Monday, May 30, 2016

Dan sayapun menulis buku, The Groove


Pada akhirnya, sayapun menulis buku. Unuk teman-teman baik saya. Sebuah kesempatan yang tak terduga sebetulnya. Anak-anak mnta mas untuk menulis buku tentang mereka, begitu ucap Alditama, karena mereka anggap mas cukup mengenal dekat mereka. Dan salah satu wartawan yang banyak menulis jazz, lanjut Alditama.

Oh ya, Alditama Zein itu manajer mereka, sejak 9 tahun silam. Gagasan itu datang dari saya, saya pikir mereka pantas kok dibikinkan buku. Saya kaget juga, bahwa mereka memilih saya.
Ok gini deh, saya kenal dekat mereka, paling tidak mungkin ada kali ya 10-an tahun terakhir. Lebih sedikitlah. Tapi tak sedekat dan seakrab dengan banyak musisi lain, atau grup band, yang saya sudah kenal dan akrab sejak 1990-an. Bahkan ada yang saya kenal sejak 1980-an!

Saya pikirkan dengan cepat, lantas langsung setuju. Dasar utama, saya suka dengan grupnya Alditama itu. Suwer! Grup bagus dan kalau di atas panggung, terasa solid. Salah satu grup yang sukses selalu menggoyang para penontonnya, dimanapun mereka tampil.
Goyang beneran. Joged gitu. Ah ya, jojing lah. Ga sedap kayaknya, denger dan nonton mereka, tapi diem-diem en senyum doang. Musiknya tuh, kalau buat saya, masuk kuping dengan cepat, langsung melemaskan urat dan otot-otot. Sepertinya, melancarkan peredaran darah saja.
Bikin rileks. Bikin nyaman. Bikin asyiklah. Ga keras, tapi rame. Ya gimana ga rame, 8 orang kan yang main? Musiknya acid jazz, kira-kira begitulah. Ada unsur funk, jazz(y), soul dan memang cenderung nge-dance. Remix, electronica gitu? Bukan dong, bukan ke situ.
Saya teringat, di era ketika mereka muncul, tahun 1990-an itu ya, itu era band kafe kan? Maksudnya, entertainer band di kafe-kafe sangat merajai. DJ belum terlalu akrab. Nah band-band kafe itu, sebagian besar memainkan apa yang disebut Top-40. Alias, memainkan lagu-lagu terpopuler, yang ada di charts. Teristimewa lagu-lagu baratlah.
Mereka beda. Karena tidak membawakan Top-40. Tapi ya gitu itu, memilih acid jazz. Musiknya mungkin kurang begitu populer, pada awalnya, tapi ya menggoyang. Belum banyak yang familiar, tapi terkesan, cepat ditangkap dan dicerna kuping publik. Apalagi kuping publik muda, terutama kalangan kampus misal.
Waktu itu,bahkan format mereka, ngeband dengan banyak orang. Ya paling ga dengan 2 keyboard, plus ada perkusi, lantas saja jadi trend tersendiri. Juga tentu dengan menonjolkan dua vokalis, laki dan perempuan itu. Banyak band, tampil dengan format begitu, saat kelompok ini jadi populer. Hebat kan?
Ok then, itu gambaran sekilas di awal. Jadi pembukalah ya. So, balik keformat 8-kepala itu. Begitu ada band yang pakai format itu, apalagi dengan 2 vokalis cowok dan cewek, langsung disebut “kayak The Groove, ya model The Groove” deh. Mereka sudah jadi panutan! Oho, jadi trend tersendiri.
Saya respek dan kagum dengan mereka karena itu. Dalam beberapa tahun saja, mereka menjadi band yang menginspirasi band-band kafe lainnya. Bahkan mereka sudah memulainya, saat album rekaman mereka belum lagi dirilis lho! Apalagi saat Kuingin, dirilis oleh Sony Music ke pasar secara resmi, di tahun 1999.

Well, lalu proses pembuatan buku dimulai. Saya sebelumnya mencoba membaca beberapa buku mengenai perjalanan grup musik. Hanya sebagai referensi. Tapi ah ga sih, itu cuma jadi pemicu motivasi aja. Guidance sesaat iya sih. Tapi ketika sudah jalan, saya malah melupakan buku-buku itu semua.
Saya bersama Aldi, mencoba mengatur jadwal. Jadwal utama adalah menemui satu persatu dari The Groove. Kalau ada kesempatan, bisa bertemu barengan semua boleh saja, tapi saya tetap perlu bertemu dan ngobrol orang per orang dari mereka. Selain itu, juga menemui para sahabat The Groove. Baik fans fanatik, misalnya. Orang label rekaman pertama mereka. Siapapun, yang pernah dekat dan dianggap memiliki pengalaman menarik, dengan mereka berdelapan itu.
Mau tahu, apa yang romantis dari proses pembuatan buku The Groove itu? Ya saya jalan ditemani Alditama Zein itu. Hahaha. Itu romantis lho. Pernah untuk menemui 2 atau 3 The Groove yang tinggal di Bandung, saya dan Aldi terjebak macet parah di tol Cikampek! Mau tahu waktu tempuh, Jakarta ke Bandung, waktu itu? Hampir 8 jam lah! Seru kan?
Seru, bukan romantis dong? Hehehehe, romantis di sini maksudnya, ya penuh kesan. Yang tak mudah dilupakan. Ga selalu saya pasti ditemani Aldi. Ada beberapa kali juga, saya harus jalan sendiri. Maklum, Aldi juga punya kesibukan lain, selain menjadi menejernya The Groove kan?
Ketika berjalan itu, saya sembari mencoba mereka-reka akan gimana buku ini. Saya enaknya menulisnya gimana ya? Bagan untuk isi halaman demi halaman sudah saya susun. Saya, bersama Aldi, targetkan harusnya 2 sampai 3 bulan tahap wawancara keseluruhan selesai.
Lalu saya bisa langsung lanjutkan menulis. Untuk menulisnya, saya pasang target sendiri. Harusnya, maksimal 3 bulan sudah selesai. Selesai keseluruhan. Tinggal masuk tahap edit. Edit selesai ya bisa naik cetak. Yang akan melakukan editing siapa? Sedari awal, itu masih kosong. Saya bilang, perlu editor.
Editor nanti akan bekerjasama dengan pihak layout design. Editor akan bisa menyiapkan bahan-bahan tulisan yang siapmasuk di layout yang sudah digariskan. Tapi sampai tahap akhir, saya mencoba seperti “melakukan editing sendiri” saja. Karena belum bisa ketahuan siapa yang akan menjadi editor buku ini.

Akhirnya ya begitulah, wawancara sudah selesai. Dengan keseluruh personil dari The Groove selengkapnya. Ah, sebenar-benarnyalah, di sisi ini saya merasa ada yang kurang “intens dan detil”. Ini harus jadi sisi paling menarik. Hubungan antar personil.
Bagaimana mereka bergaul di dalam, hari demi hari. Dalam proses bikin lagu misalnya. Lalu rekaman. Saat show, baik sebelum maupun setelah manggung itu. Interaksi dari semua personil. Terbatas di situ saja, ga mau mengembangkannya terlalu jauh. Misal merembet ke cinta-cintaan, menyentuh masalah percintaan para personilnya. Saya dan Aldi sepakat, itu akan jadi terlampau jauh dan tak fokus.
Setelah bertemu dan ngobrol, memang saya sepakat, cerita mereka itu sudah cukup banget. Seru-seru, ada dramanya juga, ada lucu-lucuan. Cukup lengkap dan menarik. Dan saya bisa membaginya ke dalam beberapa bab.
Jadi saya siapkan saja bab berdasarkan tahun, terkait aktifitas rekaman dan show-show mereka. Terbagi dalam 4 bab, antara dari awal banget sampai tahun sekarang. Pas lah bercerita 19 tahun perjalanan mereka itu.
Kemudian ada lagi 1 bab, yang isinya cerita-cerita, komen, kenangan dari ya “orang-orang pilihan” itu. Antara lain ada Abdul Saab (crew setia mereka), Andien Aisyah (fans sejak Andien masih...SMP!), Arie Dagienkz (sahabat lama), Bedi Gunawan (orang terdekat, pernah menjadi menejer mereka), Bhita Harwatri (salah satu MD terdekat mereka, di tahun awal mereka).
Ada juga Cindy Bernadette (pernah mendukung mereka jadi vokalis, “menggantikan” Rieka Roslan). Cindy ini saya ngobrol via email-emailan tanya jawab gitu. Djundi Prakasha dari Bandung, yang juragan kafe yang mempopulerkan The Groove dulu. Goutama Adjie, yang adalah sound engineer mereka sejak awal banget. Dan lainnya, total ada 14 orang. Termasuk Yovie Widianto, yang bertindak sebagai produser untuk debut album mereka, Kuingin, yang dilansir 1999 itu.

Oh ya jadi saya menemui dan mengajak ngobrol semua The Groove. Ya semuanya, jadi ada 9 kepala sebenarnya. Ali Akbar (kibor), Ari Firman (bass), Arie Arief (gitar), Deta Gunima (drums), Reza Hernanza (vokal utama), Reza Josef Patty “Rejoz” (perkusi dan vokal), Tanto Putrandito (kibor), RiekaRoslan (vokal utama).
Dan juga tentunya, ngobrol atawa mewawancarai bassis pertama, sekaligus pendiri The Groove, siapa lagi kalau bukan, Yuke Sampurna..Komplit sudah, sebagai bahan dasar. Cerita perjalananpun sudah terkumpul, makin lengkap.
Hasil akhir, ya seperti yang ada dalam buku itu. Judul Forever You’ll Be Mine. Dan dijual bandling dengan CD album kelima mereka, yang titelnya juga sama. Mau tahu, apa yang paling unik dari buku ini?
Eh iya, tadi ada kan yang romantis. Kalau yang tragis atau dramanya? Ah, baca aja bukunya. Ga surprais lagi kalau saya tulis di sini dong ah. Ok yang paling unik, saya itu ga tahu hasil akhir buku ini. Jujur ya, saya mendengar buku ini akhirnya akan naik cetak juga, dalam waktu mepet.
Soalnya,ya saya buka deh. Buku ini saya tulis dan selesai saya tulis di sekitar 2,5 tahun yang lalu. Waktu itu, buku ini memang disiapkan untuk dirilis barengan juga dengan album terbaru mereka. Tapi dalamrangka 17 tahun usia mereka.
Karena “satu dan lain hal”, jadwal untuk memeriahkan 17 tahun usia mereka itu, akhirnya ya “lolos” deh. Tapi rencan terbitkan buku ini, tetap disimpan, mereka tetap berkeinginan merilis album dan buku ini. Ya gitu, album juga tak selesai-selesai, buku juga belum lengkap penuh dan pastinya, belum jelas kapan bisa naik cetak.
Belum lengkap memang isi buku. Paling tidak ya, dari apa yang sudah saya bagi dalam beberapa bab-nya. Proses pengumpulan data, berhenti. Dan saya tak tahu lagi. Lalu ii buku jadi gimana.Nah tentunya, termasuk soal editing. Ada editornyakah? Loss contact sama sekali

Waktu dikabarkan bahwa buku akan dirilis, sudah rampung seua bahan. Eh ya saya penasaran sebenarnya, pengen aja tanya gimana jadinya isi buku ini? Karena saya hanya menyiapkan tulisan-tulisan, sudah terbagi dalam bab-bab itu. Juga menyertakan foto-foto The Groove, jepretan saya dalam berbagai acara. Tapi foto-foto di tahun-tahun sekarang saja.
Saya sejatinya, rada kawatir soal editing. Well, editing itu penting banget. Tapi editor sebaiknya, eh seharusnya, melakukan edit dengan komunikasi intens dengan penulisnya. Gimana ya, saya “memahami betul”, bahwasaya gaya tulisan saya itu spesifik. Ceileee... Maklumlah, bakat alam.
Aneh kali ye? Hehehehe. Kata orang, saya senang betul berpanjang-panjang, cerita kesana kemari, suka muter-muter aja. Ada yang bilang juga, gaya bahasa saya seenaknya. Tapi katanya, memang “agak aneh”, karena saya memilih cara bertutur dalam menulis, seperti ngobrol dengan pembacanya.
Ini soal The Groove. Tulisan saya ya maunya juga ada dong “groovy”-nya. Groovy nya saya tangkap dari...lagu-lagu mereka, yang saya terus putar selama saya menulis. Enak aja, kayak apa sih ya, soul-nya masuk. Soul dari band-nya.
Lalu saya juga “memutarkan kembali” alias mengingat-ingat dari gaya bicara, becandaan, bercerita dari mereka satu demi satu.Itu yang saya jadi “motivator” dalam saya menulis buku ini. Motivator? Eh salah kali. Inspirasi? Masak sih? Ide-ide dasar gitulah maksudnya.

Itu jadi kayak pijakan saya, dalam mulai mengetik. Menulis isi buku ini. Selembar demi selembar. Berapa bulan sih ya, saya menulis? Ada kali 3 bulanan, saya menulis dengan cukup intens. Sebagian besar, saya tulis jelang “Midnight” sampai mau...subuh! Begadang dong?
Jam-jam kecil lah istilahnya. Jam dimana enerji menulis saya, ide-ide saya, mengalir dengan lancar. Rasanya sih begitu. Kebiasaan dari dulu kali yeeee. Pengennya, tulisan saya jadinya juga bisa nyambung dengan lagu dan musiknya The Groove. Itu saya “kulik” banget.
So, kalau saya rada kawatir akan hasil akhir editing, kalau saya tak berkomunikasi sama sekali dengan editornya. Ya wajarlah ya? Cuma padaakhirnya, itu saya ga lagipersoalkan sama sekali. Kenapa? Karena,yaelaaaa, bisa dicetak dan terbit aje udah bagus keleussss. Bayangin, kalau saya inta harus ketemuan dulu dengan editorya?
Makan banyak waktu nantinya.Bisa telat naek cetaknye dong, bang. Ya sutralah ya. Saya pasrahkan dan ikhlaskan dengan hati terbuka. Maka sampai last minute pun, memang ga pernah ketemu dengan editornya. Kalau penulis buku mengetahui ini,pasti pada kaget banget.

Yoih memang yang pualiiiing penting, buku selesai. Siap cetak. Lantas dicetak dan dirilis. Dan saya memang melihat hasil akhir, bukan dari “mock-up” atau draft-nya. Tapi langsung jack, udah jadi tu buku! Hahahaha. Surprais,surprais.... Ini gokil dan seru. Tapi asyiknya. Sumpriiit, ini asyik. Saya salut aja, lha bisa jadi juga!
Saya ga ada komentar apapun mengenai isi editingnya, bagaimana tulisan saya diedit. Pusing atau gimana ya editornya, ngadepin bahan-bahan tulisan saya. Ngeditnya gimana, apanya yang diedit? Saya sudah lupain.
Sampai saat ini saja, saya juga memang tak pernah bertemu dengan pihak editornya. Hehehehe. Yang penting, sudah sukses dicetak. Aman kok .Aman dan....tetap “baik dan perlu” dibaca publik. Iya nih, ini beneran. Bukan sekedar promosi doang.
Jadinya, Alditama memang menjadi partner saya menulis, pada akhirnya. Aldi menyiapkan data-data seperti Mengenal Mereka Lebih Dekat. Maksudnya profile tiap personil selengkapnya.  Termasuk data-data detil dari tiap album, dalam bab  Discography. Lalu catatan, list nama-nama para additional players dan management-team nya.
Data-data tersebut penting banget dong.Untuk lebih detil lagi mengenal pergerakan dari The Groove. Untuk jadi lebih akrab lagilah dengan semua The Groove. Dan, ini buat saya sangat penting, tak melupakan orang-orang yang pernah mendukung The Groove. Mereka punya peran masing-masing. Harus tercatat dengan baiklah.
Buku beginian.Mau yang modelnya macam otobiografi, biografi, anthology atau apapunlah, tetappenting. Ada sejarah tertulis di situ.Untuk “dibagi-bagikan”. Disebarkan. Bisa jadi pencerahan, menambah wawasan. Sebagai informasi.
Penting dong, buat band-band muda. atau anak-anak sekarang yang misal, baru pengen jadi “anak band”.  Di saat saya menulis, niat saya memang ke situ.Isi tulisan saya, tentang The Groove, jangan hanya untuk para pecinta The Groove.Tapi untuk publik luas.
Semoga ya, ini saya doain waktu mau menulis, yang sudah suka The Groove yamakin cita dan sayang. Buat yang baru tau dikit-dikit tentang The Groove, eh jadi fans deh, mau dengerin lebih banyak lagi lagu-lagu mereka.
Kalau buat yang belum pernah tau The Groove? Mari berkenalanlah dengan mereka, lewat buku ini. Baca buku, lantas dengerin album mereka itu. Atau baca buku, sambil dengerin album terbaru mereka itu? Sak karepmu. Mana-manalah yang ngana suka, ambe jo!
Permisi yeee, saya tak berkeinginan mengulas isi buku. Ah, baca aja deh. Masak sih saya mengulas dari buku yang saya tulis sendiri? Aneh aje. Biarlah, udah aja yang unik itu proses kreatif pembuatan buku ini aja. Itu sudah cukup. Jangan tambah-tambah lagi dengan “keanehan” yang lainnya.... Hihihihi.

The Groove sudah bikin buku.Dan disebarkan. Moga-moga ya bermanfaat dan berfaedah buat publik. Grup-grup band lain, musisi atawa penyanyi, bisa juga mempertimbangkan membuat buku.Sebuah catatan sejarah. Salah satu dokumentasi “penting dan mahal”.
Beberapa band, sudah membuat buku serupa. Jangan menunggu harus 5 tahun, 10 tahun atau 19tahun kayak The Groove. Saya pikir ya, bahkan sebuah grup barupun, bisa saja membuat “dokumentasi buku” seperti ini.
Ceritanya belum banyak? Proses kreatif satu demi satu lagu, sebagai isi album tersebut. Proses terbentuknya band, gimana di studio, gimana di pentas-pentas awal. Itu saja sudah jadi cerita dasar. Pasti menarik. Semua band, pasti punya cerita masing-masing.Iya, hubungan antar personil itu kan, seru lho? Setuju dong?
Bisa saja band baru, yang dapat kesempatan bikin album perdana. Atau band yang sudah 2-3 album.Sampai pada band-band yang panjang sudah karirnya. Eh seru juga pasti, band-band yang reunian, misalnya. Semua band, eh juga musisi dan penyanyi, pasti punya cerita sendiri-sendiri.
Punya masalah masing-masing kan? Kalau band, ini band ya, ga punya masalah, biasanya band itu “ga akan jadi”! Masalah datang, lalu mengutak-atik bareng seband, cari solusi, itu seru. Dan itu, termasuk proses kreatif. Bener ga?
Lalu apalagi? Belum beli buku dan CD The Groove, Forever You’ll Be Mine? Beli dong. Bermanfaat kok. Ya gimana mau tahu apaan manfaatnya, kalau belum beli bray? The Groove, generasi 90-an yang terus hadir, eksis, jalan, sampai hari ini. Ga banyak band yang seperti The Groove.
Oh ya peluncuran resmi bukudan cd The Groove itu, dilakukan pada Rabu 25 Mei 2016. Mengambil tempat di Parc 19, Kemang. Dimulai dengan potong tumpeng, penyerahan simbolis buku dan cd dari pihak distributor, RPM Music kepada The Groove dan saya beserta Alditama. Lalu ada Jumpa Pers dulu. Terakhir, pada malam harinya, The Groove tampil dalam Special Showcase.

Ah yang bener? Ga percaya? Balik lagi, beli dong.... /*

No comments: