Kalau
ga serius, mereka ga mungkin jalan begini lama dari 2013. Di tahun 2013 itu,
mereka bersepakat untuk kembali bersatu. Ada kekangenan yang mendalam,
kira-kira sih begitu. Lalu, sampai sejauh ini, mereka artinya sudah bertahan 5
tahun-an.
Indra
Lesmana, pada kesempatan press conference
kemarin mengatakan, waktu ber-reuni ini bahkan sudah lebih lama dari waktu dulu
mereka di awalnya. Iya ya, waktu itu, dengan formasi untuk album kaset, mau
masuk 1990 aja mereka sudah mulai terpisah. Mereka memulainya di 1987, untuk
album perdana mereka, yang menghasilkan ‘Gemilang’ itu.
Kalau
mau tahu sedikit banyak perjalanan grup ini, silahkan lihat-lihat halaman dalam
website saya ini deh. Saya pernah menuliskannya secara lumayan lengkap. Jadi,
saya ga perlu mengulang menuliskan lagi, sejarah awal perjalanan mereka kan?
Ya,
memang unik juga. Mereka ternyata bisa bertahan hingga masuk tahun ke lima.
Dengan sudah merilis album baru juga, di tahun kemarin. Tambahan dari Trie
Utami dan Indra Lesmana lagi, bahkan kayaknya jumlah gigs ataupun jadwal mainnya mereka saat ini, sudah lebih banyak
dari masa jaya mereka dulu!
Pada
persis penghujung banget Februari kemarin ini, Krakatau tampil lagi di depan
publik Jakarta. Tempatnya adalah di main-stage
Rolling Stone Cafe. Mereka saat ini memakai nama Krakatau Reunion.
Ini
untuk membedakan dengan Krakatau, versi ethnic
atau world music, yang dipimpin Dwiki
Dharmawan dan Pra Budi Dharma yang sejauh ini juga masih ada. Sementara
Krakatau Reunion, tetap setia dengan format musik fusion mereka. Jazz, sedikit
rock, berbau pop.
Pop?
Yang bener ah? Mereka tetap mempertahankan suasana pop yang kental memang.
Kalau diingat, dulu juga, mereka kalau di kaset album mereka, relatif nge-pop.
Sebuah siasat berkompromi dengan selera pasar. Strategi itu ternyata kan
berhasil. Mereka sukses saat itu.
Grup
jazz yang sukses jualan kaset, sampai mencapai total angka penjualan hingga 5
juta-an itu, ya hanya mereka di saat itu. Catatan sejarah yang penting itu tuh.
Dan waktu itu, kesuksesan mereka susah didekati grup-grup jazz sejenis, yang
mencoba “peruntungan” dengan menjual album kaset.
Nah
mereka kembali lagi nih. Album digarap mungkin bisa sampai 2 tahunan. Chapter One judulnya. Cover album,
format CD, sebelumnya dilombakan via media sosial. Mereka tetap dengan formasi
lengkap Prasadja Budi Dharma (bass),
Donny Suhendra (gitar), Dwiki Dharmawan (keyboard/synthesizer),
Gilang Ramadhan (dums), Indra Lesmana (keyboard/synthesizer)
dan dengan penyanyi andalan, Trie Utami.
Saat
ini, semua sudah sampai pada taraf master. Bukan lagi sekedar guru “biasa”.
Mereka juga bisa kali ya disebut, “guru besar” semua. Murid-murid mereka itu
udah bejibun jack, dan banyak yang
udah sukses. Notabene, sukses dan sudah menyaingi popularitas guru-gurunya
itu....
Kenapa
mereka mau reuni lagi? Bukankah situasi dan kondisi permusikan dewasa ini, juga
sudah berbeda dengan saat jaman ke “gemilang-an mereka dulu? Dulu itu mereka
ya, “La samba Primadona”lah. Sekarang kan jaman itu telah berganti. Nama-nama
muda lahir, bermunculan dan “menguasai” pasar musik.....
Bukan
perkara mudah sesungguhnya, untuk melakukan sebuah reuni saat ini. Apalagi,
reuni yang diniati untuk serius. Artinya, ya siap sedia untuk kembali tampil di
panggung, bukan untuk sekedar hura-hura 2 atau 3 kali manggung saja.
Sebagai
pribadi, mereka masihkah memerlukan Krakatau? Level begitu tinggi, dari
masing-masing personil, setelah 30-an tahun mereka berkiprah di musik. Masak
sih masih memerlukan Krakatau? Reuni itu ga gampang, ada resiko.... Berani
juga!
Dan
mereka tetap berkumpul lagi. Tempo hari sempat ada wacana nama mereka, Krakatau
Kembali Satu. Menghindari nama atau sebutan, Krakatau Reunion, yang terkesan
“generik”. Tapi ternyata, mereka tetap memilih kata Reunion. Mungkin karena lebih friendly
atau familiar.
Dulu
kan julukan mereka, superfusionband.
Bisa disebut sebagai supergroup fusion. Kenapa? Karena peralatan mereka, backlines yang dipakai. Bisa disebut,
kelas “premium”. Musiknyapun berkelas, so pasti.
Pendukungnya,
yaitu tata suara dan tata cahaya, juga mumpuni. Atawa, juga ditangani secara
lebih serius. Jadi saya melabeli mereka, ya itu tadi, superfusionband. Apalagi
penampilan panggung mereka, lumayan menyengat dan ada selipan aksentuasi
kerasnya, pada soundnya.
Nah
sekarang, bagaimana? Kalau melihat dari konser mereka kemarin di Kemang itu,
jelas saja mereka tetap layak disebut sebagai nama yang “super”. Paling tidak,
pada penampilan dengan alat-alatnya masing-masing, kwalitas permainan.
Namun
ada yang berbeda saat ini. Kemarin itu, mereka memang ya sudah...2017. Tampilan
Krakatau format Reunion ini berbeda. Terus terang, kalau buat saya, sudah tak
lagi “terlalu bergemuruh” musiknya.
Relatif
lebih nyaman didengar. Light and crispy.
Wide sound memang. Tapi tak lagi
terlalu keras. Suasana rada rock dulu, terutama lewat gebukan drums dan
lengkingan gitar, menjadi relatif lebih “dewasa”.
Etapi,musiknya
tetap “ga begitu gampang dicerna”. Maksudnya tepatnya sih,kalau didengarkan
atau dinikmati, kesannya rileks, nyaman, santailah. Tapi saya yakin, kalau
dimainkan sih, ya tetap tingkat kesulitannya relatif tinggi lah. Ini kan yang
main, “dewa-dewa” dengan jam terbang ekstra tinggi....
Lagu-lagu
terbaru mereka, dari album Chapter One-nya dikeluarkan, dan mengisi sekitar
setengah dari playlist yang mereka bawakan.
Mereka menyelipkan di ataranya, ‘Aku Kamu Kita’, ‘Cermin Hati’, ‘Family’, ‘Mata
ke Mata’. Termasuk juga lagu, ‘Moon Stone’ yang instrumental.
Lagu-lagu
baru mereka nyaman. Memang poppish.
Ga beda jauh kok dengan apa yang mereka mainkan di album-album mereka dulu di
era 1980-an itu. Pada pilihan musik, terus terang ga terlalu terasa adanya
perbedaan yang signifikan. Masih bersuasana Krakatau yang dulu..
Mereka
kemarin lantas tetap mengobati kerinduan penonton, dengan membawakan, ‘Haiti’.
Juga, ‘Gemilang’, ‘Kau Datang’, ‘La Samba Primadona’. Mereka juga membawakan,
‘Seraut Wajah’, lagu lama mereka. Salah
satu lagu mereka yang bersuasana “new
wave”, dan mereka mainkan ulang dan masukkan dalam album mereka yang baru
itu.
Bagus
juga sih. Supaya, penggemar mereka dulu juga tak terkaget-kaget dibuatnya kan? Comfort zone mereka? Bisa ya, bisa
tidak. Mungkin itulah salah satu siasat mereka, dalam merebut kembali atensi
pasar
Pasar
ya, artinya tetap lebih lebar dan lebih luas, dari sekedar merangkul lagi penggemar-penggemar
lama mereka. Iya dong, begitu keluarin album, mereka kudu mengembangkan lagi
pasar mereka, agar eksistensinya kembali dapat lebih terasa.
Mereka
memang perlu untuk bisa “bertumbuh dengan baik dan benar”, di pasar sekarang.
Syukur-syukurlah, ada penggemar-penggemar baru yang datang, menyukai musik
mereka. Normal kok kalau di sisi itu.
Kalau
misalnya pilihan mereka adalah, tak hendak meninggalkan ataupun melupakan para
penggemar lama mereka, itu bisa dipahami. Toh biar bagaimanapun,kejayaan mereka
dulu itu adalah bukti, yang sukses merangkul banyak penggemar. Dan sebagian
besar penggemar mereka dulu, rasanya tetaplah jadi penggemar utama mereka saat
ini. Krakatau berenam, tentunya harus memahami itu dan...menghormatinya.
Musiknya
sendiri, secara keseluruhan, terutama di albumnya itu, tetap diupayakan
kekiniannya. Ada kok kebaruan pada pilihan soundnya, itu yang utama. Tapi bentuk lagu dengan musiknya, memang asli
mengingatkan pendengarnya pada jaman keemasan mereka di 1980-an.
Namun
biar bagaimanapun mereka berenam adalah figur-figur penting banget di dunia
musik Indonesia. Ya guru, malah guru besar lah. Ya master. Ya apa lagi,
pendekar? Level mereka sedemikian tinggi.
Tinggal
perkara jualan album nih. Apakah pendengar atau penggemar baru, bisa dirangkul
dengan tingkatan level mereka yang sudah sedemikian tinggi itu? Harus dicoba
dulu, tak bisa berhenti hanya menganalisa dan berandai-andai.
Karena
pasar musik di sini kan unik. Terlalu unik. Yang istilahnya, “ga becus nyanyi
dan main musik” saja, asal punya hits
ealaaaa bisa tetiba melambung ke awan! Gegara sebuah hits, mereka bisa populer,
punya penggemar, digila-gilai. Publik tak terlalu ambil pusing, mereka bagus
atau tidak sebagai penyanyi dan musisi.
Krakatau
Reunion, berhadapan dengan sikon pasar seperti itu sekarang. Setelah 30-an
tahun setelah kesuksesan mereka, mereka kembali lagi. Dengan serius tentunya.
Tetapi menghadapi pasar heterogen, anak-anak muda, yang saya lihatnya sih,
susah untuk loyal dan fanatik.
Kalau
saya pribadi, tetap saja Krakatau format Reunion ini penting. Bersyukur
bahwasanya mereka bisa hadir lagi, memeriahkan panggung-panggung musik.
Mengobati kerinduan. Akan suasana musik keren 1980-an.
Tapi
lebih penting lagi, memperkaya khasanah musik Indonesia kita ini. Masih ada musik-musik bagus dan keren, yang
mungkin tak lagi semata-mata ukurannya populer atau tidak, tapi jelas menghibur
juga. Saya sih suka, dan selalu suka dengan mereka.
Jangan
dituduh subjektif lho. Karena saya memang secara personal, dekat dengan mereka
berenam. Lepas dari kedekatan itu deh. Dari dulu, memang saya jujur deh ya,
fans mereka sih!
Saya
berpikir, andai saja para musisi dan penyanyi bisa menjadikan mereka referensi
bagaimana bermusik dan nge-band
dengan benar? Ahay! Terlalu serius ya? Ga juga sih, serius kan boleh toh tetap
asik.
Well I know exactly,
penulis musik kagak boleh subjektif. Tak lupa kok. Tapi rasanya, kalau
menganggap grup model Krakatau (Reunion) ini masih punya “taji”, eh ayam jago
kaliiii, yaaa masak sih ada yang mau menyanggah?
Pada
hari ini ya, sudah tak lagi penting nih, mereka tetap super atau tidak lagi.
Mereka kan tetap saja penting. Sudah ada dalam catatan sejarah. Pencapaian
penjualan album barunya, kelihatannya bukan lagi jadi target utama.
Iya
dong, bagus sih kalau albumnya laris manis. Tapi penampilan panggung mereka itu
lho, ah tetap memberikan kesegaran dan...inspirasi lah! Mereka sejatinya memang
grup panggung. Dan sejarah sudah membuktikan, merekam dengan sangat baik,
mereka memang salah satu grup panggung terbaik.
Adalah
juga peran vital bingits dari menejer
mereka, yang lebih sebagai “bapak angkat” mereka berenam, Donny Hardono. Yang mana, kali ini juga bertindak sebagai executive
producer untuk album Chapter One.
Donny
yang juga menyatakan, Krakatau dari dulu
sampai sekarang sound engineer nya
tak pernah berganti, tetap satu. Ya, Donny Hardono, salah satu penata suara
terbaik di Indonesia sejak 1980-an. Hehehehe, Rolling Stones atau Genesis, atau
Chick Corea & Elektric Band aja kalah lho!
Donny
ini yang kini memimpin mereka, dengan “kebapakan”nya. Dibantu oleh Rully
Fabrian, suami dari Trie Utami. Dan Donny juga memotivasi keenam Krakatau menyegerakan
rampungnya album baru mereka. Lantas memilih strategi penjualan secara indie
sepenuhnya, menyiasati situasi dan kondisi pasar musik yang lagi tiada menentu
saat ini....
Sukses
untuk Krakatau Reunion. Panjang umur serta mulia..... Ditunggu chapter-chapter berikutnya..... /*
1 comment:
Krakatau Band - La Samba Primadona (HQ)
https://www.youtube.com/watch?v=TZsE8djuzHU
Post a Comment