Thursday, March 10, 2016

Yiuks Kenalan dengan VAN JAVA


Supaya tak salah mengira saja. Memang mereka tanpa ada kata, “Opera”, sebagai nama depan. Cukup Van Java. Sempat berganti-ganti nama, antara lain Kindern Van Java. Mungkin kelewat londo, makanya mereka ga nerusin pakai nama itu. Van Java, kayaknya lebih enak disebut.
Waktu nama dulu, sering banget kalau kita mau tampil pasti MC salah menyebut nama kita. Begitu jelas, drummer mereka, pemuda yang pendiam, Peter. Peter yang pendiam tapi murah senyum ini lantas bilang, ya sudah kita pakai nama yang gampang saja deh.
Ga hanya nama, musik merekapun sempat “kemana-mana”. Mereka pernah main yang relatif lebih dekat ke metal, lebih keras, begitu kata Biondi. Biondi bertugas untuk bermain gitar.

Musik kami ini, jelas Biondi lagi, saat ini sudah berkembang kemana-mana. “Tidak lagi terlalu metal, walau ada juga lagu kami relatif keras. Tapi sudah ada jazznya dan lainnya,” tambah Broto, bassis.
Biondi mengatakan, “Musik kami kepengennya memang dibikin lebih dinamis dan lebih colorful. Satu ketika mungkin saja, bass menjadi lead. Tak selalu harus gitar di depan, menemani vokal. Atau drums, diberi porsi lebih. Pilihan vokal juga, sedari awal kami memang kepengen cewek.”
Adanya vokal, mana cewek lagi, akan membuat musik mereka menjadi lebih “menyenangkan” kuping. “Jadi latar musik, tetap mungkin agak jazz rock yang keras atau progressive rock. Sementara vokal, tetap dengan karakternya sendiri, ga usah jadi ngerock,” terang Biondi lagi.
Sebuah upaya kreatif yang kudu dipuji. Apalagi datang dari anak-anak muda, yang bisa disebut generasi masa depan musik Indonesia. Musisi masa depan, yang semangatnya itu perlu dipuji. Pujian bakal membuat mereka lebih bersemangat lagi. Harapannya sih begitu....
Masih muda? Beneran? Biondi Noya, yang adalah gitaris. Putra tunggal dari pasangan Richard Noya dan Gerda Noya. Ia lahir di Jakarta, 11 September 1989. Gitaris favoritnya, Michael Romeo (Symphony X), Pat Martino, Tony MacAlpine, John Petrucci (Dream Theatre). Muda dong?
Drummer adalah, Peter Nicholaus Lumingkewas. Ia kelahiran Jakarta, 14 Oktober 1989. Putra kedua dari 3 bersaudara, pasangan Frans Lumingkewas dan Louisa Lumingkewas. Ia bogal katanya, Bontot gagal! Karena ia harusnya jadi anak terbungsu, gagal karena 18 tahun usianya eh lahirlah adiknya. Drummer favoritnya antara lain, Terry Bozzio, Mike Protnoy, Mike Mangini, Simon Phillips dan Chris Coleman. Kurang muda apa lagi?
Soebroto Harry Prasetyo, biasa dipanggil Broto, adalah bassis. Kelahiran Jakarta, 5 Desember 1988., anak ke 3 dari 3 bersaudara, dari pasangan Eman Sulaeman dan Sri Sulaeman. Bassis favoritnya adalah antara lain, Frank Hermanny (Adagio), Billy Sheehan dan Victor Wooten. Tuh,muda kaaaan?
Satu-satunya perempuan, bernama Brenda Gabriella Mandagi. Ia vokalis, yang lahir di Jakarta pada 9 Agustus 1991. Anak tunggal dari pasangan Jerry Mandagi dan Elvina Ezra Rawung. Ia suka dengan penyanyi seperti Sharon den Adel (Within’ Temptation), Amy Lee-nya Evanescence dan Hayley Williams nya Paramore. Nah, masak sih kurang muda?

Oh ya, mereka masing-masing juga menjawab cepat saat ditanya siapa guru pertama mereka. Brenda mengingat-ingat, guru vokalnya yang pertama adalah Godfried L.Tobing dilanjutkan dengan Kak Anna. Ia masuk sekolah music Gladiresik, lalu pindah ke Music School of Indonesia.
Lalu Peter, menyebut nama Evan Patiovan sebagai guru drums pertamanya. Ia sempat belajar di beberapa sekolah music antara lain Vidi Vici, Institut Musik Daya Indonesia, Jakarta Drums School dan sekarang ia masuk di Ostinato Drums School.
Sementara itu Broto, menyebutkan nama Mario Koristato, sebagai motivator dan yang mengenalkan dia dengan serius bass. Ia sendiri menyebut, lebih otodidak sebenarnya, ga masuk sekolah musik khusus. Ia pilih untuk rajin bertanya dan sharing dengan para bassis senior.
Dan Biondi, juga mengatakan ia lebih banyak otodidak. Walau sempat kursus hanya 6 bulan di awal ia pengen belajar gitar. Waktu itu gurunya adalah Mas Taufik. Setelah itu, ia memang jadi rajin belajar sendiri saja.
Grup Van Java ini, cerita mereka, sudah ada sejak 2008. Awalnya, mereka memang satu sekolah, di kawasan Panglima Polim. Ngeband dimulai saat itu, antara serius dan tidak serius awalnya. Broto lantas pindah sekolah, karena mungkin ia terlalu asyik bermain dengan Biondi dan Peter ya? Tapi mereka malah jadi lebih serius ngeband.
“Vokalis pertama kami cewek, ganti ke cowok lalu ya sekarang Brenda yang cewek lagi. Waktu dengan cowok itu, kami main lebih keras, wah metal deh. Begitu vokalis kami itu mundur, kita sepakat cari yang cewek saja. Musik kita nanti disesuaikan dengan warna vokal dan ide-idenya si penyanyi cewek itu,” terang Biondi.
Sejauh ini menurut Peter dan Broto, dengan keberadaan Brenda mereka relatif lancar dan jadi semangat. “Semangat untuk lebih serius aja. Makanya, kami juga sekarang sedang menyiapkan rekaman perdana kami. Kami latihan selalu, paling tidak seminggu sekali lantas rekaman. Kepengennya sih, proses rekaman selesai akhir tahun ini,” jelas Broto.
Brenda ditemukan oleh Peter, saat ada acara pentas paduan suara di kampusnya. Ia mendengar dan melihat beberapa orang penyanyi, lalu mencoba memilihnya sendiri. Ditawarin ikutan band-nya, nah yang nyangkut ternyata Brenda. Broto dan Biondi setuju saja.
Brenda merasa nyaman saja dengan 3 pria gagah, agak cerewet dan sedikit badung di sekitarnya saat ini. Ya maksudnya tuh, Biondi, Peter dan Broto bukan badung tak berfaedah. Mereka badung dalam kreatifitas musiknya. Iseng tapi bolehlah. Namun gini nih, kita tentu saja akan lebih komplit menilai kalau album mereka sudah jadi kan?

Lagu-lagu sudah ada sih, ungkap Biondi. Ada berapa lagu ya, nanti saja lihat deh pas album kita selesai, ucap Peter serius. Yang terlihat paling serius memang Peter. Apalagi kalau sudah memperbincangkan perkara kuliner… Ia akan lebih serius, dengan mata berbinar-binar.
Mereka sudah muncul ke permukaan saat ini dengan lagu bertajuk, ‘Prophecy of Jayabaya’. Lagu itu diambil Yeninotz-Journey untuk dimasukkan dalam album Indonesia Maharddhika. Sebuah lagu yang tendensinya pada jazz, relatif clean pada awal lagu untuk pilihan sound gitar. Tapi lantas seperti menyala di tengahnya.
Teliti saja deh. Di tengah lagu, mereka bisa berbelok, dengan gitar menyalak, berdistorsi, ada selipan growling sedikit. Sebuah upaya condong pada progressive fusion, yang saya nilai, usil dan iseng. Tapi berkonotasi positif kok. Cieeeee, dinilai niii yeeeee....
Malah ada lebih positifnya lagi, karena lagu ini terhitung efektif dan efisien, dengan durasi tak kelewat berpanjang-panjang. Tak setipe dengan kecenderungan grup-grup progressive, yang seringkali sangat ber-asyik masyuk dengan lagu yang berdurasi relatif panjang. Kurang panjang dan laaamaaaaa ah... Ga juga sih, tergantung kreatifitas saja sih.
Eeeeh sssst, saat tulisan ini saya ketik ulang lagi, ini memang tulisan rada repost, Van Java kabarnya sudah merampungkan albumnya. Ah, akhirnya ya.... Mereka siap melepas ke pasar, tapi dengan jalan pre-order. Banyak yang ga sabar untuk memperoleh debut album Van Java itu. Judulnya apa?
Sebelum ini, mereka berempat juga mulai jalan pelan-pelan. Tampillah di panggung ke panggung. Menembus festival-festival jazz. Ke Yogyakarta untuk menyelip di Ngayogjazz, misalnya. Lantas ke Solo, untuk tampil di Solo City Jazz. Sebelumnya juga berhasil mendapat kesempatan tampil di Java Jazz Festival. Selain itu, main di beberapa acara yang bertemakan prog-rock.
Well, kita kenalan dulu dengan mereka. Ingat saja nama mereka, dan muka-muka lucu dan imut mereka. Eh iya kan, lucu dan imut? Progressive rock tapi lucu-lucu kan, jadi seger gimanalah gitu....
And selanjutnya, coba kita tunggu pergerakan musik mereka kemudian. Tetap semangat terus, dik-adik semua dan good luck! God bless you all.../*


1 comment:

Unknown said...

Band masa depan. Semua member nya talented. Harus lebih sering tampil lagi apa aja hajar jangan mikir duit dulu sampai album Release. Deneger suara Brenda di rekaman lebih enak dari pada di panggung, harus lebih berani, apalagi sebagai Vocalist cewek yg tentu nya jadi center of attention Saat tampil. Goodluck