Catatan
sekilas saya tentang seorang Deddy
Dorres. Oh ya, mulai langsung dengan nama ya. Ada info, dulunya, namanya
adalah Dedi Dores, begitu saja. Singkatan dari, “Dengan Diiringi Doa Restu”.Info
ini didapat dari temen baik saya via whats
app, Prasetyohadi.
Ok, Deddy
adalah Nike Ardilla. Sejak 1980-an
kira-kira segitu, orang lebih mengenalnya sebagai produser musik pop. Ia juga
sekalian talent scout gitulah. Twin Sister
adalah salah satu produksinya. Si kembar indo yang cantik. Twin Sister itu “ditemukan”
Deddy, sebelum ia mendapatkan Nike Ardilla, yang awalnya bernama Nike Astrina.
Nike
dipertemukan dengan Deddy oleh talent
scouter cum wartawan musik kawakan, Denny
Sabri. Kabarnya, kang Denny Sabri yang memberinya nama, Nike Astrina itu.
Nike itu sempat masuk formasi tiga cewek rocker cantik, semua bintang muda yang
ditemukan alm. Denny Sabri, Denny’s
Angels. Dan belakangan, namanya dirubah lagi menjadi, Nike Ardilla.
Nike
dalam trio itu bersama Lady Avisha dan
Cut Irna. Seinget saya, trio itu ada
dalam Bandung Rock Power, yang mana Denny Sabri menjadi Salah satu motor
utamanya. Dan adalah kang Denny Sabri, yang pernah memperkenalkan saya dengan
Deddy Dorres.
Satu
ketika, jelang 1985, di kantor majalah Vista di Cikini. Deddy Dorres sedang
bertamu ke kantor majalah musik & film itu. Itu perkenalan pertama saya
dengannya. Berikutnya,sempat sekali lagi bertemu di Bandung, kembali lagi
bersama Denny Sabri juga. Waktu itu, beberapa tahun dari pertemuan di Vista, kang
Denny ngobrolin Bandung Rock Power....
Saya
terus terang, tak dekat dengan Deddy Dorres. Saya kenal namanya, antara lain
dari majalah musik, Aktuil. Tahu bahwa Deddy Dorres mulai dari Freedom of Rhapsody di awal 1970-an. Hits-nya kan, yang cukup dikenal, ‘Hilangnya
Seorang Gadis’. Di status Facebook-nya, Dewa
Budjana bilang, lagu itu jadi salah satu lagu dia awal belajar gitar.
Dan
ternyata Dewa Budjana juga sempat mendukung rekaman album perdana, Seberkas Sinar nya almarhumah Nike
Ardilla. Yang rekamannya digarap Jimmy Manoppo. Ia diajak mengisi gitarnya. Itu
di penghujung 1980-an.
Dan
begitulah, Nike Ardilla melejit begitu tinggi namanya. Terutama lewat, ‘Bintang
Kehidupan’. Itu karya Deddy Dorres. Lantas saja, Deddy jadi berkecimpung lebih
jauh dan lebih aktif di pop. .Ia, ditemani adiknya, Yonni Dorres, kemudian
memproduksi banyak rekaman pop.
Rata-rata
adalah para penyanyi muda cantik. Karena kesuksesan Nike Ardilla, anak-anak
perempuan cantik, dibawa langsung sendiri oleh ibunya, menemui Deddy. Berharap
bisa dibuatkan album rekaman. Sahabat baik saya, wartawan, ,Nini Sunny yang mengingatkan hal yang pernah
ditemuinya saat akan mewawancarainya.
Yang saya
tahu, Deddy memang bersama Yonni, terus berkecimpung di musik pop. Sebagai
penulis lagu, selain produser. Dan tetap populer dengan selalu berkacamata
hitam. Juga penyuka mobil Mercedes Bens. Dia pernah punya Mercedes Mini, suatu
ketika, warna kuning.
Kembali ke era
awal 1970-an. Deddy Dorres sejatinya adalah rocker yg lumayan populer di era
1970-an. Yang orang ingat adalah bersama trio, Superkid. Trio dahsyat dengan Jelly
Tobing dan Deddy Stanzah. Di
grup itu Deddy Dorres bermain gitar, juga kibor.
Dia dikenal
tampil dengan stage act lumayan liar en heboh jg. Antara lain, beraksi
menghancurkan gitar hingga berkeping-keping, ke panggung. Sebelumnya menggesek-gesekkan gitar di
amplifier. Terinspirasi Jimi Hendrix agaknya...Tapi permainan gitarnya sih,
waktu itu dianggap bergaya Ritchie Blackmore.
Dengan kibor
juga begitu. Deddy kerapkali sampai merubuhkan peralatan kibornya, menjungkir balikkan "papan kunci"nya, atau
memainkan tuts-tutsnya dengan kaki. Perlu diketahui di era1970-an itu, para
rocker memang sebagian besar sangat atraktif, bahkan berbau sensasional. Kalau
ga atraktif, rada gila-gilaan, ga bakalan ditonton orang.
Ada lagi yang
perlu diingat nih. Deddy Dorres ini adalah kibordis Crazy Wheels. Itu adalah grup musik, yang menjadi cikal bakal God
Bless. Dalam Crazy Wheels, Dorres main bersama Ludwig Lemans, Donny Fattah,
Fuad Hassan dan Achmad Albar. Mereka bermain di sebuah clubs di Singapura. Tahun 1972an kira-kira.
Nah, Crazy Wheels balik Jakarta, lalu jadilah God Bless. Dengan Deddy Dorres diganti Yockie Suryo Prayogo.
Nah, Crazy Wheels balik Jakarta, lalu jadilah God Bless. Dengan Deddy Dorres diganti Yockie Suryo Prayogo.
Namun sekitar
setahun kemudian, di tahun 1974-an, Deddy Dorres ditarik masuk lagi ke dalam
God Bless setelah God Bless tampil di Pasar Minggu, acara Summer 28. Sebuah acara musik yang terinspirasi dengan Woodstock.
Formasi
tersebut adalah God Bless "Mark 3".
Dg Dorres yang kali ini giliran jadi gitaris, karena Ludwig Lemans habis
visanya, jadi kudu balik ke Belanda. Sementara itu Yockie pamit mundur, diganti
Soman Lubis. Soman “dicabut” dari kelompok Shark Move, Bandung..
Dorres sempat lantas bertemu Deddy yg satunya lagi, Deddy Stanzah di God Bless. Stanzah masuk menggantikan Soman Lubis, yg pilih balik ke Bandung, untuk nerusin kuliah. Stanzah jd bassis, Donny Fattah jd gitaris.
Dorres sempat lantas bertemu Deddy yg satunya lagi, Deddy Stanzah di God Bless. Stanzah masuk menggantikan Soman Lubis, yg pilih balik ke Bandung, untuk nerusin kuliah. Stanzah jd bassis, Donny Fattah jd gitaris.
Sementara itu,
Dorres main kibor. Formasi ini hanya sempat main untuk dua kali saja, begitu
kabarnya. Stanzah lantas dikeluarin akibat terlalu intim dengan drugs. Ealaaa, Dorres, ikut-ikutan
keluar. Dorres kelelahan pergi-pulang Jakarta-Bandung, itu alasannya..Soalnya
ia masih berdomisili di Bandung waktu itu.
Jadi
begitulah, kedua Deddy di 1976, sekitar tahun itulah ya, kemudian ternyata
bersekutu dalam Superkid. Versi majalah musik Aktuil dan Top, trio itu dibilang
trio dahsyat yang beneran “super”-nya. Pertamax gan? Hampir lupa,
ia juga sebelumnya pernah masuk formasi awal dari Giant Step. Keluar dari Giant Step, ya bikin Superkid.
Sekedar info saja, Superkid memang ternyata dikoordinir atawa di menej langsung juga oleh Denny Sabri. Denny Sabri lah yang menyatukan mereka bertiga sebenarnya,begitu kabarnya.
Superkid sempat merilis album, Trouble Maker dan Dezember Break. Lagu-lagunya rata-rata berbahasa Inggris semua, seperti antara lain,'Trouble Maker', 'Sixty Years On', 'How', 'blue Light City', 'Just Once More' dan lainnya.
Sekedar info saja, Superkid memang ternyata dikoordinir atawa di menej langsung juga oleh Denny Sabri. Denny Sabri lah yang menyatukan mereka bertiga sebenarnya,begitu kabarnya.
Superkid sempat merilis album, Trouble Maker dan Dezember Break. Lagu-lagunya rata-rata berbahasa Inggris semua, seperti antara lain,'Trouble Maker', 'Sixty Years On', 'How', 'blue Light City', 'Just Once More' dan lainnya.
Itu sedikit
catatan mengenai Deddy Dorres yang sempat saya catat. Sebagian sih sebenarnya
dapatnya dari majalah Aktuil. Seperti yang saya tulis di atas itu, tahunya
memang dari Aktuil. Saya memang tak dekat, maka aktifitasnya di musik pop tak
banyak saya ketahui, selain kesuksesannya bersama Nike Ardilla.
Info terakhir,
saya dengar ia sedang rekaman dengan Ratna Listy, teman saya Ipung Poernomo
yang menaikkan foto Deddy Dorres dan Ratna Listy, di Facebook, tengah rekaman.
Ipung juga mengabarkan soal rekaman album tersebut. Ipung adalah sound engineer, belakangan juga
bertindak seagai distributor album. Dengan cara direct-selling.
Deddy Dorres, kelahiran
Surabaya, 28 November 1950, sejatinya
memang adalah nama yang fenomenal. Baik di rock maupun pop. Baik saat beraksi
sebagai gitaris atau kibordis, maupun sebagai penulis lagu dan produser
rekaman, atau ada juga yang lebih suka menyebut sebagai music director.
Dan ia pergi
untuk selama-lamanya, kemarin jelang tengah malam. Selasa, 17 Mei lima belas
menit sebelum jam 00.00 di Rumah Sakit Premier Bintaro..../*
Foto-foto
Istimewa, dapat dari google dan repro Aktuil.
2 comments:
Terima kasih banyak atas sepenggal catatan tentang Deddy Dores yg menarik. Salam sehat untuk bung Gideon.
Mantap om tulisan tentang alm. DD nya. Terima kasih banyak dan tetap menulis :-)
Salam.
Post a Comment