Pertama-tama,
trims berats guys, karena sudah
mempercayakan acara konser ini untuk saya pimpin. Saya tangani. Sedari awal
sudah saya nyatakan kesiapan saya. Dan janji nih, wuidiiiih udah kayak cagub aje, bahwa saya akan bekerja
sebaik-baiknya. Untuk “melayani” dengan maksimal kedua band yang akan tampil
nanti.
Nah
kepercayaan kedua band, untuk mendaulat saya menjadi show director itu, saya pikirkan baik-baik terlebih dahulu. Kerja
sebaik-baiknya, kudu ada perinciannya. Yoih, harus menyiapkan konsep tertentu,
biar konser ini sedap, enak, nyaman dan ngenakkin
semua yang ada. Ya penonton, itu terutama. Ya, yang punya tempat. Dan tentu
dong, kedua band yang bakal tampil.
Ini
konser kecil sebetulnya. Tapi ada tantangan serunya. Bagaimana mengemas
penampilan kedua band rock, dengan karakter musiknya masing-masing, menjadi
menyenangkan untuk ditontonnya. Dalam hal ini, saya lebih suka menyebutnya,
harusnya bisa nikmat ditangkap mata dan asyik ditangkap telinga. So, penonton
bakalan betah dah jadinya. Setuju ga?
Konsep
itu masih ditambah, acara konser akan digelar dalam rangka hari ulang tahun venue, tempat konser akan dilangsungkan.
Yes, Hard Rock Cafe, venue konser itu, pas betul bakal ngerayain tahun
ke 3 mereka berdiri.
My personal homework
itu gini, well kedua band saya tahu persis asyik banget. Saya beruntung telah mengenal mereka lebih
dalam. Kerapkali menyaksikan langsung penampilan mereka masing-masing, di
berbagai gigs di macam-macam tempat. 2
kelompok musik rock ini terus terang saya suka! Kan katanya, kudu cinta dulu,
harus suka dululah, biar enak jalaninnya.
Yang
satu TKJ alias The KadriJimmo. Musiknya bertenaga. Bukan menjerit-jerit, tak
terlampau memekakkan telinga. Tetapi keras, bersemangat, sesekali nyelip kayak
unsur patriotiklah gitu. Marching? Ealaaaa. Bukan, anthemic maksudnya. Bergemuruh gitu, bunyi dan suasananya..
Sementara
SOG alias State of Groove, musiknya rame dan seru. Rock dengan intensitas
rocknya sedikit lebih keras dari TKJ. Tapi rocknya ngegoyang, sanggup bikin
penonton tuh “gelisah” untuk hanya duduk atau berdiri diam-diam saja. Modern
rock n roll, dengan sentuhan juga ada rada atau agak hip metal, walau tanpa ada rap.
Groovin’rock!
Analogi
yang saya pilih tuh gini, yang satu itu para profesional. Kantoran, berdasi
dong. Klimis, wangi maskulinlah. Metroseksual? Ga tau deh, iya kali ya. Baju
licin, berblazerlah, sukanya dengan
dasi warna terang, celana bahan tebal dan eits
sepatu model boots, coy.
Nah
yang satunya itu gambarannya adalah, baju licin, berdasi bercorak seru, juga
warna-warni terang. Tapi lebih suka pakai jeans.
Sepatunya eh sama, lebih doyan rada boots juga. Kesannya lebih cenderung ke art. Sementara yang satunya, yang di
atas itu, lebih ke bidang kayak banks
atau apa sih, properties. Hehehe, itu
sih analogi saya tentang TKJ dan SOG itu. Ga ada yang suka model army looks ya?
So,
itulah dasar pemikirannya. Gimana mereka, dengan karakter gaya khasnya masing-masing
serta musiknya sendiri-sendiri itu, dihidangkan dengan “sempurna” ke penonton
mereka nanti. Yang jelasnya adalah, pasti deh, penontonnya tuh heterogen. Belum
tentu mereka suka-suka amat sama rock! Dan, oho lebih serunya tuh, belum tentu
banyak dari antara penonton itu tahu bener apa dan siapa TKJ dan SOG! Hahaha. Pe-er bener!
Sorry guys, so far,
nangkep kan isi tulisan saya ini? Paham ga, apa yang telah saya tuliskan di
atas itu? Hehehehe, janganlah nyengir. Sudah hisap rokokmu, kalau merokok. Sruput
lagi kopinyalah. Kalau nikmatilah lagi, teguk lagi aja, bir mu? Cukup bir saja?
Yoih,
ini cerita saya sih. Bukan semata-mata soal review
konser saja. Memang lebih sebagai mengungkapkan cerita “di balik panggung” gitu
deh. Dari acara yang bertajuk cukup menggelitik itu, White Collar Rock! Oh ya, title
itu didapat dari hasil diskusi santai, ngemeng-ngemeng
ngalor ngidul saya sama Kadri, itu juga via whats-app
kok. Rock yang lebih modern, masa kini, asyik tapi rada mature sih. Eh Kadri nyebut White Collar Rock itu, saya langsung
setuju. Naaaaah, pas banget tuh, bro! Bungkus dah.
Kadri
memang yang punya inisiatif awalnya. Kepengen ia bisa manggungin grupnya itu
TKJ. Tapi di konser, yang lebih kecil tapi tetap seru sekaligus lebih intim.
Kitapun lalu diskusi, kayak apa bagusnya. Konser berdua aja, kayaknya seru. Dua
band saja cukup. Nah Kadri langsung menyebut juga, TKJ sama SOG nya Emil dan
Ariyo itu ya?
Wah,
boljug bro. Keren juga tuh.
Hayooolah. Langsung kontak Emil. Dan bak gayung bersambutlah. Emil lalu juga
Ariyo, menyambut hangat tawaran tersebut. Konser bareng TKJ dan SOG, kenapa
tidak Let’s go, brothers. Begitulah kira-kira respon sangat positif dari
kubu SOG.
Jawaban
mereka kan aslik, berasa groove nya kan? Pas lah dengan nama
mereka, State of Groove. Hehehehe. Ya sepakat. Cari tempat. Iseng kontak kiri
kanan. Eh ketemu Hard Rock Cafe. Kebetulan Hard Rock Cafe juga tengah merancang
konser perayaan hari ulang tahun ke-3 nya. Mereka berencana bikin pas program
rutin mereka saban Senin malam itu, I
Like Monday.
Hard
Rock Cafe pun lantas tertarik untuk mengundang TKJ dan SOG memeriahkan HUT ke 3
mereka tersebut. So begitu deh, singkat cerita, sampailah di Senin 5 Desember.
Kejadian deh acara itu tuh. Proses persiapan, termasuk nega-negonya, relatif
pendek. Sekitar 2 bulanan lah.
Bersyukurlah,
kemudian ada Donny Hardono, dengan DSS Sound nya yang bersedia mendukung.
Mereka akan menyiapkan peralatan tata suaranya, lengkap dengan backlines, berupa band equipment serta amplifiers
yang diperlukan.
Dan
ah lantas ada sahabat lama saya, Lemmy
Ibrahim yang kini juragan tata cahaya, LemmonID..
Eh Lemmy juga bersedia lho ikutan mendukung acara tersebut. Wah, bakalan pas
betul nanti, sound enak dan lighting seru! Klop! Bungkussss buruan....
Dan
akhirnya, syukurlah, semua bisa berlangsung dengan lumayan baik dan lancar.
Mulai dari tahapan loading, persis
mulai jam 00.00 di 5 Desember itu. Pasang panggung tambahan, loading dan
langsung plotting lampu. Saya
temenin, saya ikutan deh atur titik plotting, setelah diskusi dulu apa yang
saya pengen dari lighting itu. Kemudian disusul masuknya sound system.
Bikin
saya tekor bener jam tidurnya. Tapi ah sudahlah, seru dan menyenangkanlah. Yang
penting hasil bisa maksimal kan? Jam tidur gimana ga tekor, lha jam 07.30 pagi
sudah harus sound check! Hahahaha....
Jadinya, tidur di Hard Rock Cafe dong? Ada kali, mata terpejam barang 15
menitan saja. Nayamul, bray...
Then,
ok the show about to begin. Pas lewat jam 19.00, semua bisa dibilang sudah ready on position. TKJ masih sibuk
menikmati makan dan diskusi di pojok kanan teras Hard Rock Cafe, di areal dekat
lobby selatan mall megah, Pasific Place itu.
Sementara
itu, SOG sendiri sudah berkumpul, tapi di sisi sebelah kiri. Persis banget
dekat dengan merchandise-shop nya
Hard Rock Cafe. Satu persatu mereka sudah berdatangan. Ikut berkumpul, beberapa
sahabat baik. Merekapun ngeriung
deh...
Saya
tuh diorder tegas dan yakin, oleh Kadri. Mulainya pas 19.45 lah, jangan
kemaleman. Nanti penonton kan besoknya pada mau kerja, bisa-bisa show belum
selesai udah pada pulang lagi. Saya senyum saja, ok commander! Ga perlu
nunggu-ngungguin siapapun ya, kita mulai pas 19.45 kan? TKJ please be ready.
TKJ
sih sudah ready, semua all set and clear. Tapi toh akhirnya, yaaaa salam deh.
Mulainya juga sedikit lewat 20.00 wib. Telatlah. Kadri masih sibuk wara-wiri
menemui penonton-penonton yang adalah teman-teman dan koleganya. Memang TKJ itu
diplot untuk tampil sebagai pembuka.
Mendekati
20.00 wib, saya sudah meminta Indrawan
Ibonk untuk memulai acara. Ibonk ini tugas rangkap. Mercenaries, emang kudu siap cem-macem penugasanlah. Ia jadi
assisten show director, yang sekaligus assisten stage manager gitu. Dan ya jadi
MC, tapi voice-over.
Eh
asal tahu saja, show beginian, ah cuman dua band ini, yang jadi seksi repot
untuk acara dan stage, ya hanya saya dan Ibonk! Keren kan ya? Hahahaha. Berdua
doang. Kalau di tim pelaksana itu, ada dukungan juga dari Tyas Yahya, yang bertanggung jawab untuk tiket dan undangan. Tyas
dibantu pula oleh Harjuni Rochayati. Udah segitu aja yang kerja mendukung acara
ini.
Oh
ya, ada juga bantuan Lesa, biasa juga dipanggil Pao. Cewek manis ini sebetulnya
tim produksi SOG. Dia dimintain bantuan untuk menolong sisi multi media. Itu
hanya jalani saja video, itu hanya 1 dari TKJ. Pas di depan, pembuka showtime mereka. Toh memang Lesa akan
bertugas juga untuk SOG, yang menyiapkan 3 video, yang akan mengiringi
penampilan merek nanti.
Dan
begitulah, pesta rock itupun dimulai! TKJ itu adalah ya Kadri Mohamad dan Jimmo “putra-petir” sebagai vokalis. Sebagai gitaris adalah Noldy Benyamin Pamungkas. Untuk
bassnya, Soebroto Harry Prasetyo. Eh
Broto juga ulang tahun lho kemarin itu, di hari yang sama! Dan pada drums ada, Hayunaji. Satu member lain TKJ, pada
keyboard adalah Popo Fauza.
Merekamembuka
penampilan,lansung menggebrak dengan, ‘Energy Cinta’. Dilanjutkan dengan, ‘Manies’,
ya dengan lirik yang manis-manis menggelitik gimanalah gitu. Kemudian lagu
lainnya, tetap karya mereka sendiri, ‘Lelaki’. Judul sebenarnya,kabarnya sih
adalah, ‘Lelaki Amanah’.
Pada
nomer selanjutnya, mereka memanggil naik bintang tamu. Ada Mian Tiara, vokalis. Lalu Windy
Setiadi, akordion. Serta Chiko,
yang memainkan gitar akustik. Lagunya, ‘Bertiga’.Tapi di sisi depan kan mereka
berlima tuh? Yoih, emangnya kalau lagu judul Bertiga, jadi yang main di depan
hanya bertigaan aja?
Bertiga
itu selesai, lalu dibawakanlah lagu mereka yang lain, yang masuk di album
kompilasi Indonesia Maharddhika, ‘Srikandi’. Masih tetap didukung Mian Tiara
dan Windy. Sementara Chiko kemana? Mungkin ke kamar mandi saja....
‘Tak
Terkalahkan’ adalah lagu yang mereka bawakan kemudian. Disusul dengan, ‘Istriku’,
lagu yang juga liriknya menggelitik dan unik. Lagunya menyentuh kaum perempuan
nih, kata saya. Iya dong, jawab Kadri. Kan judul dan temanya bukan....’Istrinya’.
Istri orang lain maksudnya. Jiaaaaaah!
Usai
Istriku yang “mengharukan”, ada Bonita, guest star lainnya. Bonita dapat tugas
maha berat, begitu akunya. Membawakan lagu fenomenal, ‘Badai Pasti Berlalu’. Wah,
lagunya aduuuuuh.... Seru Bonita! Doain aku lancar ya....
Bonita
relatif lancar dan okeh menjalankan tugas menyanyikan lagu karya Erros Djarot
dan Yockie Suryoprayogo, yang dipopulerkan Berlian Hutauruk itu. Usai Bonita,
ganti Andy /rif naik panggung.
Lagunya, ‘Laron Laron’, yang hits 1980-an milik Makara. Makara kan ya grupnya
Kadri dulu.
Dan
sebagai lagu pamungkas, TKJ membawakan, ‘Tanah Sang Pemberani’. Ini juga karya
sendiri, dan Andy /rif tetap juga ikutan menyanyi. Lagunya rame dan penuh
vitalitas, penambah darah dan tenaga. Multi vitamin dong?
Selesai
deh TKJ menjalankan kewajibannya beraksi. Panggung buru-buru disiapin untuk penampilan
SOG! Antara lain, peralatan keyboard harus silam. Kan SOG ga pakek pemain keyboard. Selain juga me reset perangkat drums, setingan Iyoen dan Tomo, sedikit berbeda. Mereka memulainya dengan memasang dulu video profilenya, setelah Ibonk
memanggil nama mereka.
Oh
ya, SOG adalah, Ariyo Wahab sebagai
vokal utama, itu pasti! Lalu tentunya, Emil
sebagai gitaris. Kemudian ada Djoko
Sirat, bassis. Sebagai drummer, Arastio
“Tomo” Gutomo. Dan eh, Chiko
guitarkid juga, sebagai gitaris. Seperti juga TKJ, SOG didukung pula oleh
vokal latar.
Kalau
TKJ mengundang 2 cewek manis, Devi Permatasari
dan Dewi Faradilla. Maka SOG
mengajak Mila Wardhani, yang istri
dari Ariyo Wahab. Serta ada juga Kelana
Proehoeman, yang lucunya Kelana ini juga sound engineer rekaman album SOG.
Kelana juga dikenal sebagai gitaris lho!
Dan
SOG juga tak kalah menggebrak, mereka langsung menghidangkan ‘Tahan Diri’,
karya mereka. Disusul berikutnya, ‘Bayang Bayangmu’. Mereka kemudian menyajikan
‘Maafkan’, ini salah satu hits dari
album pertama mereka yang dirilis akhir 1990-an..
Setelah
itu, lagu mereka sendiri yang lain, ‘Inilah Aku’. Selepas itu, mereka
menghadirkan dua cover songs yaitu, ‘Blood Sugar Sex Magick dan ‘Suck My Kiss’,
itu keduanya dari Red Hot Chilli Peppers. Suasana jadi hangat deh! Iya musik
mereka kan memang relatif keras, tapi masih relatif menyamankan hati, telinga
sampai rongga terdalam... Hahaha. Sedap punyalah!
Mereka punya cara seru dan keren deh, untuk memperkenalkan para musisinya. Jadi "introduction" yang panjang, terdiri dari potongan beberapa lagu, disesuaikan dengan mungkin keinginan tiap personilnya. Misalnya, Djoko bass, malah memainkan rhythm bass chop, diikuti musik dari 'Lesson in Love' nya Level 42. Ariyo Wahab dengan Rolling Stones. Kayak gitulah. Gimmick-nya pinter!
Mereka punya cara seru dan keren deh, untuk memperkenalkan para musisinya. Jadi "introduction" yang panjang, terdiri dari potongan beberapa lagu, disesuaikan dengan mungkin keinginan tiap personilnya. Misalnya, Djoko bass, malah memainkan rhythm bass chop, diikuti musik dari 'Lesson in Love' nya Level 42. Ariyo Wahab dengan Rolling Stones. Kayak gitulah. Gimmick-nya pinter!
Berikutnya,
mereka membawakan, lagu terbaru mereka, bakal jadi materi andalan album terbaru
mereka, ‘Oh Yeah’. Dan lantas ditutup oleh lagu, ‘Disko’. Yang mengajak
penonton bergoyang disko deeeeeh.... Pada goyang ga? Mungkin ada, tapi mungkin
banyak juga yang hanya goyang-goyang dikit, kekenyangan kayaknya.
Karakter
musik rock berdua, memang sih beda. Rada unik juga mempertemukan TKJ dan SOG
untuk sepanggung nih. Ya sama, ya musik rocknya saja. Etapi gini,mereka berdua
sama. Ada kesaman lainnya, ga hanya soal rock nya.
Keduanya
itu, sudah sampai pada taraf merampungkan album rekaman terbaru mereka. Sebenarnya
bisa dibilang sudah 95-an% siap untuk dirilis sih. Kenapa ga sekalian launching album? Keduanya punya alasan
masing-masing, untuk tidak menjadikan kesempatan manggung di White Collar Rock,
untuk menjadi arena launching album masing-masing.
Belum
siap sepenuhnya, itu kata Ariyo yang diiyakan Emil. hal, yang
harus disiapkan dulu agar segala sesuatunya maksimalnanti pada peredarannya. SOG
sendiri, menurut Ariyo dan Emil, memang udah kepengen banget segera bisa
merilis album mereka.
Ya
maklumlah, mereka itu barusan saja melakukan reuni lagi. Bayangin, dulu itu
mereka hanya sempat merilis satu album, yang di tahun 1999 itu. Yang kemudian,
beberapa tahun kemudian, sayang di sayang, mereka terpaksa harus berhenti
berjalan bareng. Gegara kesibukan masing-masing personilnya.
Padahal
saat itu, musik mereka dianggap potensial, dan “berbahaya” bagi scene rock di Indonesia. Rock mereka
berbeda. Karena ada suasana, “mengajak bergoyang”nya. Apalagi dulu itu, mereka
senantiasa tampil dengan kostum atau dandanan khas. Soal kostum, mereka
perhatiin betul di saat dulu itu.
Lalu
TKJ, kenapa? Menurut Kadri dan Jimmo juga mengiyakan, proses rekaman harus
betul-betul yakin sudah final. Sebenarnya harusnya sudah selesai, mereka
menargetkan bahwa di penghujung 2016, proses rekaman harus selesai. Malah album
harusnya sudah bisa dirilis.
Tapi
karena satu dan lain hal, ah bahasanya resmi betul. Yaaa, proses produksi album
TKJ ternyata belum rampung jua. Mau tak mau, mereka harus rela melepaskan
kesempatan bagus untuk launching sekalian saat konser kemarin itu.
Mudah-mudahan saja, di Desember sampai Januari nanti deh, proses keseluruhan
sudah selesai. Sehingga album ketiga mereka, siap untuk disebarluaskan ke pasar
musik.
Album
tersebut nantinya adalah berbentuk full
length album. Dimana mereka sesungguhnya, sudah mengawalinya dengan EP atau
mini alBum sebagai awal, dirilis pada Oktober 2015 silam. Harusnya sih,
maksudnya idealnya, tak lebih dari 6 bulan kemudian full albumnya sudah bisa
dirilis....
Itu
saja kesamaan mereka ya? Eits, tunggu dulu kawans semua. Jangan buru-buru ambil
kesimpulan. Karena coba telisik dari para members kedua band ini. Gitaris
mereka itu, Noldy dan Chiko, bisa dibilang sih, “stali tiga uang” atawa “sebelas-dua
belas” deh. Kesibukannya, dengan berbagai bentuk proyek musik lainnya, astaga!
Bisa-bisa 7 hai dalam seminggu itu, masih kurang.... Seminggu, harusnya berapa
hari dong?
Kalau
menurut saya, sisi lain yang hampir mirip dari mereka berdua adalah pada
kemampuan musikalitas personilnya. Bisa dibilang, seluruh personil dari
masing-masing grup rock itu, berjam terbang ekstra tinggi. Mereka musisi yang
kemana-mana, main di banyak proyek, rekaman, show. Grup mereka itu, memang
bukan hanya TKJ dan SOG doang lhoooo.
Alhasil,
aha mereka berdua tuh, bukanlah grup rock biasa-biasa saja. Tinggal gimana
mereka muncul kepermukaan, dan dikenal lebih luas lagi. Dikenal luas dululah, kalau
soal hits mah itu biarlah menjadi bonus yang nikmat! Yang pasti sih, potensinya gede.
Apalagi, catatan kembali, ini diulangin ya, musik mereka "lain daripada yang lain". Susah dicari pembandingnya saat ini. Rock nge-groove, tapi teteup ada rasa rokenroll yang asyiknya SOG itu, jarang ada kan? Sementara TKJ dengan apa sih sebutannya? Power-pop, atau power-prog-pop. Hihihihi, bisa jadi istilah baru, progwerp. Prog power pop!
Kalau udah menyentuh prog atawa progressive kan biasanya ya lagunya panjang-panang denganmuatan lirik yang dalem banget. Kalau TKJ memilih menyajikan yang lebih poppish,liriknya aja umum dan pop banget. Tapi memang maunyebut pop ya susah, musiknya bertenaga dan ..."ga gampang" juga.
Apalagi, catatan kembali, ini diulangin ya, musik mereka "lain daripada yang lain". Susah dicari pembandingnya saat ini. Rock nge-groove, tapi teteup ada rasa rokenroll yang asyiknya SOG itu, jarang ada kan? Sementara TKJ dengan apa sih sebutannya? Power-pop, atau power-prog-pop. Hihihihi, bisa jadi istilah baru, progwerp. Prog power pop!
Kalau udah menyentuh prog atawa progressive kan biasanya ya lagunya panjang-panang denganmuatan lirik yang dalem banget. Kalau TKJ memilih menyajikan yang lebih poppish,liriknya aja umum dan pop banget. Tapi memang maunyebut pop ya susah, musiknya bertenaga dan ..."ga gampang" juga.
Nah
jadinya, konser kemarin memang bisa menjadi jembatan, untuk mereka berdua
masing-masing melangkah lebih jauh. Merilis albumnya, lebih memperkenalkan lagi
grupnya dan musiknya, ke khalayak lebih luas.
Manggungin
mereka biar hacepppp dan penonton betah-tah, itu pe-er saya dah. Tapi perkara,
jualan musik mereka kemudian, jelas itu pe-er mereka masing-masing. Ya para
personilnya tentu saja, dengan idealnya didukung menejemen yang pas untuk bisa
memberi support optimal, bagi kesuksesan perjalanan lanjutan mereka.
Buat saya, baik TKJ dan SOG layak kok ditampilkan dengan "packaging" konser yang ideal. Tata suara bagus punya dan tata cahaya jugaada konsepnya, bukan sekedar tambah-tambahin lampu semata.. Yang nonton kemarin, mudah-mudahan pada setuju ya.
Buat saya, baik TKJ dan SOG layak kok ditampilkan dengan "packaging" konser yang ideal. Tata suara bagus punya dan tata cahaya jugaada konsepnya, bukan sekedar tambah-tambahin lampu semata.. Yang nonton kemarin, mudah-mudahan pada setuju ya.
Ngomong-ngomong
nih, apa mungkin konser bareng lagi Well guys, up to you. Both, tentu saja. Semisal, boleh
dipikirkan launching bareng, biar ada news
yang bisa diblow-up kali ya? Ah, kita serahkanlah ke semesta nan begitu lapang dan
luassssnya.
Sekian
dan terima jadi, kawans. Maaf, ini jadi tulisan yang melebar dan lebih lebar
deh. Maunya, kayak bikin film. Kan ada tuh, film lainnya, The Making of.
Hahahaha...kapan SOG dan TKJ bikin film?
Akhirul kata, mohon maaf kalau saja ada kekurangan-kekurangan di sana-sini pada acara kemarin itu. Lain waktu kita bertemu kembali. Salaaaaam! */
1 comment:
Mansteppp.. asik baca ulasan musik masbro satu ini (y)
Post a Comment