Begitulah
dunia musik Indonesia. Naik turun, bak berkendaraan dari Jakarta ke Bandung,
via Puncak. Jalanan menanjak, lalu menurun. Kadang turunan terjal, hati-hati
menjaga rem dan kopling. Lalu melalui jalanan berkelak-kelok di antara
pepohonan pinus, yang seringkai di salah satu sisi terbing terjal membentuk
jurang. Jangan sampai mengantuk, kalau tak ingin terjun bebas....
Para
musisi Indonesia, mau tak mau harus penuh kesabaran dalam menjalani jalan karir
yang penuh lika-liku itu. Misal sebuah grup band, pasang surut adalah menjadi
hal lumrah. Terkadang ada gangguan semangat mengendur, menjadi lebih sensitif
antar personil. Kemudian tak bisa dielakkan deh, gonta-ganti personil.
Grassrock
adalah salah satu yang tentu mengalami pasang surut itu. Di 2017 ini mereka
sudah berusia 33 tahun. Oho, lamo nian! Panjang juga. Tak banyak grup band
sanggup bertahan sepanjang usia itu lho.
Jadi
cerita singkatnya mengenai grup musik cadas asal Surabaya ini adalah begini, berdiri
1984. Sebelumnya, duduk atau jongkok? Ah maaf, usil untuk intermezzo. Ok mereka
Ikut Festival Rock Indonesia nya Log Zhelebour di 1985.
Eh
1986, mereka ikutan lagi. Dan kali ini menjadi nomer wahid. Serta kebagian
gelar The Best Player, yang lagi-lagi
lewat Mohammad “Rere” Reza, yang terpilih sebagai drummer.terbaik.
Kalau di 1985 mereka menempatkan Arief
dan Karnoto sebagai vokalis. Maka
setahun berikutnya, vokalis mereka adalah Zulkarnain.
Tapi
pada perjalanan berikutnya, mereka sempat dikenal luas dengan formasi
mengandalkan dua vokalis. Selain Arief dan Karnoto, mereka juga pada tahun
berikutnya diperkuat Zulkarnain dan Dayan.
Dua vokalis ini lumayan dikenal luas pubik, di saat mana mereka mulai tampil di
pelbagai pentas rock di berbagai kota.
Pada
1987, mereka tampil lagi di ajang kompetisi band. Kali ini adalah, sebuah
Festival Rock yang diadakan oleh Kementrian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.
Mereka menjadi juara pertama dan mendapat gelar the best player, lewat Mandau, kibordis. Dan, lagi-lagi deh, Rere Reza drummer.
Dulu
memang mereka dikenal juga sering membawakan lagu-lagu dari Yes. Hampir menjadi
semacam grup epigon atau fotocopy-an
gitu, tapi untungnya mereka juga menghasilkan karya sendiri. Lantas rekaman. Anak Rembulan, adalah debut album
mereka di 1990.
Kalau
saya sendiri,menonton mereka pertama itu kapan ya, agak lupa. Tapi saya pernah
menonton mereka di Surabaya, untuk pertama. Beberapa waktu kemudian bertemu
lagi di kota Klaten. Waktu itu Grass Rock selain dengan Zul dan Dayan,juga
mengiringi lady rocker, Ita
Purnamasari.
Jadi
sempatlah menonton mereka yang kerapkali membawakan nomer-nomer lagu dari Yes
itu. Saat itu, saya lumayan terkagum-kagum juga, ini band Surabaya asyik dan
solid nih! Bahaya punyaaaa....
Saat
itu sih ketika tahu mereka jawara beberapa kompetisi band rock, ya jadi
memaklumi ke-solid-an mereka. Pantesan, band juara! Tapi di saat sama saya juga
pikir, kalau saja mereka rekaman gimana ya musiknya?
Karena gini, pilihan mereka atas Yes. Itu kan salah satu nama yang jadi ikon penting pergerakan progressive rock dunia, dulu dikenal sebagai art rock. Biasanya kalau sudah nyenggol art rock begitu, susah-susah gampang di pasaran sih.
Lalu
bertemu lagi saat mereka menggelar launching debut album mereka itu. Adalah
sahabat baik saya,almarhum Remy Soetansyah, yang mengundang saya waktu itu.
Yang ternyata lirik lagu hits album itu, ‘Peterson’ adalah hasil karya Remy..
Terjawab
kan pertanyaan saya itu. Mereka rekaman juga jadinya. Hasilnya? Pop rock, tapi
unsur rocknya ga terlalu kompromistis sih. Itu pandangan saya ya. Tapi memang
harus dibuktikan, bisa jualan ga di pasar. Nuansa prog rock nya relatif "menipis". Kalau ini gegara, kompromistis-kah?
Toh ternyata
kan album yang lumayan sukses tuh,
paling tidak membuat nama mereka makin dikenal publik pencinta musik rock di
banyak kota lain, di luar domisili mereka, Surabaya. Sebelum merilis album
perdana, mereka sempat mendukung album keroyokan, Rock Kemanusiaan dengan
single, ‘Prasangka’. Album itu dirilis pas setahun sebelum album pertama mereka
itu diedarkan.
Dari
album perdana itu, melesat hits, selain ‘Peterson’ juga ada, ballad ‘Selamat Pagi Tragedi’. Setelah
album ini, Zulkarnain Yusuf memilih pulang kembali ke Surabaya. Meninggalkan
Dayan, menjadi vokalis sendirian. Berikutnya mereka merilis, Bulan Sabit. Dirilis 3 tahun setelah album pertama mereka, jadi di
tahun 1993.
Setelah
itu, setahun kemudian mereka merilis, self
titled album, Grass Rock. Lima
tahun kemudian mereka melepas album keempat, Menembus Zaman. Selepas album itu, mendadak mereka harus kehilangan
Dayan, sang lead-vocalist, yang
meninggal dunia. Sebuah kehilangan yang sangat berarti.
Hal
itu sempat membuat mereka tertegun dan membuat semangat menurun drastis. Untung
mereka ingat dengan pesan almarhum Dayan, untuk tetap menjalankan Grass Rock,
jangan berhenti.
Merekapun
memang lantas vakum sekian waktu, dikarenakan tak ada vokalis. Lantas mereka
memperoleh Hendry George, asal Palembang. Kabarnya, dari sebuah ajang audisi
dengan puluhan vokalis yang mengikuti. Terpilih Hendry. Mereka mencoba sekian
waktu bersama vokalis baru.
Proses
rekaman mulai dijajaki. Sayangnya ada kesan saat itu,industri musik sulit “menerima”
Hendry. Usaha mereka jadi terkesan rada sia-sia. Banyak pihak memberi
penilaian, vokalis baru itu belum in dengan musik mereka. Ada suara yang bilang
kepada mereka, warna suara vokalis itu kurang industri.
Akhirnya,
mereka terpaksa vakum kembali. Sampai pada jelang penghujung dekade pertama
2000-an, mereka lantas tergerak untuk mencoba comeback. Ditarik masuklah vokalis baru yang lain, berusia muda, Hans Sinjal. Kemudian juga bassis Ersta Satrya Nugraha.
Saat
itu, Yudhi Rumput bassis, mulai
terganggu kesehatannya. Yang membuatnya tak memungkinkan untuk naik panggung
lagi. Belakangan diketahui Yudhi ternyata mengidap kanker hati.
Semangat
baru dengan beberapa personil baru yang adalah nama-nama muda berbakat. Toh tak
lantas membuat mereka dapat melaju kencang. Di tahun 2014,Yudhi Rumput akhirnya
dikalahkan oleh penyakit kanker hatinya. Kembali Grass Rock berduka mendalam.
Dua
tahun setelah Yudhi berpulang, kibordis Mandau menyatakan pamit mundur. Belum
solid mereka dengan personil baru, malah lantas ditinggal pergi oleh kibordis
yang sebenarnya termasuk pendiri grup tersebut. Berat memang jalan mereka...
Denny Irenk,
sahabat lama mereka di Surabaya, katanya yang teman seperjuangan sejak jaman
Festival Rock-nya Log Zhelebour lalu masuk menjadi kibordis mereka. Dengan
formasi tersebut mereka mengerjakan beberapa lagu di studio.
Mereka
kemudian masuk album 3 to Rock, dimana mereka dikumpulkan bersama D’Bandhits
dan Boomerang. Dalam album model kompilasi itu, mereka menyetor beberapa lagu
yaitu, ‘Aku Ingin Kau’, ‘Matahari Sukma’dan ‘Bersamamu’.
Dalam
album itu, lagu ‘Kebebasan’ menjadi single. Dimainkan ketiga grup, dan
merupakan karya dari almarhum Dayan Zmach.. Akhirnya bisa membuat single dan
album itu, bagi Grassrock sendiri, didedikasikan kepada sahabat-sahabat mereka
yang telah pergi lebih dahulu, Dayan dan Yudhi.
Dan
sampailah di 2017. Merekapun kembal, kali ini terasa menjadi lebih yakin.
Dengan formasi sekarang menjadi Mochamad Rera Reza sebagai drummer dan Tri Witarto Edi Purnomo atau lebih
dikenal sebagai Edi Kemput, sebagai gitaris. Vokalis, Hans Sinjal. Kibordis,
Denny Irenk.
Sebagai
bassis adalah bassis muda, yang masuk menggantikan Ersta Satrya Nugraha.
Namanya Zondi Kaunang. Zondi masih
berdomisili di Suarabaya saat ini. Jadi ia bolak-balik ke Jakarta, untuk
keperluan Grassrock.
Oh
ya di 2016 silam mereka memperkenalkan image baru, dari Grass Rock lantas
menjadi Grassrock. Menunjukkan
keinginan serius mereka untuk kembali ke “dunia persilatan” nampaknya. Bahwa
mereka muncul lagi secara serius, tak hanya pengen reunian.
Mereka
lantas melansir singel, ‘#Grassrockisback’. Lagu itu ditulis oleh Edi Kemput.
Merekapun tampil sebagai main performer
di acara Republic Rock, pada akhir Mei silam di Kemang Village.
Setelah
sebelumnya, formasi tergres Grassrock itu sempat pula tampil di acara mingguan
Rock Campus. Selain tampil pada konser kelompok prog-rock, Montecristo. Dan
mereka tengah serius untuk dapat merilis album dalam waktu dekat ini.
Well,
perjalanan demikian panjang, penuh kelak-kelok. Naik turun. Tidur, bangun,
tidur lagi, bangun lagi. Yang penting, setelah kelak kelok, pasti ada jalan
lurus. Dan boleh tidur, tapi kan bisa bangun lagi?
Respek
dan apresiasi tinggi untuk semangat dua pentolan utama grup yang memilih
tanggal terbentuknya, 4 Mei 1984 ini yaitu Rere dan Edi Kemput. Bahwasanya
mereka tetap bersemangat berjalan dengan grup yang sampai saat ini sudah
berusia 33 tahun tersebut. Umurnya itu, matang betul!
Padahal
seperti diketahui, baik Rere maupun Edi Kemput itu, dikenal juga sebagai dua
session-player yang job mainnya itu oho...ga bisa dibilang sedikit. Berbagai
proyek rekaman dan pementasan, seringkali mereka dukung. Itu menunjukkan “kelas”
mereka juga kan sebagai musisi?
Toh
mereka masih menyempatkan waktu untuk terus berupaya menjaga keberlangsungan
hidup grup yang mereka bentuk. Pilihan menggaet dua personil muda usia seperti
Hans Sinjal dan Zondy Kaunang, boleh jadi sebuah strategi yang perlu dipuji.
Mereka ingin spirit bermusik dari
kaum muda usia, ikut menambah semangat “bertempur” mereka.
Bak
macam menyuntikkan jarum infus, terhubung dengan kantong darah muda segar. Biar
lantas mengaliri pembuluh-pembuluh darah mereka. Kelak akan menyegarkan dan
memelihara stamina untuk terus berkarya. Tepatnya, kembali aktif menggeliat,
beraksi dan berkarya!
Sebuah
upaya refreshment, yang memang harus
dibuktikan lagi oleh waktu. Sampai sejauh mana keampuhan siasat itu. Tapi
melihat semangat kedua personil muda tersebut, kita boleh berharap banyak
sebenarnya!
Saya
berharap, Grassrock tetap hadir dan memperkaya dunia musik Rock Indonesia.Ikut
terus menggelorakan musik rock, memberi inspirasi pada kaum muda. Baik namanya
ya pencinta atau penggila rock, apalagi bagi kaum musisi rock!
Kalau
Grassrock aja tetap menggebu-gebu, masak kaum yang relatif muda dengan enerji
yang berlebih, bisa kalah soal semangat sih? Jangan kasih kendor laaaaah!
Well so
means...Grassrock is Back. Back for sure. Hopefully!
Ditunggu albumnya....Ok, Edi, Rere, Denny, Hans dan Zondi!
Tegar hati Petersen.
Kalahkan baja kerasnya. Tiada peduli, petir menggelegar. Persetan! /*
No comments:
Post a Comment