Tuesday, March 22, 2016

God Bless You! 42 Tahun Sudah Usia Mereka...



GOD BLESS (GB) dimulai dari Crazy Wheels, dengan Ludwig Lemans, Donny Fattah, Fuad Hasan, Deddy Dores, main di sebuah nightclub di Singapura. Menggantikan The Rollies saat itu. Nama itu, diberikan oleh Derek Madradi, pereli nasional yang temen baik Fuad Hasan .
Waktu itu Iyek, kepikiran plesiran di tanah air, mengajak Ludwig Lemans. Iyek dan Ludwig punya band Clover Leaf di Belanda. Iyek ke Belanda, sebetulnya juga dalam rangka studi. Tapi jadi main band lagi, karena ia sendiri sejak umur 16 tahun itu sudah nge-band. Band bocahlah kata Iyek satu ketika. Ia main antara lain dengan keluarga dari Titi Qadarsih.
Lalu dari Singapura, mereka dapat kesempatan tampil di Teater Terbuka Taman Ismail Marzuki, konser di sana pada 4 & 5 Mei 1973. Teatrikal dengan mengusung peti mati dan ada mayat hidup segala. Lighting juga diupayakan dengan konsep, walau ya disesuaikan dengan jaman itu, tentunya. Saat itu, kibor sudah berganti, Deddy Dores digeser Yockie Suryo Prayogo. Yockie ini awalnya dikenal lewat grup rock “Anak Menteng”, Zonk dan Fancy.
Yockie pernah dipuji secara khusus oleh Jon Lord, waktu GB menjadi band pembuka konser legendaris Deep Purple, 4 & 5 Desember 1975. Waktu itu Yockie dan GB memainkan,’Celebration’ dari grup art rock ternama Italia, PFM. Saat berani membawakan lagu itulah, dengan permainan kibornya yang apik, Jon Lord memberi pujian!
Oh ya Deep Purple saat itu formasinya adalah Jon Lord (kibor), Tommy Bolin (gitar), Ian Paice (drums), Glen Hughes (bass) dan David Coverdale vokal). Konser akbar pertama di Indonesia itu, yang digelar di Stadion Utama Senayan, sempat rusuh. Kabarnya rusuh, saat penonton bereaksi “terlalu bersemangat”, ketika Iye’ menyalakan kembang api. Itu terjadi pada konser malam kedua.
Balik ke GB. GB sendiri begitu muncul memang terbilang serius. Ya harus serius, karena saat itu grup-grup rock yang ada juga “mati-matian” on stage. Nah GB itu “menang”-nya, konsepnya lebih gokil, bray.
Dry ice,lampu-lampu dan ada ornamen-ornamen spesifik, jadi properties panggung. Macam lonceng besar atau pohon yang batang-batang dan rantingnya di bungkus kertas timah. Disorot lampu, jadi terkesan magis gitu. Sementara soal lagu, mereka membawakan karya-karya hitsnya Deep Purple, Led Zeppelin, James Gank, Edgar Winter, Johnny Winter, King Pin Meh, ELP sampai Genesis.
Karena itu, mereka dinilai grup rock yang paling siap untuk mendampingi Deep Purple, ini cerita Denny Sabri, promotor konser tersebut. Denny Sabri kan yang berinisiatif, dengan modal “nekad”, mengundang Deep Purple main di Jakarta waktu itu. Ia merangkul Buena Production, sebagai event organizernya.
Kang Denny kepada saya mengatakan, ya GB paling solid saat itu, ga mungkin saya taruh grup lain  selain mereka. Seperti diketahui, pada era itu, ada The Rollies, AKA, Freedom of Rhapsody, antara lain, grup-grup rock yang ada di sini. Kalau saya taruh GB kan, ga malu-maluin lah, terang alm. Denny Sabri kepada saya. Udah lama cerita itu ya.
Jadi alm. Denny Sabri kan memang wartawan musik juga, ia cukup lama jadi koresponden Aktuil di Jerman. Saya bertemu, malah lantas sekantor di majalah Vista. Saat itu, saya suka iseng ngobrol dengannya. Ia menjadi salah satu “guru” dan ya teman dekat saya di Vista itu, selain Achmad Rizal Buyung dan alm. Remy Soetansyah. Oh ya, saya bisa masuk Vista itu karena ajakan Buyung.
Abis dari TIM, mereka lantas membakar panggung Sumer 28 (dari kata Suasana Meriah 28) yang digelar di Pasar Minggu. Formasi mereka saat itu, GB Mark II, dimana Dores masuk lagi menggeser gantian Yockie. Jadi, sebelum mereka tampil dengan Deep Purple.
Setelah tampil dahsyat di Pasar Minggu pada Agustus 1973 itu, Ludwig Lemans pamit mundur. Alasannya visa habis. Maka Deddy Dores ganti alat, jadi gitaris. Kibordis adalah Soman Lubis, datang dari grup Shark Move. Itu menjadi GB Mark III. Padahal, order manggung mulai berdatangan. Mereka langsung laris manis...
Saking ngetopnya, mereka juga diajak main di film musikal, Ambisi. Yang disutradarai oleh Nya’ Abbas Acup, dan menjadi film musikal pop pertama di sini. Mengetengahkan Bing Slamet dan Benyamin S, sebagai pemeran utama, sebagai penyiar di Undur Undur Broadcasting Service, yang menurut ceritanya adalah sebuah stasiun radio ternama di kalangan anak muda. Selain GB, film itu menampilkan pula Bimbo, Koes Plus, Deddy Damhudi, termasuk lagu-lagunya.
  
Rocker Top Kota Malang

Tapi Soman ternyata tak bertahan lama. Ia memilih melanjutkan kuliahnya di Bandung. Soman Lubis pun pamit mundur. Masuklah Deddy Stanzah sebagai bassis, dengan Donny Fattah menjadi gitaris. Itu menjadi formasi GB Mark IV. Tapi itu masak hanya bertahan untuk main di 2 kota saja.
Deddy Stanzah terpaksa dikeluarkan, karena terlalu intim dengan drugs. Deddy satunya lagi, eh kemudian ikut pamit, karena kelelahan harus pulang-pergi Jakarta-Bandung. Sampailah di peristiwa 9 Juni 1974, saat Soman Lubis dan Fuad Hasan mengalami kecelakaan tragis di Pancoran. Keduanya meninggal karena kecelakaan itu. Alhasil, saat itu God Bless asli tinggal tersisa Achmad Albar dan Donny Fattah.
Akhirnya, GB Mark V, diisi dengan 3 bersaudara Nasution. Keenan, Odink dan Debby masuk GB. Karena memang GB juga saat itu latihan rutin terus di kediaman keluarga Nasution itu. Tapi formasi itu hanya berjalan untuk beberapa bulan saja.
Keluarga Nasution mundur bareng. Masuk kemudian dua musisi rock yang sudah ngetop di Malang, lewat kelompok Bentoel, yaitu Ian Antono dan Teddy Sujaya. Kemudian Yockie masuk lagi. Itulah menjadi GB Mark VI, dan dianggap sebagai GB formasi terbaik. Saat itu juga GB masuk jaman keemasannya.
Kabarnya, Ian Antono dan Teddy Sujaya, saat itu sempat tampil memeriahkan panggung hiburan Jakarta Fair. Saat itu masih di Monas. Personil God Bless mengintip penampilan mereka dengan Bentoel Band-nya. Dari situlah, GB tertarik untuk menarik mereka berdua mendukung GB. Mereka masuk GB, dan Bentoel Band pun collapse!
Dengan formasi itulah, GB menjadi opening act Deep Purple. Dengan sebelum konser di Senayan itu, GB kembali melakukan latihan intensif dengan karantina di kawasan Gadog, Puncak. Selain itu, mereka juga tampil menjadi pembuka dari lady rocker, Suzy Quatro, yang konsernya digelar di Balai Sidang Senayan.
Mereka juga kembali ikut mendukung produksi film. Saat itu ada film, Laila Majenun. Dimana lagu temanya dibikin GB. Kemudian disusul Si Doel Anak Modern. Dan di 1975, God Bless merilis debut album rock-nya, sebuah selftitled album, yang diproduksi dan diedarkan oleh Pramaqua. Album perdana tersebut, memuat 8 tracks.
‘Huma di Atas Bukit’ (karya Donny Fattah dan Syuman Djaya), ‘Rock di Udara’ (Donny Fattah), ‘Sesat’ (Donny Fattah dan Syuman Djaya, dari film Laila Majenun). Mereka juga mencover dan melakukan sedikit perubahan aransemen lagu,’Eleanor Rigby’ (karya John Lennon dan Paul Mc Cartney. Dari album Revolver, 1966)
Selain itu ada lagu,’Gadis Binal’ (Ian Antono), ‘Setan Tertawa’ (Donny Fattah, yang diambil dari film Semalam di Malaysia) dan ‘She Passed Away’ (Donny Fattah). Menyelip lagi lagu cover lainnya, dari Easybeats, ‘Friday on My Mind’.
Sebagai catatan penting, ini mungkin merupakan album “real rock” pertama. Hard rock. Yang tak terlalu kompromistis, seperti beberapa grup lain yang rekaman sebelum mereka. Dan tanggapannya lumayan positif waktu itu, walau penjualannya tak langsung melesat tinggi. Slowly but sure? Not really.

Panggung Sandiwara

Tak lama setelah album dirilis, GB seperti kelelahan. Mereka justru masuk masa vakum. Ketika vakum itulah, Yockie menghasilkan album feomenal, Badai Pasti Berlalu. Sementara  Achmad Albar, yang biasa dipanggil Iye’, membuat duet dengan Ucok “AKA” Harahap. Duet itu bernama Duo Kribo, yang sampai jadi film, yang disutradarai Eduard Pesta Sirait, diedarkan 1978.
Dengan musik yang ditangani Ian Antono, konon kabarnya semua album Duo Kribo terjual minimal 100.000 keping tiap albumnya. Mereka menghasilkan hits macam, ‘Neraka Jahanam’ dan ‘Cukong Tua’ (Vol.1). ‘Penari Jalang’, ‘Pelacur Tua’, ‘Tertipu Lagi’ (Vol.2, 1978). Lalu, ‘Terkekang’, ‘Selamat Tidur Raja’, ‘Rayuan Harta’ yang menjadi hits dari album ketiga Duo Kribo, Special Edition, 1978.

Dan ada lagi album berikutnya, Dunia Panggung Sandiwara, dirilis oleh Musica di tahun 1978. Dalam album ini keluarlah hits macam, ‘Aku Harus Jadi Superstar’, ‘Duo Kribo’ dan ‘Panggung Sandiwara’. Duo Kribo ini memang fenomenal dan bisa dibilang, lekat betul dengan God Bless. Apalagi khususnya lagu,’Panggung Sandiwara’, yang liriknya ditulis Taufik Ismail itu. Lagu itu sering dibawakan GB, sehingga ada yang menduga itu lagu dari GB.


Cermin dan Anak Adam

Kemudian GB kembali lagi berkumpul. Ah syukurlah, vakumnya ga kelamaan. Tapi salah satu alasan GB “terpaksa” vakum, mungkin karena iklim pasar musik waktu itu, kurang bersahabat dengan rock. Pentas-pentas rock juga memang seperti meredup.
Ada pergantian formasi lagi. Masuklah Abadi Soesman, menggantikan Yockie Soeryo Prayogo, yang makin sibuk dengan solo projectnya. Cermin dirilis pada 1980, dengan musiknya nampaknya ada perubahan. GB lebih ke progressive rock di album ini. Misal lihat ‘Anak Adam’, yang lumayan kompleks, apalagi berdurasi sampai sekitar 11 menit.
Dalam album ini ada, ‘Cermin’ (Donny Fattah), ‘’Selamat Pagi Dunia’(Ian Antono), ‘Musisi (Donny Fattah), ‘’Balada Sejuta Wajah’ dan ‘Sodom dan Gomorah’, keduanya karya Ian Antono. Selain itu, ada pula, ‘Anak Adam’ (Benny Likumahuwa dan Donny Fattah), ‘Insan Sesat’ (Abadi Soesman), ‘Ingat (Donny Fattah) dan ‘Tuan Tanah’ (Ian Antono).
Sayangnya, ini disebut-sebut sebagai album GB yang paling gagal di pasaran. Walau pada masa berikutnya, serunya ya, justru jadi album GB paling dicari oleh kolektor dan fans fanatik GB!  So, setelah album ini, mereka minim show dong? Pada saat itu, suasana pentas rock belum terlalu membaik.
Dan GB pada saat itu, justru tampil balik menjadi cover band. Merekapun membawakan lagu-lagu Van Halen juga, selain Deep Purple, Led Zeppelin, Edgar Winter, James Gank sampai juga David Bowie. Tapi yang tak berubah adalah, tampilan mereka yang tetap keren sebagai glam rock. Jadi, bisa disebut, GB juga menjadi ikon glam rock Indonesia yang terdepan.
Taste mereka bagus soal kostum. Menurut mereka, sedari awal, kalau kostum mereka tak terlalu pikirin betul. Tapi mungkin mereka dapat inspirasi dari liat tampilan rocker-rocker luar. Iye’juga, dengan pengalaman berkelana di Eropa, sesekali memberi masukan. Malah memberikan sedikit arahan soal kostum. Tapi secara umum, kostum mereka sebetulnya, berangkatnya dari selera pribadi saja.



Sekolahan Kru dan Tehnisi

Di sekitar 1984, Donny Fattah pergi ke Amerika Serikat. Maka GB pun harus vakum lagi. Pada masa sekitar itu, GB sempat disebut zombie-zombie rock. Alias senioren rock yang sempat “mati” lantas bangkit dari kubur. Mereka muncul ketika panggung rock mulai berdenyut lagi. Grup-grup muda bermunculan.
Ya ngingetin dikitlah. Jaman jelang pertengahan 80-an itu kan muncullah grup-grup rock generasi lanjutan. Antara lain ada Cockpit, Symphony, Wow, Rolland (Yogyakarta), El Pamas (Pandaan),  sampai Harley Angels dari Bali segala. Atau beberapa grup cover seperti Cockpit, Bharata, Cikini Stone Complex (cikal bakalnya Slank), Acid Speed Band, Seedz. Belakangan muncul lainnya macam Grass Rock, Power Metal, Rock Trickle dari Surabaya, dan lainnya.
Satu ketika GB tampil di acara All Indonesian Jazz & Rock Stars, di Balai Sidang Senayan. Bassis waktu itu adalah Rudy Gagola, adik dari Donny Fattah. Dengan kibordis, Dodo Zakaria. Konser itu menyatu-panggungkan para “pendekar” rock dan jazz. Rock diwakili GB dengan Rudy Gagola. Sementara di wilayah jazz, diwakili oleh Christ Kayhatu, Yance Manusama, Karim Suweileh, Djoko WH, Jopie Item, Jackie Bahasoean serta Iwang Gumiwang.
Ingat juga bahwa ada 2 kali saya sempat menyaksikan pementasan mereka. Di awal 1980 dan di sekitar 1983. Pada kedua penampilannya itu, GB membawakan sepenuhnya lagu-lagu hits rock barat. Merekatak memainkan sama sekali lagu-lagu karya mereka. Walau ada beberapa penonton sempat merikuesnya.

Sampai di titik itu, yang menarik adalah Iye; bercerita bahwa, GB itu juga menjadi sekolahannya para kru band. Banyak kru-kru seperti tehnisi, roadies bahkan sampai dengan sound engineer, lighting engineer, belajar dari mengikuti GB. Jadi, kata Iye’, ya ada kru-kru itu yang kalau GB ga main mereka berkeliaran di grup-gruplain. Tapi begitu kita mau manggung, mereka langsung balik lagi ke kita. Bahkan tanpa perlu diminta.
Salah satu yang menjadikan GB sebagai salah satu sekolah penting adalah Alex Kumara. Saat itu Alex disebut-sebut sebagai “dokter”nya sound system. Alex pernah mengaku banyak belajar dari GB, terutama soal sound engineer. Perlu diketahui Alex ini lengkap, sebagai tehnisi band sampai sound. Juga lantas menjadi sound engineer atau penata suara. Ia sekarang adalah petinggi di salah satu stasiun televisi, sempat pula memimpin stasiun televisi plat merah, TVRI.

Raksasa Semut Hitam

Formasi berikutnya GB, sebelum Donny Fattah pergi memang sudah menerima Dodo Zakaria sebagai kiboris. Dikarenakan waktu itu, Abadi Soesman memilih keluar, untuk kembali fokus dengan grupnya sendiri, Abadi Soesman Band. Band tersebut saat itu malah lebih cenderung ke jazz rock.
Namun di sekitar 1986-an, formasi GB kembali ke formasi album pertama. Dimana Yockie Suryo Prayogo masuk kembali, tentunya dengan menggantikan Dodo Zakaria. Fromasi ini menghasilkan album Semut Hitam, yang lantas berlanjut dengan tur ke berbagai kota di seluruh Indonesia.
Menurut catatan yang ada, album Semut Hitam ini adalah album tersukses GB. Dirilis 8 tahun setelah album kedua mereka, Cermin. Dua hits yang sangat dikenal luas dari album ketiga mereka itu adalah, ‘Kehidupan’ (Yockie Suryo Prayogo) dan ‘Rumah Kita’ (Ian Antono, dengan syair oleh wartawan musik, Theodore KS).
Lagu-lagu lain dalam album ini adalah seperti,’Semut Hitam’ (Donny Fattah, YockieSuryo Prayogo), ‘Damai Yang Hilang’ dan ‘Orang Dalam Kaca’ (karya bersama Yockie Suryo Prayogo dan Iwan Fals).Kemudian, ‘Ogut Suping (Ian Antono, dengan syair ditulis oleh wartawan musik lainnya, Remy Soetansyah), ‘Suara Kita’ (Yockie Suryo Prayogo), ‘Badut Badut Jakarta’ (Donny, Ian, Yockie), ‘Trauma’ (Teddy Sujaya dan Iwan Fals) serta ‘Bla..Bla..Bla...’ (Ian Antono dan Remy Soetansyah)..

Masuk ke tahun 1989, maka GB kembali mengalami pergantian formasi. Tetap dengan Achmad Albar, Donny Fattah, Yockie Suryo Prayogo dan Teddy Sujaya. Tapi dengan gitaris Eet Syahranie yang menggantikan Ian Antono. Langsung masuk studio rekaman dan hasilnya adalah album Raksasa. Warna musik menjadi berubah lagi.
Peran Eet dengan aksentuasi modern rock seperti Van Halen atau Ac/DC, baik pada permainan dan sound-nya, memberikan pengaruh kuat pada musik GB. Lagu-lagu dalam album itu adalah, ‘Maret 1989’ (Donny Fattah dan Yockie Suryo Prayogo), ‘Menjilat Matahari’ (Yockie), ‘Misteri’ (Yockie), ‘Emosi (Eet Syahranie dan Achmad Albar), ‘Cendawan Kuning’ (Yockie). Selain itu, ‘’2002’(Yockie), ‘Pemburu Ilusi’ (Donny), ‘’Sang Jagoan’ dan ‘Anak Kehidupan’ (karya bareng Yockie dan Sawung Jabo), dan ‘Raksasa’ (Teddy Sujaya, Rudy Gagola dan Yockie).
Log Zhelebour sebagai executive producer album ini, dengan Logiss Records-nya, lantas juga menjadi promotor untuk tur panjang GB menyinggahi 40 kota di seluruh Indonesia. Sayangnya, tur panjang itu harus berhenti di tengah jalan, karena sponsor utama tur itu punya masalah dengan masalah cengkeh. Memang sponsor utama itu adalah produk rokok.
Merekapun kemudian masuk studio lagi, menghasilkan album kompilasi, The Story of God Bless’. Album ini kembali dirilis oleh Logiss, pada 1990. Ada 10 lagu yang dimasukkan ke dalam album ini, semua diambil dari keempat album GB terdahulu.
Tapi ada 5 lagu, yang mewakili album pertama dan kedua GB, musiknya digarap ulang, dengan penataan aransemen lebih modern dan terkesan sedikit lebih galak. Lagu yang digarap ulang adalah,’Huma di Atas Bukit’, ‘Musisi’, ‘She Passed Away’, ‘Setan Tertawa’ dan ‘Sesat’. Lagu lainnya adalah, ‘Raksasa’, ‘Kehidupan’, ‘Cendawan Kuning’, ‘Rumah Kita’ dan ‘Menjilat Matahari’.

Selepas album ini, GB kembali vakum. Walau sempat merilis, ‘Vonis’ karya bersama Teddy dan Yockie sebagai single, di tahun 1991. Masing-masing personil, sibuk dengan berbagai proyek musik lainnya. Seperti Ian Antono yang dibantu pula oleh Donny Fattah dan Achmad Albar, membentuk Gong 2000 dengan drummer, Yaya Moektio. Sempat awalnya  Ian dan Donny bersekutu degan Indra Lesmana dan Gilang Ramadhan, dalam sebuah proyek bernama Gong.
Di sisi lain, Eet membangun grup rock sendiri, Edane dengan Fajar Satritama, Iwan Xaverius dan Ekky Lamoh. Sementara itu Yockie dengan dibantu pula oleh Donny Fattah, menggarap proyek musik Kantata dengan Setiawan Djodi, Sawung Jabo dan Iwan Fals. Teddy berkecimpung dalam studio rekaman, antara lain memproduksi album dari beberapa penyanyi antara lain Anggun C. Sasmi dan Yossie Lucky.
Mereka Juga Kena Imbas Krismon

Pada 1997, Iye’ berhasil menyatukan teman-teman mainnya lagi. Maka merekapun kumpul lagi. Donny Fattah, Yockie Suryo Prayogo, Eet Syahranie dan Teddy Sujaya. Malah lantas Ian Antono pun ikutan ngumpul lagi. Maka formasi dengan duo gitaris itulah menjadi formasi GB Mark XI. Lalu mereka sepakat workshop lagi, lagi-lagi ke kawasan Puncak. Hasil mereka “liburan” bareng itu adalah, Apa Kabar?”.
Itu menjadi album kelima mereka, dengan isinya, ‘Apa Kabar?’ (Teddy, Yockie, Ian dengan lirik ditulis Sawung Jabo), ‘Anakku’ (Yockie), ‘Srigala Jalanan’ (Teddy, Eet, Donny Fattah dengan lirik juga oleh Sawung Jabo), ‘’Asasi’ (Ian, lirik ditulis Ali Akbar), ‘Diskriminasi’ (Eet, Ian dan lirik oleh Ali Akbar).
Selanjutnya, ada lagu, ‘Roda Kehidupan’ (Ian. Lirik digarap bareng oleh Fajar Budiman, Ali Akbar dan Ian), ‘Pengamen Kecil (Yockie dan syair ditulis Sawung Jabo), ‘Balada si Toha (Yockie), ‘Nurani’ (Ian dengan syair oleh Ali Akbar lagi, bersama Ian) dan lagu, ‘Kembali’ (Ian dan syair dari Ali Akbar). Album diedarkan oleh Logiss Records.
Setelah album ini, Eet Syahranie pamit mundur. Ia memilih berkonsentrasi dengan Edane-nya saja. Maka GB era duo gitaris pun berakhir. Sempat melakukan tur show kecil ke beberapa kota, tapi akhirnya jalan mereka terhenti. Terkena imbas dari krisis moneter nasional, yang membuat mereka tak bisa bergerak kemana-mana. Mereka empat merilis single, ‘Aku Bersaksi’ karya Yockie. Tapi tak bisa berlanjut sampai rekaman.
Setelah terpaksa vakum beberapa tahun, GB muncul lagi. Bahkan melakukan tur cafe to cafe. Dengan formasi berbeda. Kali ini, Iye, Ian dan Donny ditambah kakak-beradik dari keluarga Noorsaid yaitu, Inang dan Iwang. Selain masuknya lagi Abadi Soesman,menggantikan Yockie.
Nah formasi ini, saya sempat menyaksikan di 2 kafe. Saat itu, saya merasakan ada kesan kuat mereka kelelahan. Karir musikmereka sudah begitu panjang, mungkin mereka sudah kecapekan. Atau,jenuh? Saya sempat berpikir, mungkin ada baiknya mereka beristirahat panjang saja. Seperti bubar, tapi nanti bisa melakukan reuni. Jadi, sudahlah “jualan”ya reuni saja....

Terus terang, GB waktu itu saya lihat, hanya sekedar bertahan saja. Kurang nikmat sebetulnya menyaksikan mereka di kafe, dan main di kafe itu juga sebetulnya sangat jarang mereka lakukan, malah mungkin belum pernah, pada masa sebelumnya. Formasi ke XII itu jadinya kayak rada dipaksain sih. Sorry lho ya.
Formasi tersebut bertahan sekitar 2 tahun lamanya, lantas Iwang dan Inang keluar. Masuklah drummer Gilang Ramadhan. Cukup mengejutkan memang formasi ini, dengan menarik masuk Gilang. Saat itu saya juga mendengar bahwa mereka akan rekaman lagi. Tapi musiknya akan balik ke era 1970-1980, mungkin lebih dekat ke musik periode album Cermin.
Iya ada suara-suara terdengar begitu. Mereka akan menjadi grup yang lebih cenderung ke progressif rock. Lagi-lagi pasti membuat orang, terutama fansnya akan bertanya-tanya. Seriuskah info ini? Karena prog-rock konotasinya lebih ribet, lebih kompleks dan....tidak “komersial”. Tapi info itu memang tinggal jadi info semata sih... GB malah saat manggung, mulai lebih mengedepankan lagu-lagu karya mereka sendiri. Belum ada lagu baru, terutama yang mengarah pada prog-rock.
Lifetime Achievement

Masuk di tahun 2007, dimana sebelumnya mereka sempat menjadi pembuka konser dari Uriah Heep di Jakarta, drummer mengalmi pergantian. Gilang digantikan Yaya Moektio. Nama yang pasti sudah tak asing lagi, karena Yaya pernah bermain dengan Ian, Iye’, Donny dalam Gong 2000. Kehadiran Yaya ini, ditanggapi cukup positif oleh fans GB. Saya juga berpendapat, kayaknya Yaya akan lebih pas menjadi drummer GB. Mereka jadi serius lagikah?
Dengan fomasi GB Mark XIV itu, GB melansir album 36th. Menandakan usia GB yang sudah 36 tahun sebagai rock band. Font God Bless pada sampul album, kembali ke font terawal, yang persis album perdana mereka. Album ini dirilis lewat label Nagaswara, bekerjasama dengan Kharisma Jaya Mandiri. Musiknya memang terasa lebih cenderung ke progresif rock, walau tetap terkesan modern.
Menariknya, seluruh 10 lagu yang ada dalam album ini, semua liriknya ditulis oleh “orang-orang luar”. Atau bukan ditulis oleh personil GB. Selengkapnya lagu-lagu yang ada adalah,’N.A.T.O’ (Ian dan lirik oleh Cahya Sadar), ‘Prahara Timur Tengah’ (Ian dan Ali Akbar), ‘Kar’na Ku Ingin Kau Bahagia’ (Anadi dan Cahya), ‘Biarkan Hijau’ (Donny dan lirik oleh Donny dan Cahya Sadar), ‘Pudar’ (Ian dan Cahya Sadar).
Selain itu ada juga lagu lain,’Jalan Pulang (Ian dan Hans Miller Banurea), ‘Sahabat’ (Donny dengan syairnya oleh Diah P dan Donny), ‘’Syair untuk Sahabat’ (Ian dan Yudhi F. Oktaviadhi), ‘Dunia Gila (Ian dan Ali Akbar) dan ‘Rock N Roll Hidupku’ (Abadi dan Ali Akbar). Dan pada tahun 2009, dimana album ini dirilis, GB mendapatkan 2 penghargaan.
Lifetime Achievement, dari ajang awarding, Anugerah Musik Indonesia (AMI). Kemudian The Immortal, yang mereka peroleh dari majalah Rolling Stone Indonesia. Dan mereka tetap meneruskan perjalanan bermusiknya. Intens, tetap terus dan mereka juga berencana untuk bertahan selama mereka mampu. Bahkan menginginkan dapat menghasilkan lagi album-album rekaman.
Formasi ini cukup solid sebenarnya. Dan gelagatnya dapat bertahan lama. Tapi ternyata, pada 2012,mereka mengalami agi pergantian formasi. Lagi-lagi posisi drummer yang berganti personil. Yaya keluar, digantikan oleh Fajar Satritama, drummer kelompok Edane itu. Untuk banyak orang, formasi dengan Fajar ini, dianggap formasi yang dapat menjadi lebih solid.
Rocknya lebih berasa, karena drums mengisi rapat dengan pola permainan drums lebih modern. Selain itu, Fajar dianggap lebih hard rock. Apakah lantas berarti GB bergeser lagi musiknya, menjadi kembali ke hard rock? Ga terlalu sih sebetulnya.
Sempat pula, GB terpaksa harus kehilangan sementara bassis, Donny Fattah. Donny terkena serangan jantung, yang mengharuskan ia beristirahat dari musik. Ituterjadi di tahun 2012. Selama Donny sakit, GB mengundang bassis Arya Setiadi, yang lebih dikenal sebagai instruktur bass. Formasi sementara itu sempat tampil memeriahkan ajang Java Jazz Festival! Hebat kan, GB menembus Java Jazz Festival lho....
Setelah beristirahat beberapa bulan,Donny kembali masuk formasi GB. Bahkan terlihat lebih sehat dan segar, dan tentunya tak lagi merokok dan mengurangi banget kopi. Musik rock GB nampaknya menjadi semacam terapi penyembuh yang ampuh, yang membuat Donny kembali bugar.


Panggung Sandiwara

Pada dua tahun silam dan tahun silam, God Bless berhasil menggelar konser yang relatif besar. Walau dalam bentuk lebih eksklusif, karena dalam ruangan berpendingin udara. Hal mana agak “menggusarkan” mereka, karena merasa bahwa musik mereka lebih cocok disajikan di lapangan terbuka, outdoor. Pada 2014, Megapro menggelar tontonan konser 41 Tahun God Bless di ballroom Hotel Harris, Bandung. Konser itu bertajuk To Commemorate God Bless 1973 – 2014.
Pada konser itu GB mengundang para personil yang lama, untuk ikut berman bersama lagi.Yaitu ada Yockie Suryo Prayogo, Eet Syahranie dan Tedy Sujaya. Konser dibuka penampilan grup rock Edane dan Kotak.

Dan selanjutnya, adalah Helmy Yahya yang seperti "mengembalikan" GOD BLESS ke Jakarta lagi, sebagai kota kelahirannya. Lengkap dengan kemegahan dan "kemewahan"nya. Sebuah apresiasi dan respect atas perjalanan demikian panjang mereka, sebagai sebuah supergroup kebanggaan Indonesia.
Dan lantas Iye' atau Achmad Albar pun menyatakan dari atas pangung bahwa ini juga konser ulang tahun ke 42 dari GOD BLESS, yang berdiri "resmi" (disebutkan namanya sebagai God Bless) pada 5 Mei 1973.
Helmy Yahya melibatkanlah sahabatnya, Donny Rochyadi untuk mewujudkan mimpinya. Mimpi seorang fans fanatik sekian waktu. God Bless dianggap grup rock terdahsyat dengan eksistensi yang nyaris tak pernah berhenti. Senantiasa terus dikagumi dan disukainya abis-abisan. Donny juga "kebetulan" fans berats GB! Klop dong?
Title dari konser ini adalah, selengkapnya, Musikukeren – GOD BLESS, Panggung Sandiwara. Digelar pada 7 Agustus malam.
Ini adalah konser dimana dasarnya adalah menempatkan GOD BLESS sebagai grup "teramat besar", kebanggaan bangsa. Dan mengemasnya dengan bentuk eksklusif, yang rasanya pantas dan pas untuk grup dengan jam terbang tertinggi di Indonesia kita itu. Pas dong, kata Helmy Yahya, karena GB itu sudah seperti Rolling Stones lho, terus bermain dari 1973!

Tak heran, dipilihlah theatre eksklusif Ciputra Artpreneur. Memang eksklusif, walau keliatannya lantas menjadi "rada kekecilan dan sesak" untuk sajian tontonan Hard Rock total a la GOD BLESS itu. Duduk nyaman, adem, nyantai. Lumayan mewah, ga heran juga kalau harga tiket...bisalah disebut, "kelas premium"!
Pada akhirnya gedung berkapasitas hanya 1200-an ini, malam kemarin memang dibakar habis oleh "keras n bising"-nya musik yang dimainkan oleh Achmad Albar, Donny Fattah, Ian Antono, Abadi Soesman, Fajar Satritama.
Dimana juga didukung oleh orkestrasi "mini" dipimpin Astrid Lea, dilengkapi 4 backing vocals. Masih ditambah para bintang tamu, gitaris Eet Sjahranie. Dan 3 penyanyi dengan karakter khas tersendiri berbeda-beda yaitu Husein "Idol" Alatas, Maria Calista dan Candil. Ditambah orkestra mini yang dipimpin oleh Astrid Lea.


Soal Special Effects

Sempurna dan tidak sempurna. Puas dan tidak begitu puas. Wajar-wajarlah saja, kawans! "Nobody's Perfect" kan kata orang Banyumas, eh orang bule sonoooo... Yoi gara? (Lho? ini kyknya krn keasyikan nikmatin lagu, 'Ogut Suping" niiiih)
Harusnya bisa lebih wah lagi, ada yang bilang begitu. Gedungnya kesempitan, kata orang yang lain lagi. Atau, ah ini yang banyak juga....Harga tiketnya itu lho bro, repots punya tuh! Abis Lebaran lagi kan?
Kalau perihal harga tiket, benar dan tak benar. Mahal itu relatif. Kalau grup-grup luar dipanggungin di sini, kenapa bisa diserbu publik? Padahal ya sejuta, dua jutaan juga, bahkan lima jutaan harga tiketnya.  Ada yang sampai 10 juta-an bahkan lebih...!
Yaaaaa karena jarang2 kita bisa liat mereka dong, jawab sebagian kecil orang. Oh ok. Tapi God Bless, dengan kemasan eksklusif dan "lengkap". Jelaslah lengkap, 20 lagu, mek! Kesempatan langka juga lho. Bahkan GOD BLESS sendiri mengakui, jarang-jarang banget dapat kesempatan konser begitu. Belum tentu bisa lagi, atau belum tentu ada lagi di lain waktu.
Belum tentu ya,misal tahun depan kita dapat main di konser kayak yang dibikin Helmy dan Donny itu. Umur kita kan ga muda lagi, usia udah banyak nih.... Begitu ucap Iye', Ian Antono, Donny Fattah dan Abadi Soesman di lain-lain kesempatan.

Yang jelas ya, kita harus acungkan jempol melihat kesungguhan dan semangat rocker dengan usia yang "jelas tak muda lagi". Bayangin jack, umur mereka berempat sudah lewat 60-an tahun! Cuma Fajar Satritama, drummer yang masuk paling belakangan, yang relatif muda. (Belum 50 kan ya, Fajar?)
So, melihat semangat demikian tebal mereka itu, kalaupun misal dianggap ah sayang lighting "agak kurang sempurna". Maklumi dan pahamilah. Lalu special effects yang dijanjikan sebelumnya akan mewah dan sekelas band-band papan atas internasional, kenyataannya kok "segitu aja".Itu juga haruslah dipahami dan dimengerti....
Oh ya konsep Nolimits, yang menghadirkan specail-effects itu sebenarnya memang wah. Kalau jadi ya. Tapi at very last minute, misalnya ada 1 spc-fx dengan permainan api sekeliling bibir panggung terpaksa batal. Karena pihak gedung tak bisa mengijinkan, beresiko tinggi. Walau sudah dijelaskan bahwa itu aman dan biasa dipakai di konser-konser di luar negeri, khususnya dalam ruangan!
Tak heran, Donny Rochyadi yang juragannya Nolimits sempat pula stress dan pusing, karena konsep special-effects nya yang bakal jadi surprise dahsyat jadi batal. Ada juga spc-fx yang batal karena tak cocok dengan God Bless, alias teman-teman God Bless "menolak". Juga di saat-saat terakhir, ini karena alasan tehnis sih.

Tapi ya akhirnya toh, segala sesuatunya telah terjadi. Dan konser berlangsung relatif lancar. Konser lengkap dan tetap terbilang mewah dong. Ya gedungnya. Ya ada special effects, walau "minimalis" jadinya. Sound optimal yang didukung DSS dengan Donny Hardono, khususnya utk backlines dan monitoring, selain menanganinya langsung.. Selain dukungan additional lighting dari Mata Elang.
Semua pendukung kemasan konser tersebut di atas, adalah nama-nama terdepan dan terbesar di bidangnya masing-masing di Indonesia sini.



God Bless dan Kekeluargaan

Puas lah jadinya, pada akhirnya. Cukup puas, lebih tepatnya. Tanpa sponsor, toh alhamdulillah bisa tetap jadi terselenggara. Sponsor? Ga mudahlah. Malah memang nyaris mustahil, karena sponsor-sponsor mayoritas tak begitu doyan membidik pangsa pasar "legend" Atau sebut saja, menjaring massa dari kalangan "lebih berumur".
Kenapa, bukankah "berumur" pastinya kan pegang duit? Bagaimana ga berduit, harga tiket kelas premium gitu? Walau last minute juga ada kalangan yang memohon very special discount ++ yang akhirnya dapat didiskusikan dan "dicarikan jalan keluarnya" oleh promotor. Permintaan spesial banget, dengan banyak pertimbangan yang....memang dimaklumi kok..  Itu hanya untuk kelas tertentu saja sih.

Begitulah God Bless. Nama besar di pentas musik rock Indonesia. Namanya itu, sedemikian besar, mereka memang harus dan khittahnya jadi begitu besarnya. Soal “nama besar” itu diutarakan oleh Triawan Munaf, saat sebelum konser Panggung Sandiwara di Jakarta itu.
Ah memang nama besar yang bisa dibilang luar biasa. Ya bayangkanlah, masuk di 2016, mereka berarti telah 42 tahun eksis sebagai hard rock band. Menjadi tonggak penting musik cadas tanah air, menginspirasi begitu banyak rocker-rocker muda tanah air. Tahun ini juga catat, bahwa Achmad Albar yang dipanggil Iye’ itu, sudah 70 tahun umurnya!


Menurut mereka, salah satu yang membuat mereka tetap bertahan, karena hubungan satu sama lain. Mereka sudah seperti keluarga, dan betapa istri dan anak-anak mereka juga bergaul akrab dan dekat satu sama lain. Kalau mereka manggung, misalnya, para istri pasti akan mendukung satu sama lain. Otomatis ya semua kumpul dan membantu para suami, begitu terang mereka.

Lalu, grup yang namanya itu didapat tak sengaja dari kartu Natal yang ide itu datang dari almarhum Fuad, akan sampai kapan bertahan sebenarnya? Mereka hanya tertawa lebar. Bisa sampai lebih dari 40 tahun begini saja, mana ada yang menyangka? Kita bersyukur banget, masih bisa bertahan, terus sampai umur kita segini, ucap Donny yang diiyakan personil lainnya.
Iya kitapun sejatinya harus bersyukur, punya ikon rock yang terus bertahan. Aktif berkarya, tak henti. Dan dengan sejarah yang sedemikian panjangnya, dengan sekitar 20-an musisi terbaik pernah terlibat di dalamnya. Semoga mereka terus bisa memanaskan musik Indonesia kita saja. Untuk waktu yang lebih panjang lagi. Sehat selalu ya kakak-kakak God Bless. God Bless you all. Mereka lantas menjawab cepat, Ok God Bless you too..... /*

Foto-foto God Bless 1970-an dari Legend-NewsMusik (Koleksi AKTUIL)
Foto-foto lainnya  :   Gideon Momongan














No comments: