Tuesday, May 17, 2016

Tentang Seorang Deddy Dorres

Catatan sekilas saya tentang seorang Deddy Dorres. Oh ya, mulai langsung dengan nama ya. Ada info, dulunya, namanya adalah Dedi Dores, begitu saja. Singkatan dari, “Dengan Diiringi Doa Restu”.Info ini didapat dari temen baik saya via whats app, Prasetyohadi.
Ok, Deddy adalah Nike Ardilla. Sejak 1980-an kira-kira segitu, orang lebih mengenalnya sebagai produser musik pop. Ia juga sekalian talent scout gitulah. Twin Sister adalah salah satu produksinya. Si kembar indo yang cantik. Twin Sister itu “ditemukan” Deddy, sebelum ia mendapatkan Nike Ardilla, yang awalnya bernama Nike Astrina.
Nike dipertemukan dengan Deddy oleh talent scouter cum wartawan musik kawakan, Denny Sabri. Kabarnya, kang Denny Sabri yang memberinya nama, Nike Astrina itu. Nike itu sempat masuk formasi tiga cewek rocker cantik, semua bintang muda yang ditemukan alm. Denny Sabri, Denny’s Angels. Dan belakangan, namanya dirubah lagi menjadi, Nike Ardilla.

Nike dalam trio itu bersama Lady Avisha dan Cut Irna. Seinget saya, trio itu ada dalam Bandung Rock Power, yang mana Denny Sabri menjadi Salah satu motor utamanya. Dan adalah kang Denny Sabri, yang pernah memperkenalkan saya dengan Deddy Dorres.
Satu ketika, jelang 1985, di kantor majalah Vista di Cikini. Deddy Dorres sedang bertamu ke kantor majalah musik & film itu. Itu perkenalan pertama saya dengannya. Berikutnya,sempat sekali lagi bertemu di Bandung, kembali lagi bersama Denny Sabri juga. Waktu itu, beberapa tahun dari pertemuan di Vista, kang Denny ngobrolin Bandung Rock Power....
Saya terus terang, tak dekat dengan Deddy Dorres. Saya kenal namanya, antara lain dari majalah musik, Aktuil. Tahu bahwa Deddy Dorres mulai dari Freedom of Rhapsody di awal 1970-an. Hits-nya kan, yang cukup dikenal, ‘Hilangnya Seorang Gadis’. Di status Facebook-nya, Dewa Budjana bilang, lagu itu jadi salah satu lagu dia awal belajar gitar.
Dan ternyata Dewa Budjana juga sempat mendukung rekaman album perdana, Seberkas Sinar nya almarhumah Nike Ardilla. Yang rekamannya digarap Jimmy Manoppo. Ia diajak mengisi gitarnya. Itu di penghujung 1980-an.
Dan begitulah, Nike Ardilla melejit begitu tinggi namanya. Terutama lewat, ‘Bintang Kehidupan’. Itu karya Deddy Dorres. Lantas saja, Deddy jadi berkecimpung lebih jauh dan lebih aktif di pop. .Ia, ditemani adiknya, Yonni Dorres, kemudian memproduksi banyak rekaman pop.
Rata-rata adalah para penyanyi muda cantik. Karena kesuksesan Nike Ardilla, anak-anak perempuan cantik, dibawa langsung sendiri oleh ibunya, menemui Deddy. Berharap bisa dibuatkan album rekaman. Sahabat baik saya, wartawan, ,Nini Sunny yang mengingatkan hal yang pernah ditemuinya saat akan mewawancarainya.
Yang saya tahu, Deddy memang bersama Yonni, terus berkecimpung di musik pop. Sebagai penulis lagu, selain produser. Dan tetap populer dengan selalu berkacamata hitam. Juga penyuka mobil Mercedes Bens. Dia pernah punya Mercedes Mini, suatu ketika, warna kuning.
Kembali ke era awal 1970-an. Deddy Dorres sejatinya adalah rocker yg lumayan populer di era 1970-an. Yang orang ingat adalah bersama trio, Superkid. Trio dahsyat dengan Jelly Tobing dan Deddy Stanzah. Di grup itu Deddy Dorres bermain gitar, juga kibor.
Dia dikenal tampil dengan stage act lumayan liar en heboh jg. Antara lain, beraksi menghancurkan gitar hingga berkeping-keping, ke panggung. Sebelumnya menggesek-gesekkan gitar di amplifier. Terinspirasi Jimi Hendrix agaknya...Tapi permainan gitarnya sih, waktu itu dianggap bergaya Ritchie Blackmore.

Dengan kibor juga begitu. Deddy kerapkali sampai merubuhkan peralatan kibornya, menjungkir balikkan "papan kunci"nya, atau memainkan tuts-tutsnya dengan kaki. Perlu diketahui di era1970-an itu, para rocker memang sebagian besar sangat atraktif, bahkan berbau sensasional. Kalau ga atraktif, rada gila-gilaan, ga bakalan ditonton orang.
Ada lagi yang perlu diingat nih. Deddy Dorres ini adalah kibordis Crazy Wheels. Itu adalah grup musik, yang menjadi cikal bakal God Bless. Dalam Crazy Wheels, Dorres main bersama Ludwig Lemans, Donny Fattah, Fuad Hassan dan Achmad Albar. Mereka bermain di sebuah clubs di Singapura. Tahun 1972an kira-kira.
Nah, Crazy Wheels balik Jakarta, lalu jadilah God Bless. Dengan Deddy Dorres diganti Yockie Suryo Prayogo.
Namun sekitar setahun kemudian, di tahun 1974-an, Deddy Dorres ditarik masuk lagi ke dalam God Bless setelah God Bless tampil di Pasar Minggu, acara Summer 28. Sebuah acara musik yang terinspirasi dengan Woodstock.
Formasi tersebut adalah God Bless "Mark 3". Dg Dorres yang kali ini giliran jadi gitaris, karena Ludwig Lemans habis visanya, jadi kudu balik ke Belanda. Sementara itu Yockie pamit mundur, diganti Soman Lubis. Soman “dicabut” dari kelompok Shark Move, Bandung..
Dorres sempat lantas bertemu Deddy yg satunya lagi, Deddy Stanzah di God Bless. Stanzah masuk menggantikan Soman Lubis, yg pilih balik ke Bandung, untuk nerusin kuliah. Stanzah jd bassis, Donny Fattah jd gitaris.
Sementara itu, Dorres main kibor. Formasi ini hanya sempat main untuk dua kali saja, begitu kabarnya. Stanzah lantas dikeluarin akibat terlalu intim dengan drugs. Ealaaa, Dorres, ikut-ikutan keluar. Dorres kelelahan pergi-pulang Jakarta-Bandung, itu alasannya..Soalnya ia masih berdomisili di Bandung waktu itu.

Jadi begitulah, kedua Deddy di 1976, sekitar tahun itulah ya, kemudian ternyata bersekutu dalam Superkid. Versi majalah musik Aktuil dan Top, trio itu dibilang trio dahsyat yang beneran “super”-nya. Pertamax gan? Hampir lupa, ia juga sebelumnya pernah masuk formasi awal dari Giant Step. Keluar dari Giant Step, ya bikin Superkid.
Sekedar info saja, Superkid memang ternyata dikoordinir atawa di menej langsung juga oleh Denny Sabri. Denny Sabri lah yang menyatukan mereka bertiga sebenarnya,begitu kabarnya.
Superkid sempat merilis album, Trouble Maker dan Dezember Break. Lagu-lagunya rata-rata berbahasa Inggris semua, seperti antara lain,'Trouble Maker', 'Sixty Years On', 'How', 'blue Light City', 'Just Once More' dan lainnya.

Itu sedikit catatan mengenai Deddy Dorres yang sempat saya catat. Sebagian sih sebenarnya dapatnya dari majalah Aktuil. Seperti yang saya tulis di atas itu, tahunya memang dari Aktuil. Saya memang tak dekat, maka aktifitasnya di musik pop tak banyak saya ketahui, selain kesuksesannya bersama Nike Ardilla.

Info terakhir, saya dengar ia sedang rekaman dengan Ratna Listy, teman saya Ipung Poernomo yang menaikkan foto Deddy Dorres dan Ratna Listy, di Facebook, tengah rekaman. Ipung juga mengabarkan soal rekaman album tersebut. Ipung adalah sound engineer, belakangan juga bertindak seagai distributor album. Dengan cara direct-selling.

Deddy Dorres, kelahiran Surabaya, 28 November 1950,  sejatinya memang adalah nama yang fenomenal. Baik di rock maupun pop. Baik saat beraksi sebagai gitaris atau kibordis, maupun sebagai penulis lagu dan produser rekaman, atau ada juga yang lebih suka menyebut sebagai music director.
Dan ia pergi untuk selama-lamanya, kemarin jelang tengah malam. Selasa, 17 Mei lima belas menit sebelum jam 00.00 di Rumah Sakit Premier Bintaro..../*

Foto-foto Istimewa, dapat dari google dan repro Aktuil.


2 comments:

Anonymous said...

Terima kasih banyak atas sepenggal catatan tentang Deddy Dores yg menarik. Salam sehat untuk bung Gideon.

James said...

Mantap om tulisan tentang alm. DD nya. Terima kasih banyak dan tetap menulis :-)

Salam.