Inilah
INDONESIA yang sebenarnya!
Itu
teriak MC, yang saya lupa nanyain namanya. Maksudnya, Indonesia sejati yang
peduli dengan sesama. Mencintai dan memerdulikan akan apa yang dialami
saudara-saudara sebangsa setanah airnya.
Indonesia
adalah satu. Satu adalah Indonesia. Dan begitulah seharusnya. Peduli dan
menghargai sesama. Bergotong royong dengan sukacita, menyumbang sebisa mungkin
untuk saudara-saudara. Karena, kita memang Indonesia.
Begitulah
yang terjadi pada perhelatan bertajuk Gala
Dana 100 Biduan-100 Hits.
Beberapa waktu lalu di Lippomall Kemang. Memang ada 100an biduan, bahkan lebih.
Biduan-biduan top ibukotalah, pastinya. Membawakan beragam hits, alias
lagu-lagu yang pasti dikenal luas oleh publik.
Mereka,
para biduan, juga sangat penting “saham”nya, sehingga terjadilah peristiwa
kepedulian sosial yang terbilang fantastis itu. antastis dan membuat takjub,
karena dana terkumpul sampai menembus angka 18 Milyar rupiah! Masya Allah.
Tentu
saja,acara tersebut bertolak dari ide dan gagasan. Sepengetahuan saya, ada
lontaran ide dari Donny Hardono,
yang adalah pemilik DSS Sound System
itu. Salah satu vendor sound, beserta
backlines, terkemuka Indonesia. Dan
Donny Hardono juga memimpin sebuah grup band, Audiensi Band.
Perihal
Audiensi, ini band ternama dan mungkin teratas saat ini, dalam urusan
mengiringi penyanyi. Penyanyi dari segala genre, dari bermacam-macam warna
musik. Band lengkap dan solid, yang buat banyak penyanyi itu, kalau diiringi
Audiensi mah jaminan...nyantai, pasti pas. Macam yakin golagokin pak musikin
tukang mesin lah”.
Jadi
bagaimana kalau Audiensi mengiringi 100-an penyanyi dengan 100-an hits? Itu
bakal menjadi catatan rekor dunia. Sehari penuh! Itu ide dasar. Yang secara
kebetulan dan pas, namanya semesta memang merestui kelihatannya, ada seorang Kadri Mohamad juga mempunyai ide.
Bagaimana kalau kita kembali menunjukkan kepedulian atas musibah gempa bumi di
Donggala, Palu, Sigi dan kawasan Sulawesi Tengah.
Kadri,
dikenal sebagai rocker cum lawyer.
Dan sekaligus koordinator dari komunitas biduan Indonesia. Donny Hardono punya
band, Kadri punya pasukan biduan! Dipertemukan oleh musibah gempa bumi, yang
menyebabkan porak porandanya Sulawesi Tengah. Begitu banyak masyarakat di sana
yang terdampak bencana gempa bumi, yang sangat memerlukan pertolongan.
Saat
musibah Lombok, Kadri juga ikut menjadi inisiator malam dana, antara lain
bersama Glenn redly beserta jurnalis, Adib Hidayat. Tentunya, Kadri juga
mengajak serta kaum biduan tersebut.
Dua
sosok itupun lantas dibantu kanan-kiri, bahkan atas bawah. Macam-macamlah, ada
dari Iluni-UI. Ada juga dari badan
sosial baru, yang bergerak untuk kepedulian atas masyarakat terdampak musibah
bencana alam, awalnya di Lombok pada beberapa waktu lalu. Belum lagi juga ada tokopedia, kitabisacom. Sampai Badan
Ekonomi Kreatif. Ditambah dengan NetTV.
Mereka semua bersekutu. Jadi deh!
Bentuk
kepedulian sosial kaum musik Indonesia itu wujudnya adalah sebuah pergelaran
panjang, dari jam 13.00 teng. Dan berakhir menembus pukul 23.00 WIB. Memang ratusan
penyanyinya, dengan ratusan hitsnya. Panjang, lama, dan hasilnya ya itu tadi,
dana terkumpul hingga 18 Milyar lebih!
Memang
inilah harusnya Indonesia kita. Gotong royong, mempunyai jiwa kepedulian sosial
tinggi. Kaum musik Indonesia sudah pernah membuktikan gerakan serupa. Misalnya
dulu saat Aceh ditimpa musibah gempa dan tsunami, sekitar tahun 2005, dibuat
pergelaran Konser Dana begitu. Tempatnya di Panggung Bende, Taman Impian Jaya
Ancol. Ratusan musisi dan penyanyi yang terlibat.
Saat
itu, seingat saya, ide dan gagasan datang dari asosiasi menejer artis Indonesia.
Bekerjasama juga dengan para show dan stage management Indonesia. Didukung
pula oleh para event organizer dan promotor showbiz.
Saya
juga di sekitar tahun itu, konteksnya sama kepedulian atas musibah gempa dan
tsunami di Aceh, pernah ikut terlibat dalam acara serupa. Salah satunya acara
yang menghimpun para musisi dan penyanyi jazz, terlaksana atas ide Dwiki Dharmawan. Diadakan di Graha
Bhakti Budaya.
Waktu
itu saya bersama Donny Hardono juga, menjadi koordinator pelaksana acara
tersebut. Yang lantas bersambung, setelah juga Padang berlanjut ke Jogjakarta
dan Jawa Tengah, mengalami musibah gempa bumi juga. Jadi ada serangkaian konser
pengumpulan dana, yang melibatkan para musisi dan penyanyi jazz saat itu.
Satu
lainnya, bersama sahabat baik saya, alm. Wawan
Djuanda, membuat pergelaran serupa di Hard Rock Cae mengundang beberapa
grup band juga. Seingat saya ada Kotak dan Kapten, dari ajang kompetisi Dream
Band di TV-7. Discus, Jaque Mate, Melanie Subono. Satunya lagi, Kahitna.
Musibah
tsunami Aceh, seperti memicu akan gerakan sosial begitu, ramai-ramai berempati
dan bergerak mengumpulkan dana dari seluruh masyarakat. Demi membantu meringankan
beban saudara-saudara yang menjadi korban bencana itu.
Ada
beberapa acara serupa, paska musibah dahsyat tersebut, yang ternyata memakan
koran meninggal hingga ratusan ribu orang itu. Dan peristiwa budaya berdasarkan
jia sosial tersebut, lantas berulang di hari-hari ini.
Menarik
bahwasanya, kalau mengumpulkan dana, memang kudu dipikirin potensi dana yang
bisa terkumpul. Karena mungkin akan terlihat, “rada sia-sia” kalau lantas sudah
melibatkan banyak musisi, penyanyi bahkan juga tenaga show dan stage management,
ternyata hasil dana terkumpulnya relati “kecil”.
Walaupun
memang, kecil ataupun besar, tentu saja terpenting adalah kesepakatan bersama
untuk beramai-ramai ikut menunjukkan kepeduliannya. Momentum kumpul-kumpul,
bersepakat berbuat sesuatu untuk saudara-saudara kita sendiri itu, adalah jelas
menjadi nilai tambah tersendiri.
Makanya,
pada setiap malam amal begitu, biasanya dipikirkan untuk mengundang tokoh-tokoh
ataupun figur-figur penting, yang memang dermawan. Sudi untuk berbagi akan
kelebihannya, membantu berdonasi degan sukarela Tidak berhenti hanya dengan mengumpulkan
banyak orang saja, yang sebagian besar malah para penyanyi dan musisi yang
terlibat saja.
Dari
perjalanan dunia musik Indonesia, konser pengumpulan dana yang telah digelar
selama ini, memang “rekor” adalah pencapaian milyaran rupiah di Gala Dana 100 Biduan
tersebut. Apalagi memang lantas tercatat pula rekor, bahwa Audiensi menjadi
grup band yang mengiringi begitu banyak penyanyi. Rekor dunia lho!
Seluruh
pihak yang terlibat, dalam semua peristiwa sosial tersebut, rata-rata terjun
langsung secara sukarela. Probono, istilahnya.
Jiwa sosial begitu tinggi,membuat paling tidak para musisi dan penyanyi
semangat untuk ikut terlibat. Tapi dengan tanpa pamrih, sukarela dengan penuh
sukacita.
Acungan
jempol dong pastinya, untuk gerakan seperti itu. Mereka semua menunjukkan jiwa
sosialnya dengan antusias. Peristiwa kumpulnya sampai lebih dari 100 penyanyi
seperti itu, sebagian ada juga grup band atau grup vokal, itu aja peristiwa
langka lho!
Well,
karena kerjasama, karena sinergi atas nama kepedulian sosiallah, peristiwa
tersebut bisa tercapai. Semua pihak yang terlibat, semuanya mempunyai saham
untuk kesuksesan acara itu.
Acara berlangsung lancar, dari awal hingga akhir. Dan dengan kemampuan mengumpulkan dana yang lumayan besar begitu.
Kalau
di sekitara 2005an itu, saya memang terlibat penuh. Tapi untuk acara kemarin,
saya hanya datang untuk menonton saja. Demikian pula saat acara konser dana
untuk Lombok di Citos sebelumnya. Datang, menonton dan ..... iseng memotretlah.
Memotret
ratusan penyanyi gitu, itu juga terbilang langka. Pentinglah untuk menambah
koleksi foto-foto kan? Kapan lagi? Jarang-jarang ada lho. Makanya saya
terpanggil untuk datang.
Dan
buat saya, acara kemarin aduh...memang memancing dedikasi ekstra, cuy! Yaeyalaaaah....mengatur
seratusan penyanyi itu,sejatinya ga gampanglah. Bermacam-macam “romantika” yang
terjadi. Artis penyanyi datang terlambat, artis penyanyi ada yang datangnya
kecepatan jadi mulai gusar karena menanti lama. Atau, penyanyi yang minta
buru-buru tampil, karena ditunggu show lain di tempat lain.
Penyanyi
yang rada malas kalau harus tampil kelewat malam. Belum lagi, yang lucu-lucu
misal mencari-cari penyanyi-penyanyi tertentu yang belum begitu populer.
Mukanya ga atau ya belumlah dikenal, jadi cari-cari, tanya sana-sini. Telephone aja kan bisa? Iya, kalau
telephonenya pas ga akti? Seru dong!
Seru
dan melelahkan. Melelahkan tapi mengasyikkanlah. Paling tidak, menjadi sebuah
catatan “manis” pernah terlibat dalam sebuah peristiwa musik penting. Masuk
dalam bagian sejarah lho!
Aduh
banyak banget yang tampil kemarin itu. Coba ya, saya ingat-ingat ada
pembukaannya ya Akhman dari
Audiensi. Lalu Budi Cilok, Harvey Malaiholo, Debsky Lango, Deddy Dhukun,
Ariyo Wahab, Ervin Edane, Prass Audiensi bersama komunitas
IKi, Renny Djayusman, Sylvia Saartje, Amiroez, Trison, Boym Seurieus, Irang, Lady Avisha, Yevie Nabella, Bangkit Sanjaya, Amank
Syamsu. Lantas Rio Febrian, Bondan Prakoso, Oppie Danzo.
Siapa
lagi ya? Ermy Kullit, Dina Mariana, Dany JavaJive, Sandhy
Sondoro, dr. Tompi, Bertha, Sarwana-Nina Tamam-Dea Mirella (ex Warna), band Ungu, duet Susie Legit dan Iis Dahlia.
Belum lagi ada Ariel Noah, Rian dMasiv, HiVi Band, Bonita, Kadri-Jimmo, Inul Daratista sampai ada juga 3Diva
yaitu Titi DJ, Ruth Sahanaya dan Kris
Dayanti. Belum lagi ada Purnomo
Sikas, Restu Fortuna, Mus Mujiono, JMono.
Kemudian
juga Hedi Yunus, Mario Kahitna, Lea Simanjuntak, Astrid,
Yura Yuniar, Once Mekel & Ian Antono,
Maudy Ayunda, JFlow, Dira Sugandi, Raisa, Reza Hernanza-Rieka Roslan, Bams,
Ikang Fawzy, Jelly Tobing. Dan lain-lainnya.
Dan
kembali lagi tampil, Elek Yo Band.
Band yang isinya para menteri kabinet pemerintahan sekarang, yang tetap jadi
andalan untuk dapat menggelembungkan pencapaian dana. Elek Yo Band kembali
diperkuat oleh Yuni Shara.
Tapi
dengan formasi lebih lengkap lagi karena kembali didukung Teten Masduki, selain ada menteri Puan Maharani. Ditambah, dubes Republik Indonesia untuk Selandia
Baru, Tantowi Yahya.
Karena
lagi-lagi menjadi penampilan sangat istimewa, tak heranlah Elek Yo Band itu,
memperoleh porsi waktu tampil yang lebih “lapang”. Kalau setiap penyanyi hanya
memperoleh jatah 1 lagu saja, Elek Yo Band memperoleh kesempatan hingga sekitar
5 lagu.
Acaranya
memang dimulai pas, on schedule, jam
13.00 teng. Dan bener-bener melelahkan. Paling ga, buat saya ya. Tapi saya aja
capek dan...sampai merasa “jenuh”. Lha gimana para personil Audiensi Band yang
harus main nyaris non-stop, hanya ada
jeda pas Sholat Maghrib?
Iya
saya kecapekan sendiri. Makanya, sekitar jam 21.00an gitu, saya putuskan balik ah.
Asli, udah kecapekan. Habis enerji, padahal udah minum macam-macam. Hehehehe. Saking lelahnya, sampai udah
ga ada niat untuk memotret lagi!
Sayapun
segera mengajak pulang istri saya, yang syukurlah setuju. Acara masih
berlangsung, kamipun sudah meninggalkan Kemang Village, nama lain dari
Lippomall Kemang.
Alhamdulillah
acara bisa berlangsung ya. Dan lebih bersyukur atas pencapaian dana yang
lumayan besar itu, yang memang sebelum acara saja sudah terkumpul lebih dari 5
milyar lewat kitabisacom dan tokopediacom.
Semoga
saja, semua dana terkumpul akan dapat sepenuhnya membantu saudara-saudara kita
melewati masa-masa sulit, paska gempa bumi yang harus mereka alami itu. Pada
akhirnya memang, dana sebesar itu tentunya harus bisa diorganisir sebaik
mungkin, agar sampai pada tangan yang berhak menerimanya.
Pengelolaan
dana kemanusiaan itu, memang kudu hati-hati. Itu juga menjadi sebuah pekerjaan
berikutnya, yang tak kalah pentingnya.
Semoga
penderitaan akan segera berlalu. Kirim doa selalu, agar saudara-saudara di sana
bisa melewati “badai” yang mereka alami. Semoga saja, tak ada lagi
musibah-musibah lain dimanapun di bumi Nusantara tercinta ini.
Segeralah
Sulawesi Tengah pulih seperti sediakala dan bangkit kembali! /*
No comments:
Post a Comment