Wednesday, October 10, 2018

Mhyajo untuk IMF-WB Annual Meeting 2018 di Bali


Tiada lain, tiada bukan bahwa hanya totalitas dan kesediaan dengan sepenuh hati, untuk menapaki proses kreatif. Itulah kunci terpenting buatnya, untuk menjadi modal berharga dalam pencapaian hasil karya seni terbaik.
Adalah Mhyajo, lengkapnya Mia Johannes, yang bersyukur diberi kepercayaan untuk menyutradarai pementasan khusus, pada acara pembukaan konferensi internasional IMF-WB di Bali.
Pergelaran itu akan dilakukan pada 12 Oktober di Garuda Wisnu Kencana, Bali. Sebagai bagian dari mata acara pembukaan 2018 Annual Meeting IMF – WB (International Monetery Fund – World Bank).
Mhya lantas memikirkan dan mengerjakan konsep, hasilnya adalah ide pagelaran berisi 8 babak, yang berdurasi 40 menit. Dalam karya pertunjukkan itu, Indonesia dimunculkan selengkapnya, dari Sabang sampai Merauke. Dan bersyukur, bahwa ide itu diterima oleh panitya penyelenggara konferensi tingkat dunia tersebut. Congratulation, sis!

Ah trims, bro, begitu jawabnya. Lantas Mhya menyambung, gini bro proses kreatifnya telah dimulai sejak bulan Maret 2017. Berlanjut pada sesi workshop musik dasar yang dilakukan mulai awal April 2018. Proses selanjutnya, pengambilan gambar dan mengabadikan dalam bentuk video pendek berisi pemandangan dan adat istiadat di Indonesia selama 27 hari pada bulan Mei 2018.
Terakhir, sambung Mhya lagi, adalah proses melatih gerak para penari yang kesemuanya dilakukan di Bali, dari pertengahan Juni 2018. Pergelaran tersebut melibatkan total 1.586 pekerja seni, dengan 755 orang di antaranya diambil dari warga masyarakat sebuah desa, bernama desa Bona, di kawasan Gianyar, Bali.
Kemudian Mhya melanjutkan lagi, “Lelah fisik dan mengalami naik turun emosi tentu saja, karena ini adalah pekerjaan yang luar biasa rumit namun terbayar ketika mengingat kembali tujuan awal aku membuat konsep pagelaran ini.  bahwa aku hanyalah mediator yang mengemban tujuan tulus untuk para tunas bangsa, sehingga mendapat kesempatan yang sama layaknya pekerja seni profesional”

Ia masih melanjutkan, “Nantinya selesai pagelaran, benih yang telah aku sebar akan menjadi tunas dan membentuk tanaman indah. Rancangan ini dibuat sebagai pondasi untuk ke depan bukan untuk saat ini saja. Bayangkan bahwa Bali merupakan melting pot bagi dunia dan sewajarnyalah, semua kultur dan budaya Indonesia harus dapat terepresentasikan dengan baik di pulau ini. “
Mhya masih menambahkan lagi, diharapkan kelak para seniman ini dapat tetap berkreasi dan menyebarkan pembelajaran mengenai pulau-pulau lainnya, dengan ciri khas budayanya,  di Indonesia setelah rangkaian latihan 5 setengah bulan. “Jadi sejatinya, pagelaran ini bukan hanya sekedar kemewahan di atas panggung, tapi sarat makna dan misi budaya”, jelas Mhya lagi.
Ia mengatakan bahwa dasar utama adalah kesabaran dan hati yang tulus, dalam menjalani rangkaian proses persiapan pagelaran tersebut. Adapun title dari pagelaran itu adalah, The Colors of Indonesia, sebuah pergelaran seni budaya Nusantara.
Karyanya tersebut merupakan karya kolosal kultural Indonesia pertama yang diadakan di Garuda Wisnu Kencana, setelah patung raksasa karya Nyoman Nuarta itu diresmikan pada September lalu. Dan boleh dang, kalo mo disebut sebagai salah satu karya kolosal berlandaskan kultural Nusantara, karya anak negeri!


Untuk mewujudkan ide dan gagasannya dalam karya pagelaran kultural tersebut, Mhyajo merangkul musisi Andi Rianto, sebagai direktur musik. Selain itu, ia juga mengajak serta I Made Sidia, sebagai koreografer tari dengan dibantu oleh 7 orang asisten penata tari. Seperti juga para penarinya, mereka datang dari Gianyar, Bali. Keseluruhan ditangani dan dilakukan orang-orang Indonesia, tidak melibatkan tenaga asing.
Sebagian besar latihan, dari tahap awal hingga proses latihan gabungan lengkap, seluruhnya diselenggarakan di desa Bona, Gianyar. Karena memang sebagian besar penari yang terlibat adalah warga desa tersebut, baik bapak-bapak, ibu-ibu, remaja bahkan juga termasuk penari anak-anak.
“Di panggung seluas 514 meter, aku tidak menjanjikan teknik spektakuler, tapi aku menjanjikan aura ketulusan yang terpancar dari 1.586 pekerja seni. Tentu ku berharap akan menjadi pagelaran yang memukau bagi 189 perwakilan negara yang nanti akan menyaksikannya”, ucap Mhya.
Totalitas seorang Mhya Jo, sutradara seni pertunjukkan lulusan sekolah kenamaan dunia, Lincoln University telah ditunjukkannya. Ia dengan sadar dan sabar, akhirnya memutuskan untuk hanya mengerjakan dua acara pertunjukkan di tahun ini. Ia menolak tawaran menggarap tontonan pertunjukkan sejenis yang lainnya di tahun ini.

Oh ya, saya selipkan tulisan saya sebelumnya. Untuk mengingatkan siapa perempuan cantik nan enerjik bernama Mia Johannes ini. Mhyajo ke Lincoln University

Dan selepas pagelaran di Bali pada 12 Oktober itu nanti, Mhyajo akan langsung berkonsentrasi pada karya keduanya di tahun ini. sebuah pagelaran musikal adaptasi bebas, dari salah satu legenda tradisi Nusantara. Diberi judul Bunga untuk Mira, yang menurut rencana akan diadakan pada 22 dan 23 Desember nanti di Jakarta.
So, beres di Bali kong langsng capek-capek untuk pergelaran Desember nanti do e? Adooooh, kasiaaang. Maar, sukses ne untuk semuanya. God Bless you! /*






No comments: