Menonton
lagi syuting acara musik di TVRI, seolah menarik saya jauh ke belakang. Di
seputaran lewat pertengahan 1980-an dulu. Dimana saat itu ada acara bertajuk Musik
Malam Minggu. Biasanya yang terpilih itu, memang grup band yang memainkan jazz.
Saat
itu, saya terbilang sering datang menonton langsung. Soalnya memang dikabari
oleh pihak band-band yang akan tampil. Di jaman itu, jaman dimana stasiun
televisi cuman ada TVRI doang, acara live tersebut, sudah terkesan wah betul.
Tata
lampu digarap maksimal, soundnya
juga. Secara broadcast, proses
rekamannya tersebut dicermati betul. Hasil akhirnya memang menjadi tontonan
sedap. Ditayangkan setiap Sabtu malam, jam 20.00 wib, dan berdurasi satu jam.
Beberapa
tahun lamanya, acara tersebut, dengan pengarah acara, Syam NM, dianggap mata acara televisi bergengsi. Satu-satunya acara
televisi, di stasiun plat merah itu, yang berbentuk live. Syam NM pun dianggap punya taste bagus, ia juga bergaul luas di kalangan musisi, terutama
jazz.
Satu
ketika bahkan Syam NM menjadi anggota dewan juri, pada beberapa kompetisi band
bergengsi di masa itu. Seperti diketahui, di jaman 1980-1990an, banyak sekali
kompetisi band diadakan. Salah satu yang dianggap paling bergengsi adalah Light Music Contest, diadakan oleh
produsen alat musik Yamaha. Syam NM pernah diundang menjadi juri pula di ajang
tersebut.
Dan
studio TVRI itu tetap saja, masih di lokasi yang sama. Jalan Gerbang Pemuda,
kawasan Senayan. Stasiun televisi milik pemerintah tersebut, yang berdiri sejak
1962, tetap dilengkapi dengan sebuah menara gagah. Menara itu setinggi 239
meter, dan selesai dibangun, dan langsung digunakan untuk kebutuhan pemancar
siaran, pada 1976.
Prinsipnya
sih lokasi studio yang ada tak berubah, masih seperti di era 1980-an dulu.
Kagum juga ternyata tak terlalu banyak berubah dalam gedung TVRI tersebut.
Terakhir saya datang ke situ, beberapa bulan lalu, untuk menonton acara Musik
80-an. Tapi waktu itu, saya datang langsung ke dalam auditorium utama, yang
adalah studio terbesar dalam gedung TVRI itu.
Memang
tak ada lagi Syam NM, saya lama tak jumpa beliau tak pernah dengar kabarnya
lagi. Tapi acara macam Musik Malam Minggu ternyata tetap dipertahankan. Tetap
berkonsep live tapping. Dengan title
acara menjadi Klab Jazz TVRI.
Adalah
sahabat baik saya, Roedyanto Wasito yang sengaja mengundang saya datang.
Informasi mengenai akan mengisi acara itu sebenarnya sudah beberapa bulan lalu
diinfokan Roedy. Saat itu, ia tengah menjajaki beberapa performers untuk ikut
tampil.
Konsepnya
memang nanti, Emerald BEX-nya Roedy menjadi mata acara utama. Tetapi akan
didampingi beberapa bintang lain, terutama penyanyi. Akhirnya, setelah colak sana colek sini, ajak
yang situ dan sini, ketemulah dengan sederet penyanyi, yang siap untuk ikut
tampil.
Ada
juga beberapa penyanyi yang sebenarnya potensial dan sangat pantas ditampilkan
tapi menolak ikut. Kendala utama memang keterbatasan budget. Satu hal yang tak
berubah banyak soal TVRI, ya memang keterbatasan dana itu. Sulit berkeras
dengan permintaan perhitungan budget “mendekati” ideal. Take it or leave it.
Padahal,
yang sebenarnya pantas juga diperhitungkan adalah, kayaknya hanya TVRI saja
yang masih terbilang welcome untuk
penampilan band-band dan artis penyanyi dari musik yang non-mainstream, ya termasuk jazz tentunya.
Stasiun
televisi boleh bertumbuhan, muncul dengan kapital besar dengan konsep
pertelevisian yang “matang”. Tapi tetap saja, musik-musik non-mainstream
bukanlah prioritas. Ada yang membuka kesempatan “sedikit”. Ya saya sebut
sedikit, karena persyaratannya itu panjang dan “kompleks”. Tak mudah buat
pelaku musik non mainstream industri musik, bisa tampil. Masalah klasik lah....
Apalagi
kalau bukan perkara rating. Karena rating terus menerus dijunjung tinggi,
sebagai “bahasa standar” pertelevisian. Itu berlangsung terus. Bukan berarti
TVRI anteng dengan membuka pintu buat
musik-musik “lain daripada yang lain” itu. Siapa bilang? Berkali-kali juga, di
internal TVRI selalu timbul polemik kok, menyangkut keberadaan acara-acara
musik di luar pop itu.
Bersyukur
saja, hingga saat ini toh masih ada program-program musik yang sebut saja non
pop, yang hanya ditampilkan reguler oleh TVRI saja. Stasiun televisi lain sudah
kadung mengambil jarak, mungkin main aman....
Tetap
ada, walau kadang suka hilang beberapa waktu. Tetap reguler, dengan catatan itu
sangat diupayakan dengan sekeras-kerasnya. Karena toh, walau namanya reguler
ya, sekarang dari seminggu sekali menjadi dua minggu sekali. Bahkan lantas ada
yang menjadi sebulan sekali! Ah yang penting ada deh ya.
Ok
syuting Klab Jazz TVRI kemarin itu, dilakukan mulai jam 17.00 lewat sedikit.
Mereka langsung meminta Emerald BEX yang mendapat giliran pertama. Jadwal yang
iinformasikan sebelumnya, akan dimulai jam 16.00 wib (Insha Allah). Eh iya
memang begitu bunyi message-nya, ada kata-kata “Insha Allah” dalam kurungnya.
Hanya
telat sejam, oho itu yang lumayan bagus dengan TVRI saat ini. Dulu ya, kalau
disebut standby untuk syuting jam 3
atau 4 sore, biasanya syuting sebenarnya baru dilakukan jam 7 bahkan jam 8
malam. Malah pernah lebih malam lagi.
Emerald
BEX membuka penampilan, dengan 2 lagu. Lantas tampil sang host, yang kali ini dipilih Rieka
Roslan. Yoih, Rieka vokalis The
Groove itu. Rieka membawa acara dengan rileks, intim, dekat dengan para
pengisi acara.
Tak
berjarak, sehingga kehadiran Rieka justru makin menghangatkan acara itu. Menarik.
Bolehlah dipertimbangkan, untuk menjadikan Rieka Roslan sebagai host tetap tuh.
Hehehehe.....
Karena
bulan puasa, maka sekitar jam 17.30, acara harus break. Kesempatan untuk berbuka puasa, dengan hidangan sudah
disediakan.Lengkap dengan tajilnya. Dan waktu istirahat berlangsung cukup panjang,
hingga mendekati jam 19.00.
Dan
sesuai instruksi pihakTVRI tersebut, maka Emerald BEX langsung standby jelang
jam 7 malam. Langsung mereka tampil lagi. Dan ditambah “bonus”, dimana 1 lagu,
mereka berkolaborasi dengan Rieka Roslan.
Kata Roedy "buka kartu", itu kolaborasi tembak langsung di tempat. Tanpa latihan cukup, hanya mencoba saat sound check saja, dan langsung jalan. Roedy bilang, bisa dibilang kita berakrobatlah semua tuh. Untungnya Rieka penyanyinya, jadi relatif aman.
Setelah
dengan Rieka, Emerald BEX kemudian mengajak bintang tamu penyanyi yang lain.
Perempuan juga. Cantik, masih belia dan penuh senyum. Chintana Jo namanya.Ia adalah putri pertama dari mendiang, Ricky Johannes dengan Serly Ogotan. Masak harus dikasih tahu
lagi, bahwa Ricky Johannes adalah vokalisnya Emerald?
Oh
iya, grup itu nama awalnya memang Emerald saja, yang berdiri tahun 1986. Tapi
sejak sekitar 2010, mereka menjadi Emerald BEX. Nanti pada tulisan lain, khusus
tentang mereka, saya akan menceritakan lengkap mengenai mereka dan perihal
pergantian nama itu.
Chintana
nampak dan sangat terasa, memang ketitisan bakat dari almarhum ayahnya. Ricky
Jo, begitu nama panggungnya, selama hidupnya memang dikenal sebagai salah satu
penyanyi stylish yang bersuara bagus
dan khas. Chintana punya bakat besar, yang membuatnya punya masa depan cerah
sebagai penyanyi.
Chintana
baru saja menyelesaikan masa sekolah di SMA nya. Ia kabarnya tengah serius
ingin memperdalam dunia tarik suara, dan tak mau tanggung-tanggung, ia kepengen
betul bisa bersekolah di luar negeri. Didoakan ya...
Seusai
Chintana, lantas dipanggillah penyanyi lain, Dudy Oris. Nama ini sebelumnya dikenal sebagai vokalis dari
kelompok Yovie Nuno. Dudy telah menjadi bintang tamu vokalis Emerald BEX sejak
tahun silam. Ia telah tampil di beberapa pentas, menjadi vokalisnya Emerald
BEX.
Suasana
vokalnya itu memang mengingatkan pada Ricky Jo. Tapi tak berarti sama, karena
Dudy juga punya ciri tersendiri.Tapi harus diakui, ia berhasil menyanyikan
kembali lagu-lagu hits Emerald BEX yang dinyanyikan Ricky Jo, dengan sama
baiknya. Langsung membuat orang terkenang dengan Ricky...
Dari
Dudy Oris nan ramah dan bersuara bagus itu, panggung studio 5 TVRI itu kemudian
diisi oleh Chicha Koeswoyo! Chicha
yang terkenal dengan gukguknya bernama Heli itu? Iya, tepats! Gukguknya yaaaa
sudah tak ada. Dan tentu dong, Chicha sekarang sudah ibu rumah tangga. Cuma
tipikal suaranya itu, uniknya ya timbre-nya
tak begitu banyak berubah dari jaman ia masih remaja dulu.
Chicha
membawakan single terbarunya, yang
dirilis di penghujung 201 lalu. Ia juga membawakan salah satu hitsnya, yang
dinyanyikannya saat masih remaja dulu, sebelum lantas ia menghilang dari
panggung. Lagu ‘Look at Me’ adalah single terbarunya itu. Dan lagu lama yang
dibawakannya kemarin itu, ‘Rinduku’.
Chicha
diiringi grup tersendiri, dimana ada Estu Pradhana sebagai kibordis dan Ramcey
sebagai gitaris. Dengan didukung musisi muda lainnya. Ini bisa dibilang
penampilan kembali Chicha sebagai penyanyi, setelah begitu lama vakum, yang
pertama kali untuk khalayak luas.
Acara
live tapping di malam itu, akhirnya ditutup oleh penampilan kelompok muda Harmoni 8. Ini adalah kelompok vokal,
cewek dan cowok, yang belum lama ini telah merilis debut single mereka, lewat
label, Hana Midori Music.
Harmoni
8 berisikan remaja cewek dan 2 remaja
cowok, sejauh ini mereka telah melepas beberapa single, seperti ‘Kamu’ (karya
Tito Soemarsono), ‘Menggapai Waktu’ (M. Sofyan dan Yen Sinaringati).
Semoga
acara Klab Jazz TVRI mempunyai stamina yang prima, untuk dapat bertahan lama.
Tata lampu memang secukupnya saja, mungkin nanti bisa lebih dimaksimalkan lagi.
Walau tak berarti harus seperti, tampilan tata cahaya acara-acara musik pop di
stasiun-stasiun televisi swasta, yang kadang terkesan “terlalu semarak dan
kelewat terang” itu.
Kalau
mengenai hasil akhir sound, harus
menunggu penayangan hasil syuting itu, yang kabarnya direncanakan untuk dapat
tayang pada Minggu 2 Juli 2017. /*
2 comments:
Assalamualaikum. Om Dion, boleh minta nomor telepon/whatsapp? Mau tanya2 soal jazz 👏🏼
08170191996. Ini dengan siapa yaaa?
Post a Comment