Tulisan di bawah ini adalah tulisan yang pernah
saya buat dan dimuat oleh media saya di waktu itu, NewsMusik. Dan proses wawancara dilakukan pada beberapa kali
kesempatan. Salah satunya saat teman-teman producer,
Yenninotz-Journey dan tim produksi
album ini, saya undang menjadi tamu di program saya di radio Lite FM 105,8,
Jakarta. Program bertitle, KitaBanget
itu, sudah berhenti mulai Februari 2015.
Seinget saya, wawancara dilakukan sekitar awal
2014! Dilakukan jelang rilis album Indonesia Maharddhika versi double-cd audio saja. Rencana pembuatan exclusive boxset di saat itu, baru
menjadi rencana dan coba dipasang menjadi target. Waktu itu sih pengennya, boxset bisa edar juga di tahun itu.
Ok ijinkan saya bercerita mengenai proses sedemikian
alot dan seru, dari produksi sebuah exclusive
boxset. Saking eksklusifnya, dengan “standar tinggi”, yang membuat harga
jual tak mungkin “murah” atau ekonomis. Membuat boxset ini jadi fenomenal, karena bisa dibilang inilah exclusive
boxset termahal yang pernah ada di musik Indonesia!
Jadi, tadi di atas dimulai dengan wawancara radio,
di acara saya kan. Pada perjalanannya tetiba rencana juga berkembang dengan,
sekalian saja melengkapi boxset dengan sebuah rekaman live dalam dvd!
Dari awalnya tuh hanya merilis vinyl sebagai main-content dari boxset. Akhirnya,
proses perekaman live, berupa performance
on studio secara live record,
baru dapat terlaksana di Januari – Februari 2015.
Rampung rekaman live, masih ada proses lumayan
panjang menantikan hasil akhir final edit, gambar dan suara, dari sesi
tersebut. Live record dilakukan di iCanStudioLive.
Dan proses editing memakan waktu berbulan-bulan, sampai akhirnya hampir
mendekati habisnya tahun 2015. Setelah
itu, lalu diapain nih barang?
Ditemukanlah kendala krusial berikut, dana sudah
tak ada. Sementara untuk mewujudkan sebuah exclusive boxset itu, ongkos
produksi keseluruhan begitu besarnya. Padahal seluruh content sudah lengkap. Termasuk final design dan layout, belum di
print, dari booklet dan kalender meja.
Perlu dicatat nih, pembuatan foto sebagai ilustrasi
terutama pada booklet dan kalender meja juga dikonsep dan direncanakan matang.
Dari bentuk foto seperti apa, bahkan juga lokasi!
Stadion Utama Senayan (Gelora Bung Karno), Gedung
Mahkamah Konstitusi, Gedung Bursa Efek Jakarta, Kampus Universitas Indonesia
Depok, Taman Makam Pahlawan Kalibata, Tugu Proklamasi, Monumen Nasional,
Kediaman Guruh Soekarno Putra, adalah lokasi yang dipilih.
Bahkan kemudian juga ada sesi pemotretan khusus
bertempat di pelataran depan gedung gereja Kathedral. Serta juga di areal dalam
Mesjid Istiqlal. Semua pemotretan, dilakukan fotografer kawakan, Djajusman Erlangga.
Sebagian besar ilustrasi foto memang karya “pakwo” Djajusman. Khusus foto Roni
Harahap, pembuat lagu ‘Indonesia Maharddhika’ bersama Guruh Soekarno Putra,
adalah karya Indrawan Ibonk. Dan
foto Alex Kumara adalah hasil jepretan Dudut
Suhendra Putra. Oh ya, yang lupa dicantumkan ada sih, ada juga sebenarnya terselip
beberapa foto karya saya... Hehehehe.
Seluruh design
dan tata letak adalah hasil karya Ayip
Budiman, sebagai creative director.
Kang Ayip dibantu timnya. Ada pula keterlibatan Rudolf Dethu, sebagai script-writer
dan publicisit.
Dalam tim manajemen Indonesia Maharddhika,
melibatkan pula dua nama senior, jurnalis paling senior, Bens Leo. Serta satunya lagi, senioren
lain, Nini Sunny, dibantu Harjuni “rajutkejut” Rochayati dan Muhamad Ihsan. Jadi itulah tim selengkapnya yang menggarap dan
mengerjakan proses produksi, mulai dari album versi cd saja sampai boxset
eksklusifnya.
Kalau saya, terlibat juga atau tidak? Lebih tepat
disebut, mercenaries khusus beberes-beres dah gitu. Beberes?
Emangnya semacam office-boy? Oh, ya
komandan dapur umum, mungkin bisa disebut begitu....
Dan inilah, dimana sebuah lagu epic, ‘Indonesia Maharddhika’. Lihat saja pada judul teramat gagah
dan kokohnya! Lagu nah gagah itu lantas merajut koleksi 9 lagu, yang ditulis
dan dimainkan sendiri langsung oleh 9 kelompok band prog-rock terkemuka
Indonesia.
Rangkuman secara eksklusif ini disajikan bagi
bangsa dan negara. Dengan mengajak dan mengingatkan seluruh bangsa, untuk cinta
tanah air, menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa. Serta tak kalah
penting, banggalah dengan ke-Indonesia-an kita! Wah, heroik betul!
Hidangan “berkelas” ini mulai dapat dinikmati oleh
publik pada Mei 2017 silam. Sebuah catatan perjalanan yang panjang betul.
Bahkan cerita proses produksinya saja, lantas seperti tak kalah bersejarahnya
dengan visi dan misi yang terdapat di dalam album “teramat lengkap” ini...
Membayangkan, begitu “lengkap”nya, sebuah album
rekaman. Berikut sebuah lagu “jagoan” yang ada di dalamnya. Kelengkapan yang
ada tersebut, membungkus sebuah ide dengan visi dan misi tertentu.
Paling tidak, misi paling mendasar rasanya adalah,
ke-INDONESIA-an. Mencintai negara dan bangsa nan gemah ripah loh jinawi ini.
Mempersatukan. Sekaligus upaya mengangkat lebih tinggi bentuk progressive-rock, sebagai sebuah “sub-genre” musik, ke pasar musik
nasional.
Lantaran dianggap bahwasanya, progressive-rock
Indonesia sejatinya, berkembang pesat. Penuh gairah dan semangat, tak berbeda
dengan pergerakan jenis musik yang lain, yang lebih dikenal luas. Apalagi,
progressive rock di Indonesia memiliki pelaku atau praktisi yang bernama besar,
tak hanya di tanah air, bahkan hingga dunia internasional!
Kadri Mohammad beserta
rekannya sesama lawyer, Yeni Fatmawati selain itu didukung
sahabatnya, Hendronoto “Ninot” Soesabdo.
Mereka bertiga bersepakat untuk dapat mewujudkan proyek rekaman “khusus” ini. Indonesia Mahardhika menjadi judul dari
album kompilasi ini. Dan lagu, ‘Indonesia Mahardhika’, menjadi lagu andalan
yang semoga menjadi sebuah single-hits
pembuka. Lagu ini dibawakan dengan “khusus n khusyu’” oleh Guruh Gipsy di tahun
1975.
Arahnya memang menjadi sebuah paket collector’s item yang akan meramaikan
musik Indonesia. Membuat tambah warna-warni. Menjadi makin bergairah. Dan semua
musik, lantas memperoleh kesempatan sebanding, untuk dapat di apresiasi oleh
publik banyak.
Menurut Kadri, peggagas rekaman ini, proyek ini
memang kepengennya membuat yang impossible
menjadi possible. Tapi tidak karena
dia sendiri. Ia bersama teman-teman, termasuk tentu saja teman-teman musisi.
Dana untuk mengongkosi proyek ini sepenuhnya didapatnya dari apa yang
disebutnya, crowd fund. Yang datang
dari berbagai pihak, lintas partai, lintas organisasi.
Karena rekaman ini juga memang untuk Indonesia
tercinta. Maka mengajak serta orang-orang dari mana-mana, tokoh-tokoh penting
berbagai-bagai partai, untuk sama-sama mendukung proyek musik ini, menjadi hal
yang wajar. Mereka semua peduli dan bersedia membantu, jelas Kadri lagi.
Dana yang terkumpul akan dijadikan modal untuk
menyelesaikan album, selain melakukan konser di beberapa kota. Artinya, kata Kadri,
sepenuhnya juga dana tersebut untuk semua pihak yang terlibat dalam produksi
mewujudkan rencana album ini, sepenuhnya.
Lagu Indonesia Mahardhika, didukung oleh banyak
nama musisi dan penyanyi. Musik ditata ulang oleh Iwan Hasan, gitaris dan pendiri Discus dan Atmosfera. Catatan
khusus, Discus adalah satu motor utama pergerakan rock progresif tanah air,
yang telah melanglang buana, diundang khusus meramaikan banyak festival musik
progresif di Eropa dan Amerika. Iwan mengajak drummer muda, Dimas Pradipta, bassis Adi Dharmawan. Juga trumpetist muda, Indra Dauna.
Dalam lagu ini juga ikut terlibat Keenan Nasution,sebagai penyanyi dan I Gusti Kompiang Raka, musisi tradisi
Bali. 2 nama penting yang ikut membawakan lagu versi aslinya ini, yang
dimainkan Guruh Gipsy. Selain itu juga penyanyi pop, Marcell Siahaan. Kemudian Ubiet, etnomusikolog dan pengajar
vokal, membantu lewat voicing. Ada
juga nama, Fitra, vokalis kelompok
Atmosfera.
Selain itu, ikut mendukung, Indra Lesmana. Kelompok G-String
Quartet. Ikut tampil, Siti
Proehoeman, soerang penyanyi sopran opera yang sering terlibat pentas di
Eropa,dan kini bermukim di Kuala Lumpur. Dan satu nama legendaris, kibordis
kelompok Yes, Rick Wakeman! Yes, Rick
Wakeman yesss!
Melibatkan nama Rick Wakeman, lewat kontak intensif
via email yang dilakukan Iwan Hasan, bertujuan juga untuk dapat menjual album
ini nanti di pasar internasional. “Inginnya sih begitu, album ini bisa menembus
pasar musik internasional juga. Lagu-lagu dan musik dalam album ini rasanya
pantas dan layak untuk dijual tak hanya di tanah air,”jelas Kadri, yang ikut terlibat
sebagai backing vocal di lagu
Indonesia Mahardhika.
Kadri, mantan penyanyi kelompok rock Makara serta
sekarang juga mendukung Solid’80, tampil bersama grupnya, The KadriJimmo, dalam album ini. Mereka membawakan ‘Srikandi’, karya
mereka bersama ibu Sri Mulyani, mantan
Menteri Keuangan yang kini di Amerika itu.
Catatan, Sri Mulyani Indrawati kemudian dipanggil Presiden Republik
Indonesia, Joko Widodo untuk pulang kembali ke tanah air di 2016. Mulai 27 Juli
201, iapun menempati posisi Menteri Keuangan Republik Indonesia, menggantikan
Bambang Brodjonegoro – tambahan keterangan*
Dalam lagu yang juga didukung Addie MS dengan City of
Prague Philharmonic Orchestra tersebut, tampil pula penyanyi Kawanua nan
flamboyan, Once Mekel.
Ada nama kelompok rock progresif muda, Imanissimo, yang tampil juga dalam
album kompilasi ini. Dimana mereka akan berkolaborasi dengan Andy /rif, didukung pula oleh Kadri
Mohammad.. Karena memang Imanissomo tak memiliki vokalis.
Selain itu, kelompok rock progresif kawakan, Cockpit juga akan rekaman untuk pertama
kalinya. Grup yang dikenal sebagai cover-band
Genesis terbaik itu, sejak awal 1980-an, membawakan lagu hits milik vokalis
mereka terdahulu, Freddy Tamaela,
‘Haruskah Ku Berlari’, yang digubah Maria Fiole.
Disertakan pula sebuah kelompok prog-rock, berbalut
fusion, muda usia. Mereka yang terdiri dari para musisi dan penyanyi masa depan
itu, menamakan dirinya sebagai, Van Java.
Mereka membawakan karya mereka, ‘Prophecy of Jayanaya’.
Kelompok Discus-nya Ian Hasan juga menyetor lagu,
‘The Machine’. Sementara Atmosfera, kelompok fusion bentukan Iwan Hasan juga,
tampil dengan lagu, ‘Ragu / Sibincar Layo’
Lagu lain dalam album ini adalah, ‘Jakarta (Jet
Black City)’ dari Vantasma. Lainnya
ada, ‘the Ghost of Ancient Patriots’ dari In
Memoriam. Serta juga menyuguhkan The
Miracle, dengan lagu karya mereka sendiri, ‘Free Your Mind’.
Direncanakan,album Indonesia Mahardhika, berupa sebuah
Kompilasi ini akan diedarkan di awal tahun 2014 mendatang. Dan dalam waktu
dekat, mereka akan menyebarluaskan sebuah teaser
klip, sebagai pemanasan. Teaser tersebut digarap oleh sutradara yang juga
fotografer kawakan dan mantan anggota Swara Mahardhika, Djayusman Erlangga.
Well, last
but may not least. Untuk saya pribadi, terlibat di dalam rangkaian
sedemikian panjang proses produksi album gagah bertema kebangsaan ini adalah
sebuah berkah. Berkah membanggakan, bisa dilibatkan dalam pengerjaan. Ini
pengalaman sangat penting dan mahal kan?
Saya pikir, pengalaman berproses sedemikian serunya
dalam sebuah pengerjaan album seperti ini, adalah pengalaman pertama bagi semua
yang terlibat. So pasti, termasuk saya dong. Kalaupun lantas di tengah jalan, telah
timbul keraguan dan memandang kesan kayak ini serius atau ga sih,
ujung-ujungnya apaan? Mana niiiih...
Ah kudu dimaklumi. Ya manusiawilah. Belum pernah
juga kan, ada proses produksi yang begitu panjang begini, dalam produksi sebuah
hasil rekaman musik? Proses segitu panjangnya, pasti menyedot enerji, perhatian
dan ah ini yang seringkali jadi hal paling utama, dana!
Paling reseh
kan gini, kagak duit gimana mau bisa jalan? Tapi ga semua orang bisa
mendapatkan duit yang cukup untuk bisa bikin kelar produksi album mewah dan
megah kayak begini! Kagak ada uang habis perkaralah....
Bakalan jadi pengalaman, menjadi hikmah bagi semua
dalam project yang terbilang
“fantastis” ini. Sangat melelahkan dan memang ya, untung aja ini akhirnya
berkesudahan juga dengan rilisnya boxset ini.
Apa yang dilakukan produser album ini, “the three-musketeers”,
tiga sekawan lawyer, Yeni, Ninot dan
ujung tombaknya adalah Kadri. Mereka memang terkesan total dan habis-habisan
untuk bisa mewujudkan album, dalam format boxset ini.
Kayaknya sih gini, langkah mereka merangkul kaum progrocker, yang notabene kaum outside manintream, sebenarnya sih
langkah gokil! Bisa jadi dasarnya
mereka kepengen “mengangkat” kelompok progrock, berdasarkan pada...kesukacitaan
adalah absolut, sejahtera adalah relatif.
Sukacita dulu kan, bergembira karena akhirnya toh
bisa rekaman masuk dalam sebuah album kompilasi bersejarah. Kalau sudah happy, mudah-mudahan ga lagi stress,jadi
segar dan awet muda. Namanya sudah gembira ria, pasti jadi positif, lebih
semangat, lebih kreatif en lihat masa
depan juga lebih cerah. Insha Allah, at
the next.... kesejahteraanpun menyusul mendatangi. Ah, emang gitu ya? Let’s be positive in feelings...
Seringkali, musik Indonesia perlu figur-figur yang
“gila”. Gila secara positif lho! Untuk bisa menghidupkan musik, teristimewa scene atau pada wilayah musik tertentu.
Gila dan kudu kreatif. Yang lantas bisa membuat publik, sebagai pasar musik,
lantas menengok dan mau memberi perhatian lebih....
Harapan segitu saja dulu. Syukurlah kalau produk
rekaman musik yang dibungkus mewah ini, bisa jadi kayak lokomotif. Menrik
gerbong, kaum progrock Indonesia bertalenta. Paling tidak, seperti saya bilang
di atas, publik menengoklah dulu. Karena kan, produk rekaman ini sangat
terbatas jumlahnya.
Limited edition. Very limited. Ya karena dana jugalah adanya kan? Dicetak banyak, lha duitne sopo? Ujung-ujungnya pan ya balik deiu, syukurlah bisa selesai dan lantas dirilis. Cara jualnya juga
harus kreatiflah. Door to door, japri-japrian. Paling jauh, ya nge-bom media sosial aja.
Ok, sekian dulu ah. Dan bagi yang sudah memiliki
dengan membelinya, terima kasih dan peghargaan setinggi-tingginya. Semoga
bermanfaat bagi kehidupan keluarganya, hari ini dan nanti. Berfaedah untuk anak
dan cucu... Merdeka!/*
No comments:
Post a Comment