empat merilis single, ‘Aku Bersaksi’ karya Yockie. Tapi tak bisa
berlanjut sampai rekaman.
Setelah
terpaksa vakum beberapa tahun, GB muncul lagi. Bahkan melakukan tur cafe to cafe. Dengan formasi berbeda.
Kali ini, Iye, Ian dan Donny ditambah kakak-beradik dari keluarga Noorsaid yaitu, Inang dan Iwang. Selain
masuknya lagi Abadi Soesman,menggantikan Yockie.
Nah
formasi ini, saya sempat menyaksikan di 2 kafe. Saat itu, saya merasakan ada
kesan kuat mereka kelelahan. Karir musikmereka sudah begitu panjang, mungkin
mereka sudah kecapekan. Atau,jenuh? Saya sempat berpikir, mungkin ada baiknya
mereka beristirahat panjang saja. Seperti bubar, tapi nanti bisa melakukan
reuni. Jadi, sudahlah “jualan”ya reuni saja....
Terus
terang, GB waktu itu saya lihat, hanya sekedar bertahan saja. Kurang nikmat
sebetulnya menyaksikan mereka di kafe, dan main di kafe itu juga sebetulnya
sangat jarang mereka lakukan, malah mungkin belum pernah, pada masa sebelumnya.
Formasi ke XII itu jadinya kayak rada dipaksain sih. Sorry lho ya.
Formasi
tersebut bertahan sekitar 2 tahun lamanya, lantas Iwang dan Inang keluar.
Masuklah drummer Gilang Ramadhan.
Cukup mengejutkan memang formasi ini, dengan menarik masuk Gilang. Saat itu
saya juga mendengar bahwa mereka akan rekaman lagi. Tapi musiknya akan balik ke
era 1970-1980, mungkin lebih dekat ke musik periode album Cermin.
Iya
ada suara-suara terdengar begitu. Mereka akan menjadi grup yang lebih cenderung
ke progressif rock. Lagi-lagi pasti membuat orang, terutama fansnya akan
bertanya-tanya. Seriuskah info ini? Karena prog-rock konotasinya lebih ribet,
lebih kompleks dan....tidak “komersial”. Tapi info itu memang tinggal jadi info
semata sih... GB malah saat manggung, mulai lebih mengedepankan lagu-lagu karya
mereka sendiri. Belum ada lagu baru, terutama yang mengarah pada prog-rock.
Lifetime Achievement
Masuk
di tahun 2007, dimana sebelumnya mereka sempat menjadi pembuka konser dari
Uriah Heep di Jakarta, drummer mengalmi pergantian. Gilang digantikan Yaya Moektio. Nama yang pasti sudah tak
asing lagi, karena Yaya pernah bermain dengan Ian, Iye’, Donny dalam Gong 2000.
Kehadiran Yaya ini, ditanggapi cukup positif oleh fans GB. Saya juga
berpendapat, kayaknya Yaya akan lebih pas menjadi drummer GB. Mereka jadi
serius lagikah?
Dengan
fomasi GB Mark XIV itu, GB melansir album 36th.
Menandakan usia GB yang sudah 36 tahun sebagai rock band. Font God Bless
pada sampul album, kembali ke font terawal, yang persis album perdana mereka.
Album ini dirilis lewat label Nagaswara, bekerjasama dengan Kharisma Jaya
Mandiri. Musiknya memang terasa lebih cenderung ke progresif rock, walau tetap
terkesan modern.
Menariknya,
seluruh 10 lagu yang ada dalam album ini, semua liriknya ditulis oleh “orang-orang
luar”. Atau bukan ditulis oleh personil GB. Selengkapnya lagu-lagu yang ada
adalah,’N.A.T.O’ (Ian dan lirik oleh Cahya Sadar), ‘Prahara Timur Tengah’ (Ian
dan Ali Akbar), ‘Kar’na Ku Ingin Kau Bahagia’ (Anadi dan Cahya), ‘Biarkan Hijau’
(Donny dan lirik oleh Donny dan Cahya Sadar), ‘Pudar’ (Ian dan Cahya Sadar).
Selain
itu ada juga lagu lain,’Jalan Pulang (Ian dan Hans Miller Banurea), ‘Sahabat’
(Donny dengan syairnya oleh Diah P dan Donny), ‘’Syair untuk Sahabat’ (Ian dan
Yudhi F. Oktaviadhi), ‘Dunia Gila (Ian dan Ali Akbar) dan ‘Rock N Roll Hidupku’
(Abadi dan Ali Akbar). Dan pada tahun 2009, dimana album ini dirilis, GB
mendapatkan 2 penghargaan.
Lifetime Achievement,
dari ajang awarding, Anugerah Musik Indonesia (AMI). Kemudian
The Immortal, yang mereka peroleh
dari majalah Rolling Stone Indonesia. Dan mereka tetap meneruskan perjalanan
bermusiknya. Intens, tetap terus dan mereka juga berencana untuk bertahan
selama mereka mampu. Bahkan menginginkan dapat menghasilkan lagi album-album
rekaman.
Formasi
ini cukup solid sebenarnya. Dan gelagatnya dapat bertahan lama. Tapi ternyata,
pada 2012,mereka mengalami agi pergantian formasi. Lagi-lagi posisi drummer
yang berganti personil. Yaya keluar, digantikan oleh Fajar Satritama, drummer kelompok Edane itu. Untuk banyak orang,
formasi dengan Fajar ini, dianggap formasi yang dapat menjadi lebih solid.
Rocknya
lebih berasa, karena drums mengisi rapat dengan pola permainan drums lebih
modern. Selain itu, Fajar dianggap lebih hard rock. Apakah lantas berarti GB
bergeser lagi musiknya, menjadi kembali ke hard rock? Ga terlalu sih
sebetulnya.
Sempat
pula, GB terpaksa harus kehilangan sementara bassis, Donny Fattah. Donny
terkena serangan jantung, yang mengharuskan ia beristirahat dari musik.
Ituterjadi di tahun 2012. Selama Donny sakit, GB mengundang bassis Arya
Setiadi, yang lebih dikenal sebagai instruktur bass. Formasi sementara itu
sempat tampil memeriahkan ajang Java Jazz Festival! Hebat kan, GB menembus Java
Jazz Festival lho....
Setelah
beristirahat beberapa bulan,Donny kembali masuk formasi GB. Bahkan terlihat
lebih sehat dan segar, dan tentunya tak lagi merokok dan mengurangi banget
kopi. Musik rock GB nampaknya menjadi semacam terapi penyembuh yang ampuh, yang
membuat Donny kembali bugar.
Panggung Sandiwara
Pada
dua tahun silam dan tahun silam, God Bless berhasil menggelar konser yang
relatif besar. Walau dalam bentuk lebih eksklusif, karena dalam ruangan
berpendingin udara. Hal mana agak “menggusarkan” mereka, karena merasa bahwa musik
mereka lebih cocok disajikan di lapangan terbuka, outdoor. Pada 2014, Megapro
menggelar tontonan konser 41 Tahun God Bless di ballroom Hotel Harris, Bandung.
Konser itu bertajuk To Commemorate God
Bless 1973 – 2014.
Pada
konser itu GB mengundang para personil yang lama, untuk ikut berman
bersama lagi.Yaitu ada Yockie Suryo Prayogo, Eet Syahranie dan Tedy Sujaya.
Konser dibuka penampilan grup rock Edane dan Kotak.
Dan
selanjutnya, adalah Helmy Yahya yang
seperti "mengembalikan" GOD BLESS ke Jakarta lagi, sebagai kota
kelahirannya. Lengkap dengan kemegahan dan "kemewahan"nya. Sebuah
apresiasi dan respect atas perjalanan
demikian panjang mereka, sebagai sebuah supergroup kebanggaan Indonesia.
Dan
lantas Iye' atau Achmad Albar pun menyatakan dari atas pangung bahwa ini juga
konser ulang tahun ke 42 dari GOD BLESS, yang berdiri "resmi"
(disebutkan namanya sebagai God Bless) pada 5 Mei 1973.
Helmy
Yahya melibatkanlah sahabatnya, Donny
Rochyadi untuk mewujudkan mimpinya. Mimpi seorang fans fanatik sekian
waktu. God Bless dianggap grup rock terdahsyat dengan eksistensi yang nyaris
tak pernah berhenti. Senantiasa terus dikagumi dan disukainya abis-abisan.
Donny juga "kebetulan" fans berats GB! Klop dong?
Title
dari konser ini adalah, selengkapnya, Musikukeren
– GOD BLESS, Panggung Sandiwara. Digelar pada 7 Agustus malam.
Ini
adalah konser dimana dasarnya adalah menempatkan GOD BLESS sebagai grup
"teramat besar", kebanggaan bangsa. Dan mengemasnya dengan bentuk
eksklusif, yang rasanya pantas dan pas untuk grup dengan jam terbang tertinggi
di Indonesia kita itu. Pas dong, kata Helmy Yahya, karena GB itu sudah seperti
Rolling Stones lho, terus bermain dari 1973!
Tak
heran, dipilihlah theatre eksklusif
Ciputra Artpreneur. Memang eksklusif, walau keliatannya lantas menjadi
"rada kekecilan dan sesak" untuk sajian tontonan Hard Rock total a la
GOD BLESS itu. Duduk nyaman, adem, nyantai. Lumayan mewah, ga heran juga kalau
harga tiket...bisalah disebut, "kelas premium"!
Pada
akhirnya gedung berkapasitas hanya 1200-an ini, malam kemarin memang dibakar
habis oleh "keras n bising"-nya musik yang dimainkan oleh Achmad
Albar, Donny Fattah, Ian Antono, Abadi Soesman, Fajar Satritama.
Dimana
juga didukung oleh orkestrasi "mini" dipimpin Astrid Lea, dilengkapi 4
backing vocals. Masih ditambah para bintang tamu, gitaris Eet Sjahranie. Dan 3
penyanyi dengan karakter khas tersendiri berbeda-beda yaitu Husein "Idol" Alatas, Maria Calista dan Candil. Ditambah orkestra mini yang dipimpin oleh Astrid Lea.
Soal Special Effects
Sempurna
dan tidak sempurna. Puas dan tidak begitu puas. Wajar-wajarlah saja, kawans! "Nobody's Perfect" kan kata orang
Banyumas, eh orang bule sonoooo... Yoi
gara? (Lho? ini kyknya krn keasyikan nikmatin lagu, 'Ogut Suping"
niiiih)
Harusnya
bisa lebih wah lagi, ada yang bilang begitu. Gedungnya kesempitan, kata orang
yang lain lagi. Atau, ah ini yang banyak juga....Harga tiketnya itu lho bro,
repots punya tuh! Abis Lebaran lagi kan?
Kalau
perihal harga tiket, benar dan tak benar. Mahal itu relatif. Kalau grup-grup
luar dipanggungin di sini, kenapa bisa diserbu publik? Padahal ya sejuta, dua
jutaan juga, bahkan lima jutaan harga tiketnya.
Ada yang sampai 10 juta-an bahkan lebih...!
Yaaaaa
karena jarang2 kita bisa liat mereka dong, jawab sebagian kecil orang. Oh ok.
Tapi God Bless, dengan kemasan eksklusif dan "lengkap". Jelaslah
lengkap, 20 lagu, mek! Kesempatan langka juga lho. Bahkan GOD BLESS sendiri
mengakui, jarang-jarang banget dapat kesempatan konser begitu. Belum tentu bisa
lagi, atau belum tentu ada lagi di lain waktu.
Belum
tentu ya,misal tahun depan kita dapat main di konser kayak yang dibikin Helmy
dan Donny itu. Umur kita kan ga muda lagi, usia udah banyak nih.... Begitu ucap
Iye', Ian Antono, Donny Fattah dan Abadi Soesman di lain-lain kesempatan.
Yang
jelas ya, kita harus acungkan jempol melihat kesungguhan dan semangat rocker
dengan usia yang "jelas tak muda lagi". Bayangin jack, umur mereka
berempat sudah lewat 60-an tahun! Cuma Fajar Satritama, drummer yang masuk
paling belakangan, yang relatif muda. (Belum 50 kan ya, Fajar?)
So,
melihat semangat demikian tebal mereka itu, kalaupun misal dianggap ah sayang
lighting "agak kurang sempurna". Maklumi dan pahamilah. Lalu special effects yang dijanjikan
sebelumnya akan mewah dan sekelas band-band papan atas internasional,
kenyataannya kok "segitu aja".Itu juga haruslah dipahami dan
dimengerti....
Oh
ya konsep Nolimits, yang menghadirkan specail-effects itu sebenarnya memang
wah. Kalau jadi ya. Tapi at very last
minute, misalnya ada 1 spc-fx
dengan permainan api sekeliling bibir panggung terpaksa batal. Karena pihak
gedung tak bisa mengijinkan, beresiko tinggi. Walau sudah dijelaskan bahwa itu
aman dan biasa dipakai di konser-konser di luar negeri, khususnya dalam
ruangan!
Tak
heran, Donny Rochyadi yang juragannya Nolimits sempat pula stress dan pusing,
karena konsep special-effects nya yang bakal jadi surprise dahsyat jadi batal.
Ada juga spc-fx yang batal karena tak cocok dengan God Bless, alias teman-teman
God Bless "menolak". Juga di saat-saat terakhir, ini karena alasan
tehnis sih.
Tapi
ya akhirnya toh, segala sesuatunya telah terjadi. Dan konser berlangsung
relatif lancar. Konser lengkap dan tetap terbilang mewah dong. Ya gedungnya. Ya
ada special effects, walau "minimalis" jadinya. Sound optimal yang
didukung DSS dengan Donny Hardono, khususnya utk backlines dan monitoring, selain menanganinya langsung.. Selain dukungan additional lighting dari Mata Elang.
Semua
pendukung kemasan konser tersebut di atas, adalah nama-nama terdepan dan
terbesar di bidangnya masing-masing di Indonesia sini.
God Bless dan
Kekeluargaan
Puas
lah jadinya, pada akhirnya. Cukup puas, lebih tepatnya. Tanpa sponsor, toh
alhamdulillah bisa tetap jadi terselenggara. Sponsor? Ga mudahlah. Malah memang
nyaris mustahil, karena sponsor-sponsor mayoritas tak begitu doyan membidik
pangsa pasar "legend" Atau
sebut saja, menjaring massa dari kalangan "lebih berumur".
Kenapa,
bukankah "berumur" pastinya kan pegang duit? Bagaimana ga berduit,
harga tiket kelas premium gitu? Walau last
minute juga ada kalangan yang memohon very
special discount ++ yang akhirnya dapat didiskusikan dan "dicarikan
jalan keluarnya" oleh promotor. Permintaan spesial banget, dengan banyak
pertimbangan yang....memang dimaklumi kok..
Itu hanya untuk kelas tertentu saja sih.
Begitulah
God Bless. Nama besar di pentas musik rock Indonesia. Namanya itu, sedemikian
besar, mereka memang harus dan khittahnya jadi begitu besarnya. Soal “nama
besar” itu diutarakan oleh Triawan Munaf,
saat sebelum konser Panggung Sandiwara di Jakarta itu.
Ah
memang nama besar yang bisa dibilang luar biasa. Ya bayangkanlah, masuk di
2016, mereka berarti telah 42 tahun eksis sebagai hard rock band. Menjadi
tonggak penting musik cadas tanah air, menginspirasi begitu banyak rocker-rocker
muda tanah air. Tahun ini juga catat, bahwa Achmad Albar yang dipanggil Iye’
itu, sudah 70 tahun umurnya!
Menurut
mereka, salah satu yang membuat mereka tetap bertahan, karena hubungan satu
sama lain. Mereka sudah seperti keluarga, dan betapa istri dan anak-anak mereka
juga bergaul akrab dan dekat satu sama lain. Kalau mereka manggung, misalnya,
para istri pasti akan mendukung satu sama lain. Otomatis ya semua kumpul dan
membantu para suami, begitu terang mereka.
Lalu,
grup yang namanya itu didapat tak sengaja dari kartu Natal yang ide itu datang dari
almarhum Fuad, akan sampai kapan bertahan sebenarnya? Mereka hanya tertawa
lebar. Bisa sampai lebih dari 40 tahun begini saja, mana ada yang menyangka?
Kita bersyukur banget, masih bisa bertahan, terus sampai umur kita segini, ucap
Donny yang diiyakan personil lainnya.
Iya
kitapun sejatinya harus bersyukur, punya ikon rock yang terus bertahan. Aktif
berkarya, tak henti. Dan dengan sejarah yang sedemikian panjangnya, dengan sekitar 20-an musisi terbaik pernah terlibat di dalamnya. Semoga mereka terus bisa memanaskan musik Indonesia kita
saja. Untuk waktu yang lebih panjang lagi. Sehat selalu ya kakak-kakak God
Bless. God Bless you all. Mereka
lantas menjawab cepat, Ok God Bless you
too..... /*
Foto-foto God Bless 1970-an dari Legend-NewsMusik (Koleksi AKTUIL)
Foto-foto lainnya : Gideon Momongan
No comments:
Post a Comment