Kali ini mengenai dunia seni pertunjukkan. Kita
menengok ke belakang panggung. Atau ke waktu sebelum sebuah konser diadakan.
Apa saja yang dipersiapkan. Bagaimana hiruk pikuk perencanaan, persiapan yang
notabene sama serunya dengan situasi di belakang panggung, saat sebelum dan
saat sebuah konser digelar.
Katanya dunia showbiz, teristimewa fokus pada tim
produksi keseluruhan, biasanya kaum lelaki yang menonjol. Baik directornya, art director atawa creative
director, production director
sampai show director. Tapi
belakangan, kaum perempuan juga sudah mulai memperoleh apresiasi, beberapa nama
sanggup merebut perhatian waktu diserahi tanggung jawab, di posisi-posisi “atas”
pada sebuah menejemen panggung.
Ya sebutlah, mereka lah tim pelaksana sebuah
pertunjukkan. Nanti di bawahnya ada Stage
Management, Talent Management, Venue
and Facilities Coordinator. Belum lagi penanggung jawab sound, yaitu sound engineer. Dan juga tata cahaya, yaitu lighting designer.
Kalau dibayangkan sebuah bagan, maka di “kamar”
lainnya adalah producer acara. Yang
biasanya bertugas, bagaimana menyusun anggaran, menyediakan pendanaan demi
dapat terlaksananya sebuah acara. Timnya
berbeda lagi. Ya termasuk di dalamnya adalah financial manager, marketing sampai kasir!
Setiap divisi, biasanya juga memiliki tim
masing-masing. Makin besar acara, maka anggota tim yang terlibat akan makin
besar juga jumlahnya. Dan juga dengan posisi-posisi supporting yang lebih detil.
Ok, itu di atas sebagai prolog, saya coba berikan
gambaran mengenai sedikit saja gambaran “hirarki” suatu menejemen seni
pertunjukkan. Berlaku umum, dimana-mana, termasuk di Indonesia.
Nah
adalah seorang perempuan yang tak hanya cantik, ceria dan supel. Tapi yang
terpenting adalah, ia penuh semangat, vitalitas, enerjik. Ia ada di tim
pelaksana sebuah konser itu, jam terbangnya meningkat relatif cepat. Pelan tapi
pasti, ia kebagian tanggung jawab yang makin besar, makin penting posisinya.
Dan
saat ini, ia bisa dibilang sebagai salah satu sutradara pertunjukkan perempuan,
yang diakui akan kemampuannya. Ia sendiri belum berani klaim, bahwa hanya dia
seorang yang menjadi sutradara perempuan untuk pertunjukkan yang profesional saat ini.
Mungkin
saja. Ttapi ia lantas lebih memilih, ah sebut saja dia salah satu dari sedikit
sutradara pertunjukkan yang perempuan. Well, tapi mengapa lalu iapun dengan pede-nya menyatakan, berani meninggalkan
comfort-zone nya saat ini, demi
mengejar cita-citanya. Apakah ia tak puas dengan apa yang telah didapatnya?
Lihat
ya, ia telah meraih penghargaan Catha
Mardhika dari Kementrian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, pada beberapa tahun lalu.
Penghargaan itu diberikan atas segenap hasil karya kreatifnya dalam mengembangkan
“kultur” Indonesia, ke dalam karya seni pertunjukkan yang digarapnya.
Dan
iapun lantas dikenal sebagai seorang sutradara pertunjukkan, yang acapkali
mengawinkan unsur-unsur seni pertunjukkan modern dengan kekayaan tradisi budaya
Nusantara ini. Menunjukkan, kebanggaannya sebagai orang Indonesia!
“Begitu
banyak pelaku kreatif di Indonesia dan aku merasa masih jauh dari
sempurna. Hal itu yang membuat aku
bertekad untuk selalu mengasah kemampuan dengan belajar dari sekitar. Jago itu relatif kan?” Ucapnya pasti, tanpa
ada kesan sombong.
Ia
melanjutkan lagi, “Namun orang dengan jam terbang tinggi, tapi tetap mau
belajar dan menerima masukan untuk mendapatkan ilmu lebih dalam, untuk
diterapkan dalam profesi yang digelutinya dan diamalkan untuk kehidupan di sekitarnya,
itu baru sesuatu buat saya. Kalau tidak, saya berasa stuck !”
Lantaran
ia memang senantiasa optimistik, penuh vitalitas, maka ia mencari dan mencari.
Apa yang dicari sih? Sejainya adalah, pengembangan dari apa yang selama ini
telah ia dapatkan dan hasilkan. “Aku ingin terus bergerak, terus memancing
kreatifitasku. Aku tak ingin berhenti cepat, berpuas diri. Aku harus lebih
berkembang lagi,” terangnya lagi.
Pencarian
penuh semangat dan intensnya ternyata menemui titik terang. Ini benar-benar
terang benderang namanya. Dream comes
true! Betapa tidak, ia memilih sebuah program khusus workshop seni pertunjukkan internasional, yang menjadi program
tahunan lembaga seni berkelas dunia, Lincoln
Centre, New York.
Seperti
diketahui Lincoln Centre yang berlokasi di New York adalah sebuah institusi
seni internasional terpandang, yang antara lain membentuk, memimpin dan
mengelola New York City Ballet, New York
Philharmonic Orchestra, Jazz @ Lincoln Centre, Julliard School, Lincoln Theatre
dan lainnya.
Ia
merancang dan mengirimkan sendiri berkas aplikasi berupa 20 halaman jawaban
dari 7 pertanyaan kreatif yang diajukan. Itu adalah persyaratan dan proses
seleksi yang harus dapat dilaluinya. Dan akhirnya, pada Februari 2017 lalu, iapun terpilih menjadi
salah satu peserta, dari 70 pelaku kreatif seni pertunjukkan, yang datangnya
itu dari 33 negara.
Dikirimkannya
juga sebuah naskah pertunjukan berbahasa Inggris setebal 80 halaman, serta
video rekaman hasil karyanya selama ini. Iapun menjadi orang Indonesia pertama
yang lolos untuk mengikuti program tahunan Lincoln Centre tersebut, yang tahun
ini adalah tahun ke-12 penyelenggaraannya.
“Jadi
boleh dibilang aku menjawab semuanya dengan honest
and passion. Semua aku kerjakan
sendiri dan mendapat dukungan moril oleh keluarga. I have nothing to lose, buat
aku, it is now or never” Mhyajo
menjelaskan awal mulanya memutuskan untuk mencoba melebarkan sayap di luar
Indonesia.
Ternyata
iapun mendapatkan semacam privillege
yang sangat disyukurinya. Ia adalah satu dari 4 orang yang dari 70 orang yang
lolos seleksi itu, yang memperoleh full-scholarship.
Adalah Lincoln Centre sendiri yang berupaya mencari donasi bagi peserta program
workshop tersebut,ke berbagai foundation
yang ada di sana.
Maka
iapun disediakan sepenuhnya mulai dari tiket pesawat ke sana, dormitory sampai allowance per-harinya. Tentu saja juga termasuk biaya pendidikan.
Sebuah hal tak terduga, karena selama ini workshop tersebut belum pernah
menyediakan dukungan bantuan scholarship seperti itu.
Adalah
hal “kesempatan emas tidak datang dua kali”,yang ia yakini. So, ia dengan sadar memilih meninggalkan
Indonesia. Yang sekaligus, meninggalkan pekerjaannya di dunia seni
pertunjukkan, yang notabene membuatnya hidup secara baik, selama ini.
MHYAJO bersama saya, dalam sebuah acara, an Intimate Gathering bersama teman-teman wartawan. |
Mhyajo (mia-jo),
begitu ia memilih untuk menulis namanya. Nama lengkapnya adalah, Maria Novita Johannes. Ia adalah putri
bungsu dari 3 putra dan putri, dari pasangan JM Johannes yang berdarah Maluku
dan Ratu Tieneke Suryapartini, yang berdarah Banten.
Ia
adalah istri dari Alexander dan ibu dari Nadasja. Ia kelahiran Jakarta pada 22
November 1976. Dan saat masih remaja, usia 17 tahun, ia sudah memperoleh
kesempatan menjadi asisten direktur musik pada sebuah program musik di ANTV.
Selain
itu, masih pada kisaran usia sama, ia menjajal kesempatan menjadi tenaga liasion officer, untuk grup musik luar
negeri yang akan manggung di sini, Color Me Badd. Ia ingat, pada sekitar 2008
ia sudah menjadi talent conceptor,
pada sebuah acara bertemakan Indonesiana di hotel Dharmawangsa.
Sebagai
seorang direktur acara, sering juga disebut sutradara pertunjukkan, gawe pertamanya adalah konser Voice of Peace, dalam rangka ASEAN-Summit di Bali. Itu adalah
pagelaran seni budaya, yang disaksikan oleh kepala negara dari 23 negara, termasuk
presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Acara itu mengundang juga kehadiran
produser musik ternama, Quincy Jones,
dimana lagu yang digubahnya, ‘We are the World’,dipilih Mhyajo sebagai lagu
penutup acara yang digelar tahun 2011 itu.
Beberapa
karya kreatifitas lainnya adalah, bisa disebut pementasan Opening Ceremony ITB di Berlin
bersama Berlin Symphony Orchestra. Dimana ia mempertemukan music producer, music director cum arranger Indonesia, Aminoto Kosin, dengan pihak orkestra
Berlin.Atau acara Wonderful Diversity,
sebuah gala dinner yang diselenggarakan WIEF.
Foto : Koleksi MHYAJO. Edited by DM |
Well,
ia menikmati betul bagaimana mengorganisasikan ratusan anggota tim pelaksana
sebuah pertunjukkan. Leadership
memang menjadi modal paling utama. Selain, tentu saja jiwa seni yang harus ada.
Itulah yang membuatnya mencintai dunia seni pertunjukkan. Membuatnya makin
mendalaminya dengan penuh kecintaan.
Menurut
Mhya, hal paling mendasar yang harus dimiliki seseorang yang ingin terjun di
tim pelaksana seni pertunjukkan adalah integrity,
intensitas, fokus dengan konsentrasi penuh dan kreatifitas. Jangan lupa terus update soal seni pertunjukkan,
perkembangan musik dan konser musik misalnya.
Menurut
pengamatannya, ia setuju bahwa dunia seni pertunjukkan saat ini makin
berpotensi menjadi sebuah profesi baru yang boleh menjadi satu alternatif yang
menarik. Makin banyak anak muda yang tertarik menggeluti profesi ini. Yang
dibutuhkan apa sih sebenarnya sebagai modal awal? Apakah seperti, kemampuan
bergaul lebih luas dan mau bekerjasama dalam tim?
Mhyajo
tersenyum dan menganggukkan kepala. Ya setuju, itu penting. Dan memang dunia
seni pertunjukkan makin membaik di sini. Apresiasi dan respek orang terhadap
profesi ini, makin lama terasa makin meningkat. Makin dihargai.
Apalagi
kan memang terkait erat dengan keinginan pemerintah sendiri, dalam hal ini
Presiden Joko Widodo, yang berkeinginan menggiatkan ekonomi kreatif di
Indonesia. Penanganan seni pertunjukkan oleh insan-insan kreatif macam Mhyajo,
tentu saja masuk di dalamnya.
Ya
Mhyajo adalah contoh konkretnya, insan kreatif yang perempuan, yang merasakan
peningkatan apresiasi masyarakat terhadap dunia yang dijalaninya ini.. Betapa
ia dengan penuh kesadaran memilih dunia ini,menjadi profesinya, menjadi jalan
hidupnya. Dan dengan kesempatan emas, bisa mengecap sebuah workshop di negeri
orang, well kita boleh berharap ia akan lebih berarti sepulangnya dari study dan pengembaraannya di negeri
Paman Sam nanti. Mengenai keberadaannya di sana, ia belum berani mengatakan
akankah ia mencoba bermukim di sana kelak.
Segala
sesuatunya, akan ditentukan nanti, ketika ia mengikuti program tersebut. Tapi
sesungguhnya, jawabnya, ia harus siap sejak dini untuk segala kemungkinan
terbaik yang mungkin dihadapinya nanti di sana.
Dunia
seni pertunjukkan kita memerlukan tenaga-tenaga trampil, dengan tak hanya
kreatif dan berpengalaman tetapi juga memiliki pengetahuan mumpuni. Sehingga
akan menggairahkan dunia seni pertunjkkan di sini. Baik untuk musik, jenis musik
apapun. Juga teater, musikal dan tari.
Walau
pada “case” yang terjadi pada Mhyajo,
kesempatannya untuk menimba ilmu lebih jauh di negeri orang. Pada sebuah
institusi yang punya pengaruh besar pada dunia seni pertunjukkan internasional,
ternyata belumlah memperoleh dukungan maksimal dari pihak pemerintah Republik
Indonesia.
Menurut
kabar, ia memang sudah mengajukan proposal kepada beberapa instansi pemerintah
terkait. Termasuk kementrian. Tetapi jawabannya yang didapatnya adalah, belum
bisa didukung! Untung ia tak lantas patah arang....
Belum
ada kesinambungan konkrit rupanya, dari keinginan menggenjot ekonomi
kreatif untuk lebih diperhitungkan.
Dengan turun tangannya perhatian atau kepedulian pemerintah, yang berperan
aktif dalam memberi dukungan kepada sosok-sosok insan kreatif. Perlu waktu sih kali yeee, konsep, keinginan dan action
yang nyata?
Ironis
ya, ternyata pemerintah kita sendiri kurang sigap? Atau kurang dalam memberi
apresiasi? Malah pihak luar yang lebih cekatan dalam memberi apresiasi dengan
aksi dukungan nyata. Ga ironis sih, sudah umum terjadinya kan di sini.....
Foto : Koleksi Mhyajo |
Mari
lupakan sesaat soal rada sensitif di atas. Kenyataannya gini, ketika kita dapat menikmati dan terpesona dengan sebuah
sajian konser musik ataupun pertunjukkan musikal, teater dan tari. Perlu
dimengerti dan dipahami, ada tenaga-tenaga khusus yang telah bekerjasama
mewujudkan secara lengkap tontonan itu. Menjadikannya tontonan yang indah
sehingga nikmat ditonton oleh para penonton, Enak dimata, sedap di telinga,
nyaman di hati....
Jadi
ada sesuatu yang bisa direkam dalam benak dan hati penonton, bisa dibawa
pulang. Syukur-syukur lantas membuat penonton lebih rileks, nyaman dan bisa
tidur dengan nyenyak....
Dan
adalah Mhyajo, dan teman-teman lainnya di bidang art directing ataupun creative
directing, atau juga disebut sebagai director,
beserta tim produksi keseluruhan yang tangan-tangan dan ide kreatifnya secara
bersama-sama mewujudkan dengan baik dan benar pertunjukkan tersebut.
Akhirul
kata, kirimkan saja doa kepada Mhyajo. Agar sukses nanti, diberikan kelancaran
atas apa yang ingin dicapainya. Dan semoga saja segala pengetahuan yang
didapatnya kelak, bisa disumbangkannya bagi kemajuan dunia seni pertunjukkan
tanah air. God bless you, sista. /*
Mhyajo bersama teman-teman baik wartawan, seusai an Intimate Gathering. Pada 5 Juni 2017 di Tanamera Coffee, Jakarta. |
No comments:
Post a Comment