Setelah
beberapa chapter dalam kehidupan ini
dilaluinya. Dengan kesadaran. Dan ia nikmati dengan sebenar-benarnya. Maka kini
ia merasa, ia telah siap memasuki the
next chapter....
Jadi,
titik ini bukan sekadar ia melakukan come
back. Kembali ke dunia, yang pernah menjadikan ia begitu tersohor, padahal
di waktu ia sejatinya belumlah memahami banyak hal. Saat itu, tetiba ia seperti
terjatuh di tempat yang tak disangka-sangkanya.
Ya
begitulah, ia menikmati hidupnya. Menikmati perjalanan hari demi hari
kehidupannya. Semuanya disyukurinya. Semuanya memberikannya kebahagiaan.
Membuat hidupnya lebih berarti.
So, Look at Me. Here
I am now, with all of my happiness in life? Buatnya,
hidup ini patut disyukuri. Dan salah satu cara ia mensyukuri segala nikmatNYA,
pada hari ini adalah, ia kembali bernyanyi.....
Siap
ga siap, mas. Begitu kenangnya, ia tersenyum lebar sambil menatap jauh ke
depan. Ia tak terlalu merencanakan, bahwa ia akan menyanyi lagi. Kembali ke
dunia yang telah lumayan lama ditinggalkannya. Ia merasa, sudah tak lagi
mengakrabinya. Ada kegamangan, untuk disebut sebagai, kembali?
Waktu
masuk studio rekaman, ia sempat ragu. Berpikir beberapa kali. Lalu menyanyi.
Ngobrol dan diskusi. Menyanyi lagi. Ngobrol lagi. Meyakinkan dirinya dan
sekaligus, meyakini produser musiknya. Apakah ia memang siap?
Roedyano Wasito,
bassis dari grup musik fusion terkemuka, Emerald
BEX. Ia adalah produser musiknya. Bukan orang jauh. Ia adalah kakak iparnya.
Roedy lah yang meyakini dirinya, bahwa ia siap mencoba memberi jalan untuknya
muncul lagi.
Tapi
kembali tampil, karena memang waktunya. Demi kebahagiaan semata. Bukan karena
ia membutuhkan. Bukan karena ia kepengen banget. Karena ia rindu? Kembali ia
melempar senyum. Mas, saya merasa ya ini mungkin saatnya kembali...
Tak
ada niat terlalu muluk. Tak ada pretensi macam-macam. Ya pokoknya, saya hanya
pengen menyanyi lagi saja. Mampukah saya? Itu mungkinlah kegalauannya, saat di
dalam studio, mencoba bekerjasama dengan iparnya sendiri. Yang nampaknya sabar,
untuk memberikan waktu, tempat dan jalan buatnya.
Musik
dari lagu itu sepenuhnya dari Roedyanto, begitu ceritanya. Roedy lah yang
menentukan dan menyiapkan lagunya. Dengan musik seperti itu. Buat Roedy, ia memang
menyiapkan sesuatu yang mungkin relatif berbeda, dari yang ia bayangkan sendiri
sebelumnya.
Ia
telah bahagia dngan hidupnya. Hidup bersama suami yang mencintainya sepenuh
jiwa dan ia pun mencintainya sungguh-sungguh. Dengan putra dan putrinya yang disayangi
dan menyayanginya pula. Mereka memberi support, at least seperti memberi perkenan kepadanya.
Ia
bercerita, anakku yang sulung malah bilang, kenapa baru sekarang? Saya haya
menjawabnya dengan senyum. Waktu yang membuatnya dan menggiringnya. Membawanya masuk studio lagi, mencoba
menyanyi. Mencoba lagi, menikmati sebuah lagu, untuk bisa dinyanyikannya
sebaik-baiknya.
Ia
telah menyadari sepenuhnya, ia kembali, karena memang sudah waktunya. Ia juga
telah menyiapkan diri, dalam hal ini secara mentalnya, bahwasanya ia mungkin
kembali hanya untuk beberapa waktu saja. Kalaupun memang, hanya untuk muncul
lagi dalam waktu sangat terbatas, misalnya 2 atau 3 tahun. Ya saya sudah siap
kok mas.
Makanya
ya, lanjutnya, ia pernah secara becanda bilang ke putra sulungnya, ya dia
menyanyi lagi mungkin juga hanya untuk beberapa tahun saja. Ia bilang, ia sadar
kan sudah berumur juga. Sudah jadi ibu-ibu pula. Dan anak-anaknya, menurutnya,
hanya tertawa saja.
Lucunya,
memang putra sulungnya bilang, mengapa tidak dari beberapa tahun lalu saja,
untuk kembali menyanyi? Artinya, waktunya jadi relatif panjang. Anaknya yakin,
ibunya masih bisa menyanyi. Tapi saat itu, ia hanya memberi senyum lebar saja
kepada anaknya itu. Ya ga tau ya, memang waktunya ukan tahun-tahun kemarin,
baru datangnya sekarang ini....
Ia
menegaskan, sembari meyakini dirinya sendiri, bahwa ia hanya ingin kembali.
Tanpa bertujuan terlalu tinggi, atau terlalu muluk. “Kalau saya bisa
kembali,dan ternyata bisa diterima publik, itu sudah kebahagiaan luar biasa
buat saya. Karena ya untuk hari ini, saat ini, sesungguhnya saya masih belum
terlalu yakin betul, apa saya masih bisa menyanyi lagi. Dan bisa diterima masyarakat?”
Well,
seperti kita ketahui bersama, memang Helli pun juga udah tiada. Setahun setelah
dibikin lagu, dan ternyata meledak luar biasa tak terkira itu, Helli meninggal.
Itu cerita yang benar, dari seekor anjing pekingese
lucu, berbulu putih yang lincah dan ceria. Jadi, cerita Helli, dengan segala kejayaannya di 1975-an itu sudah berlalu. Jauh
berlalu.
Itu
cerita manis hidupnya. Bagaimana sang ayah, Nomo Koeswoyo, secara tak sengaja menemukan bakatnya. Ketika sang
ayah mengerjakan jingle iklan sebuah
pasta gigi, ia meminta sang putri menyanyikan lagu tema iklan tersebut. Pas
selesai direkam, lho ayahnya mendengar suara anaknya, nyengek tinggi melengking dan kesannya komersial.
Karena
sound engineer studio Yukawi juga
menyetujuinya, maka ayahnya langsung menyiapkan proses rekaman. Berlangsung
singkat saja. Hasilnya? Memang luar biasa. Album itu sukses besar. Dianggap
lagu anak-anak yang pas betul, lirik sederhana, mudah diikuti, mudah dipahami
anak-anak. Menurut bapak AT. Mahmud,
penulis lagu anak itu, lagu anak berhasil kalau anak-anak ketika mendengar lagu
itu, tubuhnya bergoyang mengikuti lagu tersebut.
Kesuksesan
Helli, dilanjutkan Si Paul. Berlanjut dengan Turut Kata Papa dan Mama. Semuanya relatif sama suksesnya. Iapun
langsung dikenal sebagai penyanyi anak-anak paling populer. Ia memang pelopor
penyanyi anak-anak, yang menghasilkan album rekaman dalam pita kaset.
Kesuksesannya,
menimbulkan gelombang baru, penyanyi anak-anak, yang lantas menyusul keluar.
Tapi terus terang, kesuksesan Helli itu, sulit ditandingi oleh penyanyi cilik
manapun. Bahkan kemudian, oleh dirinya sendiri, sebagai penyanyi asli album
Helli yang berisikan 11 lagu itu.
Bahkan
adknya sendiri, Helen Koeswoyo,
menyusul dirinya menjadi penyanyi cilik berikutnya. Juga sepupunya, Sari Yok Koeswoyo. Mendekati akhir 1970
sampai awal 1980-an, lahirlah para penyanyi cilik. Itu karena Helli? Bisa
jadi.... Helli membuat trend baru!
Ia
memang sukses luar biasa. Ia bercerita, karena albumnya sukses ia sampai bisa
membeli mobil sendiri. Kemana-mana ia diantar oleh mobilnya itu. Gaya deh ya
waktu itu, ia bercerita sambil tertawa. Tapi pernah satu ketika, mobil terpaksa
dilego. Orang tuanya mengalami masalah finansial, mobilnya terpaksa
“dikorbankan”.
Tetapi,
kenangnya, ia tak lantas menjadi kaget atau sedih kehilangan mobilnya. Tak apa
kok, akhirnya pulang pergi ke sekolahnya ia menumpang motor saja. Suka ada
penggemarnya saat itu heran, kok dia naik motor saja? Menurutnya, ya dia hanya
melempar senyum, tertawa dan melambaikan tangan saja kepada fansnya yang rada
kaget melihatnya menumpang sepeda motor.
Pada
perjalanan kemudian, tercatat ada lebih dari 30-an album anak-anak yang
dihasilkannya, bersama sang ayah, Nomo Koeswoyo. Juga termasuk album duetnya,
dengan penyanyi cilik sukses lain, Adi
Bing Slamet, diedarkan pada 1978. Yang notabene, Adi muncul belakangan
setelah dirinya.
Catatan
album sebanyak itu tentunya adalah rekor tersendiri. Menjadikannya penyanyi
anak tersukses, sekaligus terbanyak album rekamannya. Tak ada yang menyamai
rekor itu, bahkan sampai saat ini. Bangganya ya? Ia hanya tersenyum dan bilang,
sungguh lho ga menyangka sampai segitunya.
Menurutnya,
itu adalah sebuah chapter dalam kehidupannya. Saat dimana ia menjadi penyanyi,
tanpa direncanakan sebenarnya, sebelumnya. Penyanyi cilik yang sukses. Kalaupun
ia mungkin merasa bangga, ia sendiri merasa tak menyadari kebanggaan seperti
apa sebetulnya. Karena ia masih anak-anak.
Ia
tak lantas berubah. Karena segala sesuatunya, tetap saja dijalaninya biasa
saja. Ia misalnya kan, tetap bersekolah biasa, setiap hari. Bergaul ya dengan
anak-anak seumurannya, tak dipilih-pilihnya.
Dan
lihat saja, ia bahkan tak hanya menghasilkan album rekaman, ia juga lantas
menjadi aktris cilik. Antara lain ia main di film Chicha, diedarkan 1976. Lalu
dengan Adi Bing Slamet, Itu saat ia masih anak-anak.
Foto dari gooling |
Saat
remaja, ia bermain di film Gejolak
Kawula Muda, bersama Rico Tampatty dan Ria Irawan. Masih di tahun sama, ia
juga membintangi Idola Remaja.
Kembali bersama Rico Tampatty dan ada juga, Ekky Soekarno.
Dan
kalau masih pada ingat, dari kedua film itu juga, ada album soundtracknya. Gejolak Kawula Muda
dengan Nomo Koeswoyo juga. Dimana lagu ‘Gejolak Kawula Muda’ menjadi hits-nya.
Lagu itu arya Nomo Koeswoyo dan Lesmana.
Ada
10 lagu di dalam album itu. Dan 9 buah lagu lain, adalah karya Tony Koeswoyo, yang adalah pamannya.
Album ini lumayan sukses, mengikuti kesuksesan filmnya yang berisikan trend breakdance yang tengah menggila di era
itu. Film tersebut diproduksi oleh Rapi Film.
Kalau
Idola Remaja, dengan Ekki Soekarno, yang didukung Jimmy Paais dan Dodo Zakaria.
Album ini cukup mengejutkan sebetulnya, karena ia berani “menerima tantangan”.
Yaitu, mencoba ngerock! Untungnya, ia tak lantas membuat suaranya “memaksakan
diri” untuk teriak parahu, serah-serak gitu. Ia memilih, menyiasatinya dengan
menaklukkan lagu-lagu rock itu dengan mengambil falsetto.
Lagu
‘Idola Remaja’ sebagai hits utama, adalah karya bersama Dodo Zakaria dan Deddy
Dhukun. Ada pula lagu, ‘Dari Waktu ke Waktu’, yang dibuat oleh Ekky Soekarno
dan Jimmy Paais. Lagu lain, ‘Gerbang Negeriku’, yang juga dibuat bareng Ekki
dan Jimmy. Selain itu, ada 6 lagu lainnya.
Ia
juga sebelumnya, sempat menghasilkan selftitled
album di tahun 1983. Dimana sisi musik ditangani Candra Darusman. Ada
lagu-lagu yang cukup dikenal saat itu, ‘Rinduku’ karya Adjie Soetama. Lalu,
‘Bersamanya’ yang ditulis Deddy Dhukun. Dan lagu, ‘Adikku’, yang ditulis oleh
Candra Darusman..
Iapun
menyebut, usai film-film tersebut, dan album musik remajanya, ia memang
memasuki chapter berikutnya dalam hidupnya. Ia lantas memasuki mahligai rumah
tangga, dengan pria pilihannya. Itu juga chapter dalam hidupnya, yang ia sangat
nikmati. Ia jalani dengan kesadaran sepenuhnya.
Ia
sadari bahwa ia memerlukan perhatian penuh terhadap suami, lalu anak-anaknya
yang dilahirkannya. Sehingga ia memang memilih, memasuki sepenuhnya kisah
hidupnya menjadi istri dan ibu rumah tangga tersebut. Halaman berisi kisahnya
menjadi selebriti, sudah ditinggalkannya waktu itu.
Dan
inilah dia sekarang. Lumayan lama juga penantiannya. Lebih dari 30 tahun! Ia
telah kembali. Seperti harapnya, semoga diterima dengan baik oleh publik. Mirza Riadiani Kesuma, begitu nama
lengkapnya. Kelahiran Jakarta, 1 Mei 1968. Istri dari Andi Indra Kesuma. Ibu
dari Andi Rahmat Aqil Kesuma dan Andi Kinaya Putri Kesuma.
Selamat
datang kembali, CHICHA KOESWOYO!
Bernyanyilah..... Dan semuanyapun bergembiralah. /*
3 comments:
Sukses...mengobati para penggemar yang pernah menggemarinya
Sukses...mengobati para penggemar yang pernah menggemarinya
Cara bercerita bung dion asyik.. mengalir lacar sampai selesai. Gaya penulisan yg sudah tidak ada lagi di majalah dan koran sekarang. Salut Bung!
Post a Comment