Tibalah
saatnya untuk.... Konser!
Karena
sejatiya, sosoknya sendiri memang bermain di berbagai wilayah. Tetapi yang
harus diingat, dalam sejarahnya justru ia memulai langkahnya dengan memainkan
musik cadas.
Bahwasanya
sejarah perkembangan musik Rock tanah air, tak bisa tidak, ada namanya juga
sebagai salah satu ikon pentingnya. Ia tercatat, menjadi salah satu bintang
rocker terdepan, di era 190-an. Dan membuat keyboard
itu, menjadi salah satu peralatan musik penting bagi musik rock di Indonesia,
seperti juga di dunia internasional.
Di
tangannya, kreatifitas meracik suara dan memainkan peralatan papan kunci
tersebut, membuat musik rock menjadi lebih warna-warni. Itu terlihat betul
terutama misalnya, saat ia bergabung dalam God
Bless. Pun saat grup rock terbesar dalam sejarah musik rock di sini itu,
baru sebatas memainkan karya-karya musik cadas luar, pada awal permulaan
berdirinya.
Dan
tetap memiliki peran berarti, saat God Bless menghasilkan album rekaman, dengan
karya-karya sendiri. Apalagi ia juga terbilang aktif, untuk ikut berperan dalam
membuat lagu-lagu bagi God Bless. Selesai “episode” pertama dengan God Bless,
setelah juga sukses mengutak-atik musik pop, iapun menonjol sebagai keyboardist dalam kelompok rock lain
yang diikuti. Ataupun, yang juga dibentuknya kemudian.
Rabu
malam 11 Oktober kemarin, menjadi panggung dalam ia menyajikan karya-karya
musik rocknya. Baik yang adalah karya lagu yang ditulisnya sendiri, atau ikut
digubahnya bersama-sama teman-teman musisi lainnya. Selain juga, lagu rock yang
mana ia mengemas musiknya.
Rock
keyboardist, yang berkesan symphonic.
Terkadang, selintas seperti memperindah lagu yang dibawakan. Seolah-olah dunia
rock Indonesia pun memiliki yang namanya macam Rick Wakeman, John Lord, Tony
Banks sampai...Keith Emerson!
Iya,
dalam hal ini memang penampilannya dengan kibornya mengingatkan kita kepada
grup-grup legendaris luar seperti Yes, Deep Purple, Genesis, ataupun Emerson,
Lake and Palmer. Dimana grup-grup itu memang menjadi santapan telinga dan “rohani”nya
saat mudanya dulu, di awal karir musiknya.
Hingga
terus menjadi referensi penting bagi permainan kibornya, pada perjalanan bermusiknya
selanjutnya. Dan adalah figur-figur tersebut juga, yang ikut menjadi santapan
rohani yang seolah membasuh jiwa, para rock-fans dimana-mana, tak terkecuali di
Indonesia sini.
Ketokohannya,
tentunya lantaran kemampuan musikalitasnya sebagai kibordis tersebut, terus
senantiasa menempatkannya menjadi salah satu kibordis rock terdepan. Yang lantas
menjadi bak maha guru saja adanya, bagi para kibordis di generasi kemudian. Tak
pelak, untuk Indonesia, ia lantas menjadi referensi penting bagi pemain-pemain
kibor yang muncul pada masa berikutnya.
Dan
iapun tampil dengan mengumbar musik rock yang terbilang khas, pada 11 Oktober
tersebut bertempat di The Pallas, sebuah restoran dan clubs megah di tengah ibukota. Konsernya bertajuk Menjilat Matahari. Dan menyuguhkan tak
kurang dari 15 karya musik rock-nya yang bagian terbesar di ambil dari
pergerakan musiknya di era 1970-1980an.
Dan
konser tersebut adalah konsernya yang ketujuh, paling tidak dalam 2 tahun
terakhir ini. Terhitung mulai pergelaran konser LCLR + (Lomba Cipta Lagu Remaja plus) di awal Oktober 2015. Yang
kemudian diteruskan dengan edisi berikut yang mengambil part pop dalam karir
bermusiknya, yaitu baik meneruskan LCLR _ atau juga mengambil nama Badai Pasti Berlalu.
LCLR
dan Badai Pasti Berlalu, adalah dua karya album fenomenal, dimana ia berperan
aktif. Dan menjadi fenomena tersendiri, dalam sejarah perkembangan musik pop
Indonesia. Kedua album pop gagah dan berkelas tersendiri itu, dirilis pada
periode tahun yang sama yaitu 1977.
Kalau
pada konser sebelumnya, ia menyuguhkan karya-karya cenderung lebih ngepop. Walau
mohon diartikan, dalam hal ini bahan dasarnya saja, karena realisasinya tetap
saja punya nafas rock kental. Maka kali ini, ia memang bermaksud lebih ngerock.
Tak
heran title acara ini selengkapnya adalah Yockie
Suryoprayogo in Rock – Menjilat Matahari. Menegaskan adanya perbedaan
mendasar pada penyajian musiknya. Yockie Suryoprayogo memang serius betul,
untuk menegaskan konsep konsernya kali ini.
Sehingga,
kibordis yang lahir di Demak, Jawa Tengah pada 16 September 1954, sampai
sengaja membentuk grup yang memang berisikan “pasukan musisi rock”. Yockie,
mengajak serta dua gitaris rock, Tri
Witarto Edi Purnomo, yang lebih dikenal dengan Eddi Kemput. Serta satunya lagi, Emmanuel Herry Hertoto, yang lebih dikenal sebagai Totok Tewel.
Tak
hanya itu, Yockie juga merangkul Anto
Daeng Octav, bassis. Pada drums ada Mochamad
Reza yang lebih dikenal sebagai Rere.
Ada juga kibordis lain, yang mendampingi rapat Yockie sebagai kibordis utama, Krisna Prameswara. Beserta gitarislain,
Nara Putra Prayindra, yang adalah
putra sulung dari Yockie Suryoprayogo.
Masih
ditambah dua musisi muda, Sigit “Didiet”
Adityo pada violin. Serta musisi
perempuan dengan akordeonnya, Windy
Setiadi. Nyata kan, pasukan rock yang lumayan lengkap. Sebagian besar
adalah musisi yang pernah bekerja bareng dengannya, dari sejak 1990-an. Selain
yang juga musisi yang sudah pernah dilibatkannya dalam konser-konsernya dalam
serial LCLR+ dan BPB + itu.
Untuk
diketahui saja, Eddi Kemput dan Rere, dikenal sebagai pendiri dan motor utama
kelompok rock Grassrock asal Surabaya. Belakangan dikenal sebagai session player yang bermain untuk
berbagai pentas musik, hingga rekaman. Daeng Oktav adalah bassis dari kelompok
hard rock, Edane, selain juga session
player rock.
Totok
Tewel, dikenal sebagai salah satu pendiri dan motor utama grup rock, El Pamas.
Ia juga belakangan aktif dengan Sawung Jabo dan kelompoknya, Sirkus Barock.
Krisna Prameswara, ini kibordis yang muncul awalnya dengan kelompok Cockpit Jr.
Lalu tampil dengan berbagai grup rock seperti Discus hingga Cockpit (senior).
Selain juga adalah session player yang tak kalah larisnya, antara lain menjadi
kibordis pendukung tetap kelompok pop, Naif.
Untuk
“episode” rock ini, Yockie juga mengajak serta sahabat baiknya, seorang gitaris
cum vokalis, yang pernah disebut
sebagai maesenas musik Indonesia. Dia adalah, pengusaha Setiawan Djodi. Djodi antara lain adalah partner lengket
bermusiknya dalam serial Kantata Takwa.
Semetara
itu, pada jejeran penyanyi. Yockie juga menetapkan pilihannya pada dua vokalis
rock, yang telah lumayan dekat dan dikenal “kebadungan”-nya, Ariyo Wahab dan Triandy Karyono, yang lebih dikenal sebagai Andy /rif.
Keduanya
pernah bberkerjasama dengan Yockie dalam pentas musikal kolosal Diana, di tahun
2010. Dan ini menjadi pertemuan kembali ketiganya, setelah beberapa edisi dalam
LCLR+. Ariyo sendiri aktif dengan beberapa kelompok musik seperti The Dance
Company dan Free on Saturday (FOS). Selain satu grup rock akhir 1990-an, yang
lagi coba serius diperjuangkan untuk dihidupkan lagi, State of Groove (SOG).
Andy,
tetap muncul dengan kelompok rock terdepan era 1990-an yang tetap eksis dengan
penuh semangat hingga saat ini, /rif. Selain itu, seperti juga Ariyo, keduanya
acapkali tampil mendukung pelbagai konser rock.
Eh
ada yang tak kalah uniknya dari dua “barudak
baong” ieu teh, dimana keduanya
juga belakangan juga berkecimpung di dunia film. Terutama film layar lebar.
Film terbaru Ariyo adalah Merah Putih Memanggil, yang sudah diputar luas mulai
Hari ABRI 5 Oktober lalu. Sementara film yang didukung Andy, Wiro Sableng,
tengah menjalani masa syuting saat ini.
Yockie
juga mengajak serta lady rocker
terdepan sejak era 1980-an, Nastiti Karya
Dewi Wirahadimaja. Siapa dia? Itu nama aslinya dari, Nicky Astria. Teteh yang
bersuara rock, dan tetap saja rocker sih walau sudah berkeluarga juga, katanya
pernah sebelum ini bekerjasama dengan Yockie. di era 1980-an, seingatnya tur
bareng God Bless. Ia juga pernah bermain lagi dengan Yockie sekitar tahun 2003
di acara televisi, SCTV.
Masih
ada satu nama penyanyi lain. Budi Mulyono
namanya. Lebih populer dengan nama panggung, Budi Cilok. Budi ini memang bersuara sangat khas yang tak bisa
tidak, pasti orang akan susah membedakan, ini Budi atau....Iwan Fals!
Budi,
yang konon adalah dulunya penyanyi jalanan ini, memang mempunyai anugerah luar
biasa. Ia memiliki timbre atau warna suara
yang sangat dekat dengan Iwan Fals. Hal mana pernah juga langsung diakui Iwan
Fals sendiri, yang lantas memberi support pada karir menyanyi Budi ini.
Begitulah
selengkapnya materi utama dari konser Yockie Suryoprayogo in Rock ini. Dan
sampailah pada konsernya. Dimana mereka memulai persiapan tahap akhir, berupa
sound check dan run-thru, mulai sekitar 13.00 wib. Pada 16.00 wib, persiapan
tahap penyempurnaan akhir itu berakhir.
Seluruh
musisi mempersiapkan diri, termasuk juga berganti kostum. Sementara para puluhan
pasukan kru dari pihak penyelenggara konser, Trans-Event dan Mahana Live, juga sudah
bersiap dan berkumpul sejak siang hari. Dua pihak itulah yang bersedia menjadi organizer dari konser ini.
Mendekati
jam 21.00 wib, konser langsung dibuka dengan suara dari master of cermony secara voice
over. Dan Yockie bersama selengkapnya rock-squad
nya langsung memainkan musik mereka. Adalah lagu pembuka, ‘Ladangku yang Subur’,
dinyanyikan oleh Yockie Suryoprayogo sendiri. Dan diawali pembacaan sajak oleh
Andy rif karya Nano Riantiarno.
Dimana Andy,membacakannya dari areal depan stage.
Andy,
berdeklamasi eh bersajak dengan berdiri diatas meja bar, yang membuatnya
berhadap-hadapan dengan panggung. Iya, ini keunikan hall dari cafe megah itu,
ada meja bar besar di tengah areal. Keunikan, yang nyatanya kalau untuk sebuah
sajian konser musik, rada mengganggu sebetulnya.
Lagu
kedua, ‘Misteri Cinta’. Disuarakan Nicky Astria. Yang seperti mengharu biru
suasana. Ratuan penonton memberi applause
meriah, atas penampilan teteh yang memang frekwensi manggungnya belakangan
relatif terbatas itu.
Selepas
lagu dari album kedua Nicky Astria, bertajuk Jarum Neraka rilisan 1985 itu yang adalah karya Ully Sigar Rusadi, tensi konser
langsung menjulang naik. Ada dua “koboi” langsung menghentakkan pentas dengan, ‘Kehidupan’.
Ini karya Yockie yang dibawakannya bersama God Bless, dalam album Semut Hitam, dirilis tahun 1988. Nara
Putra ikut meraung-raungkan gitarnya di lagu ini.
Lagu
ini lumayan populer, membuat penonton seperti tersengat, sebagian juga ikutan
menyanyi. Karena kan, album Semut Hitam disebut-sebut sebagai album rock Indonesia
terbaik dan memang menjadi album rekaman God Bless terlaris.
Kedua
koboi tanpa kuda, Andy dan Ariyo kemudian lepas tugas pertamanya. Setelah itu,
kembali Nicky Astria tampil lagi dengan lagu karya Yockie, yang ada di album Gersang dari Nicky Astria, yang dirilis
tahun 1987. Lagu itu, ‘Bebas Lepas’ adalah karya Yockie bersama Areng Widodo.
Nicky
masih melanjutkan tugasnya kemudian, dengan lagu berikutnya, ‘Biar Semua Hilang’.
Ini juga karya bareng Yockie dan Areng Widodo dan diambil dari album, Tangan Tangan Setan dari Nicky Astria,
yang dirilis tahun 1985.
Kembali
ada sing-along dengan sebagian
penonton. Ga yang perempuan, ga yang cowok. Pada hafal euy! Dan berikutnya, Andy dan Ariyo kembali menunaikan tugasnya.
Kali ini untuk menjilati penonton eh maksudnya, membawakan, ‘Menjilat Matahari’.
Lagu dari God Bless, yang ditulis Yockie sendiri, dan ada di album Raksasa, dirilis tahun 1989. Judul lagu
itu, yang lalu diambil menjadi judul konser ini.
Setelah
itu gilirannya Budi Cilok. Dan ia
didampingi juga oleh Setiawan Djodi. Masuklah pada era Kantata Takwa. Budi
Cilok membawakan, ‘Orang Orang Kalah’. Kali ini, sebagian penonton pria yang
ikutmenimpali dengan membuat koor bareng.
Budi
kemudian masih melanjutkan tugasnya, dengan membawakan, ‘Rajawali’. Suhu konser
ini memang terus relatif tinggi, dan atmosfir musik cadas, berbalut suasana
kritik sosial mendominasi saat itu. Penuh gairahlah.
Apalagi
berikutnya dilanjutkan dengan dua lagu yang berkesan anthemic, ‘Bongkar dan Bento’. Kembali ada koor penonton meramaikan
suasana. Di panggung sendiri, dengan naiknya lagi Nara Putra, membuat ada
deretan gitaris saling mengisi. Hiruk pikuk, tapi tetap membuat semangat
menyala-nyala. Penonton mana bisa diam kalau begitu?
Budi
Cilok turun, naik lagi Andy kali ini dengan, ‘Jurang Pemisah’. Ini lagu masih
terus membuat suasana hangat, malah memang menjadi tambah hangat saja. Salah
satu lagu, yang dipersiapkan agak ekstra serius, terutama oleh para musisi
pendukungnya.
Nah
kemudian, naik Ariyo Wahab. Suasana adem-adem semriwing, tapi menggoyang, bikin
cukup rileks. Lagu yang dibawakan, ‘Serasa’. Ini diambil dari album Badai Pasti
Berlalu nan monumental itu. Ini disebut-sebut lagu dance pertama berlirik Indonesia, pada masa itu.
Penonton
lebih santai, sebagian juga ikut menggoyangkan badan sedikit, mengikuti irama.
Aha! Silahkan bayangkan suasana, denger saja lagu aslinya. Susah dong, untuk
tidak sedikit menggerakkan tubuh?
Lalu
Andy naik lagi, kembali berduet bandel-bandel seru deh dengan Ariyo. Mereka
membawakan, ‘Maret 1989’ karya bareng Yockie dan Donny Fattah. Ada di album Raksasa, bersama lagu Menjilat Matahari.
Budi
Cilok masih punya tugas, ini tugas pamungkasnya. Lagu yang dibawakan adalah, ‘Kesaksian’,
yang adalah lagu yang dibesarkan dan membesarkan Kantata Takwa. Ini karya bareng Iwan Fals, Sawung Jabo dan Yockie. Dan liriknya yang gagah itu, ditulis oleh
almarhum WS. Rendra.
Ada
suasana sakral juga. Rock yang lalu jadi terkesan gagah, dengan kehadiran lagu
ini. Lalu sampailah di penghujung acara, ini adalah lagu penutup, ‘Juwita’.
Lagi Ariyo Wahab yang bertugas menyanyikannya. Dan kembali dalam suasana dance
rock. Dengan Ariyo memulainya sambil bernyanyi mengelilingi meja bar!
Yockie
setelah lagu terakhir itu, sempat mengundang naik Kepala Badan Ekonomi Kreatif,
Triawan Munaf untuk mengucapkan
sesuatu, dari atas pentas. Seru juga, karena Triawan yang mantan kibordis Giant
Step, berbicara dengan dikelilingi set kibor Yockie. Coba ya, ada atraksi
kejutan, Triawan bermain kibor lagi dengan Yockie. Itu pasti jadi surprise yang asyik. Sayang euy, ga
kejadian sih.....
Konser
ini berakhir, lewat dari jam 23.00. Dan sebagian penonton sih masih meminta
lagu tambahan. Tentu saja ini masalah. Ya gimana ga jadi masalah, kan yang
dipersiapkan memang pas segitu saja lagunya. Ada 15 lagu selengkapnya. Susah
kalau ditambah lagi. Kan ga sempat dilatih dan pastinya ga mungkin dibawakan.
Mungkin
saja, sebagian penonton memang kangen akan sebuah konser rock “selengkapnya”,
yang rock tulen begini. Sehingga sudah segitu banyaknya lagu, tetap seperti tak
terasa atau berlalu begitu cepatnya.
Eh iya ternyata rock itu punya warna yang sangat khas, oh ya so pasti dong! Maksudnya, rock itu bisa ngangenin juga. Memang ada suasana nostalgia yang sangat kental. Tetapi rasa-rasanya tontonan rock yang "mendekati sempurna" begitu, rada jarang tersaji, bukan? Tak mudah dijumpailah. Dimana-mana lebih mudah menemui tontonan "musik masa kini". Padahal sejatinya, rock tetap saja bisa menyeruak, mencuri perhatian, memikat hati penggemar musik. Ya ga sih?
Tontonan konser rock kemarin itu, didukung sepenuhnya oleh Sumber Ria, yang menyediakan peralatan tata suara dan backlines untuk semua musisi dan penyanyi yang tampil. Kudu ekstra berjuang dalam "menaklukkan" clubs berbentuk hall, yang relatif "kurang mesra" untuk penataan audio. Ada sound engineer senior, Rudra, yang menanganinya langsung. Sementara visualisasi panggung, diperindah oleh tata cahaya yang sangat lumayan maksimal dari LemmonID.
Bytheway-busway,
nonton ga ya kemarin itu? Komentarnya dong. Kasih pendapat atau masukanlah. Tak
perlu sungkan dan ragu.... Kalau tak sempat nonton, ah sayang, kalau jadi
penasaran, manusiawi kok!
Sudahlah,
sabar saja menunggu. Siapa tahu, ada kesempatan berikutnya, ada waktu untuk
mementaskan lagi konsep rock ini. Mungkin saja, berlanjut ke kota lain? Seribu
satu kemungkinan, dan tentunya sangat terbuka. Namanya aja kemungkinan kan? Tolong
saja didoakan.... Tabik! /*
No comments:
Post a Comment